Sabtu, 20 Desember 2014

Selembar Kertas Beribu Kisah


Selembar Kertas Beribu Kisah
Dalam kehidupan, kertas adalah sebuah benda sederhana tetapi memiliki begitu banyak filosofi yang bisa didapatkan dari benda tersebut. Berikut ini adalah sedikit filosofi dari begitu banyaknya filosofi dari selembar kertas.

Pada dasarnya kertas itu berwarna putih, bersih, halus, tanpa ada sebuah titik atau noda sedikitpun. Ketika sebuah kertas ditemukan dengan sebuah pena, maka akan muncul berbagai macam ukiran-ukiran pada kertas putih tersebut. Dengan pena kita dapat menuliskan apapun yang diinginkan ke dalam kertas tersebut. Jika kita menuliskan sebuah kata-kata yang baik, indah, dan menulisnya penuh dengan rasa kebahagiaan, maka kertas itupun terlihat indah pula dan menarik bagi orang lain untuk melihat, membaca, serta memahami setiap kata yang terdapat di dalam sebuah kertas tersebut.

Tetapi jika kita mengisi kertas tersebut dengan kata-kata yang tidak baik, buruk, kasar dan menulisnyapun penuh dengan rasa amarah, maka kertas itu akan terlihat buruk, dan orang lainpun tidak akan tertarik, suka, dan bahkan untuk melihat, membacanya saja tidak ingin apalagi untuk memahami tulisan tersebut. Pada sebuah kertas yang sudah terisi jika kita ingin menghapus tulisan tersebut dengan berbagai cara apapun pasti akan meninggalkan sebuah bekas di dalamnya. Terakhir yang ada kertasnya malah semakin kusam dan kotor.

Atau jika kita menusukkan sebuah pena ke kertas, kemudian kita tarik pena kita. Apa yang masih tertinggal di sana? Ya, sebuah lubang besar dan terobeknya kertas tersebut. Ketika kita mulai merekatkan kembali sobekan-sobekan kertas tersebut dengan lem, yang kita dapatkan bukanlah kertas yang kembali utuh seperti semula. Masih ada sobekkan kertas yang tak dapat kita rekatkan kembali.

kertas terkadang dapat melambangkan kurang lebihnya sebuah karakter yang ada pada diri manusia. Kita dilahirkan ke dunia ini seperti selembar kertas putih, bersih tanpa ada sebuah noda. Dengan menjalani sebuah kehidupan ini dapat digambarkan seperti kita sedang menulis sebuah untaian kata, kalimat bahkan sebuah kisah cerita sekalipun. Jika kita mengisi kehidupan kita dengan perilaku yang baik, sopan, santun, lemah-lembut, berahlak mulia, dan penuh kasih sayang, maka semua orangpun dapat berperilaku yang sama kepada kita, bahkan orang lain dapat memahami setiap kehidupan yang kita jalani walaupun tidak 100% mereka dapat mengerti kita.

Tetapi jika kita memiliki perilaku senonoh, kasar, tidak baik, dan sebagainya, maka orang lainpun enggan untuk mendekati dan menjadi teman kita. Begitu pula dengan ucapan kita, jika kita mengucapkan kata-kata yang tidak baik, atau tidak enak untuk didengar akan meninggalkan kesan yang tidak baik pula bagi diri sendiri dan orang lain. Dan setiap ucapan yang telah keluar tidak akan bisa diulangi kembali atau dihapus kembali, seperti kita menuliskan sebuah kata-kata di atas selembar kertas jika dihapus pasti akan meninggalkan bekas.

Bahkan dengan ucapan kita juga dapat melukai hati seseorang dengan perkataan yang tidak baik atau tidak pantas untuk diucapkan. Terkadang sakit hati akibat perkataan sulit untuk disembuhkan, seperti kertas putih yang sudah terobek atau teremas oleh pena atau tangan kita. Seperti kata pepatah “mulutmu harimaumu”, maka dari itu kita sebagai manusia selayaknya menjaga setiap perbuatan dan tutur kata kita. Karena kita hidup di dunia ini tidak sendiri melainkan hidup dengan begitu banyak orang. Walaupun dihidup kita, kita adalah pemeran utamanya tetapi jika tidak ada orang lain hidup kita bagaikan kertas kosong yang tak berkisah. Jadi, bagaimanapun dan seperti apapun arti dari sebuah kehidupan itu, kita sendiri yang memulai dan membuat sebuah kisah dalam hidup kita.

Kutipan        :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar