TUGAS
MERESUME
Psikologi
Pendidikan Dan Perkembangan Peserta Didik
Nama : Nia Maulida
Kelas : II D-PGSD
NIM : 2227132465
Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
Tahun
2014
BUKU
1
Judul buku : psikologi pendidikan
Penulis :
Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D.
Penerbit :
rajawali pers
Tahun terbit : 2011
Kota terbit : Jakarta
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Perlu Dan Pentingnya Psikologi Pendidikan
Sejak anak
manusia yang pertama lahir ke dunia, telah ada dilakukan usaha-usaha
pendidikan. Demikian pula semenjak manusia saling bergaul, telah ada
usaha-usaha dari orang-orang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu untuk
mempengaruhi orang-orang lain teman bergaul mereka, untuk kepentingan kemajuan
orang-orang bersangkutan itu.
Bagi pendidik ia
harus bertanggung jawab, bahwa dia dalam melaksanakan tugasnya harus dapat
disesuaikan dengan “keadaan” si anak didik. Psikologi adalah ilmu pengetahuan
yang berusaha memahami sesame manusia, dengan tujuan untuk dapat
memperlakukannya dengan lebih tepat. Karena itu pengetahuan psikologis mengenai
anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi
setiap pendidik.
B. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Samuel Smith
telah mengadakan studi mengenai 18 buah buku-buku tentang psikologi pendidikan
yang dipandang baik (standar textbook).
Smith (Pintner dkk., 1953, p, ix) menggolong-golongkan persoalan yang dikupas
oleh ahli-ahli yang diselidikinya menjadi 16 macam, yaitu:
1)
the science of
educational psychology
2)
heredity
3)
physical
structure
4)
growth
5)
behavior
processes
6)
nature and scope
of learning
7)
factors that
condition learning
8)
law and theories
of learning
9)
measurement:
basic principles and definitions
10)
transfer of
training: subject matter
11)
practical aspect
of measurement
12)
element of
statistics
13)
mental bygiene
14)
character
education
15)
psychology of
secondary school subject
16)
psychology of
elementary school subject
proses
pendidikan yaitu proses si pendidik dengan sengaja dan penuh tanggung jawab
memberikan pengaruhnya kepada anak didik, demi kebahagiaan anak didik. Pada
hakikatnya inti persoalan psikologis terletak pada anak didik, sebab pendidikan
adalah perlakuan terhadap anak didik dan secara psikologis perlakuan ini harus
selaras mungkin dengan keadaan anak didik.
C. Sistematik Isi Buku
Dalam buku ini
disajikan tentang studi psikologis, yaitu tentang aktivitas individu-individu
(dalam arti tingkah laku yang tampak dan aktivitas serta pengalaman batin)
dalam proses pendidikan dengan anak didik sebagai pusatnya. Adapun soal-soal
psikologis yang berperan dalam proses pendidikan ini dapat dikelompokan menjadi
tiga kelompok, seperti berikut ini:
kelompok pertamayang bersumber pada peninjauan
individu dalam statusnya sebagai anak didik, yaitu anak didik dalam situasi
pendidikan. Dalam kelompok ini dapat tercakup hal-hal berikut:
1)
Sifat-sifat
yang umum aktivitas manusia, ditinjau secara psikologis.
2)
Di
samping aktivitas-aktivitas yang bersifat umum, pada para anak didik didapatkan
sifat-sifat individual yang khas.
3)
Selain
ditemukan perbedaan antara individu yang satu dan individu yang lain dalam hal
ini kepribadian mereka masih ditemukan adanya sifat-sifat individual yang lain
yang khas (inteligensi).
4)
Sifat
kekhasan yang dimiliki setiap individu yang besar perananya terutama pada pendidikan,
yaitu bakat.
Kelompok kedua bersumber pada peninjauan
individu dalam proses pendidikan. Pendidikan berusaha merangsang dan memberi
arah perubahan ini sesuai dengan cita-cita pendidikan yang menjadi pedoman
usaha itu. Dalam hal ini ada dua soal pokok, yaitu:
1)
Pertama
membicarakan perubahan individu ke arah kemajuan itu secara teknis kita sebut
perkembangan.
2)
Soal-soal
kedua membicarakan perubahan pada individu yang terjadi karena belajar.
3)
Selanjutnya
masih ada satu hal lagi yang langsung bersangkutan dengan anak didik dalam proses pendidikan, yaitu masalah
evaluasi hasil-hasil pendidikan.
Kelompok ketiga akan mencakup berbagai soal yang
belum dibicarakan di atas. Kelompok ketiga ini makin mendesak untuk mendapat
penyorotan. Apa yang dimaksud di sini ialah seperti:
1)
Masalah
psikologis dalam bimbingan dan konseling.
2)
Masalah
khusus yang lain adalah tentang individu-individu yang tidak dapat mengikuti
pendidikan biasa.
3)
Masalah
pendidikan orang dewasa terutama dari sudut pandang psikologis.
4)
Selanjutnya
masih ada satu hal lagi yang sebenarnya merupakan suatu hal yang belum
tersentuh tangan ahli, yaitu soal psikologi bahan pelajaran.
Bab
2
Sifat-Sifat
Umum Aktivitas Manusia
A. Perhatian
1.
Pengertian
Definisi perhatian itu diberikan oleh
para ahli psikologi menjadi dua macam, yaitu kalau diambil intinya saja dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a.
Perhatian
adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek. (lihat Stern, 1950,
p. 653, dan Bigot, 1950, hlm. 163)
b.
Perhatian
adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang
dilakukan.
Dalam tulisan ini kedua pengertian
(arti) itu dipakai keduanya secara bertukar-tukar. Untuk dapat menangkap
maksudnya hendaklah pengertian tersebut tidak dilepaskan dari konteksnya
(kalimatnya).
2.
Macam-Macam
Perhatian
Untuk memudahkan persoalan, maka
perhatian digolong-golongkan menurut cara tertentu. Adapun golong-golongan atau
macam-macamnya perhatian itu adalah sebagai berikut:
a.
Atas
dasar intensitasnya, yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu
aktivitas atau pengalaman batin, maka dibedakan menjadi:
(1)
Perhatian
intensif, dan
(2)
Perhatian
tidak intensif
Makin
banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin berarti
makin intensiflah perhatiannya. Dalam hal ini para ahli telah mengadakan
penyelidikan-penyelidikan yang hasilnya memberi kesimpulan: bahwa tidak mungkin
melakukan dua aktivitas yang kedua-duanya disertai oleh perhatian yang
intensif.
Selain
itu ternyata makin intensif perhatian yang menyertai suatu aktivitas akan makin
sukseslah aktivitas itu.
b.
Atas
dasar cara timbulnya, perhatian dibedakan menjadi:
(1)
Perhatian
spontan (perhatian tak-sekehendak, perhatian yang tak disengaja).
(2)
Perhatian
sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksi).
Contoh:
Pada
suatu hari Sabtu jam 12.00 para mahasiswa sedang asyik mengikuti kuliah yang
diberikan oleh dosen baru (dengan perhatian yang disengaja). Sekonyong-konyong
terdengarlah rebut-ribut di samping ruangan kuliah, sehingga para mahasiswa
menengok (dengan perhatian yang tak disengaja) untuk mengetahui apakah kiranya
yang terjadi.
c.
Atas
dasar luasnya objek yang dikenai perhatian, perhatian dibedakan menjadi:
(1)
Perhatian
terpencar (distributif), pada suatu saat perhatiannya akan tertujud kepada
bermacam-macam objek. Contoh seperti seorang sopir yang sedang mengendarai
mobil, yang pada suatu saat perhatiannya akan tertuju kepada bermacam-macam
objek, seperti keadaan lalu lintas, tanda-tanda yang diberikan oleh polisi lalu
lintas., dan
(2)
Perhatian
terpusat (konsentratif), pada suatu saat hanya dapat tertuju kepada objek yang
sangat terbatas, seperti seorang tukang jam yang sedang memperbaiki jam.
3.
Hal-Hal Yang
Menarik Perhatian
Di dalam hal-hal yang dapat menarik
perhatian kita dapat melihatnya daridua segi, yaitu dari segi objek yang diperhatikan
dan dari segi subjek yang memperhatikan.
a.
Dipandang
dari segi objek, maka dapat dirumuskan bahwa “hal yang menarik perhatian adalah
hal yang keluar dari konteksnya” atau kalau dikatakan secara sederhana “hal
yang menarik perhatian adalah hal yang lain dari lain-lainnya. Kelainan atau
perbedaan dari yang lain ini dapat bermacam-macam, misalnya:
“dalam
sebuah barisan salah seorang di antara yang berbaris itu memakai baju merah,
sedang lain-lainnya berbaju putih, maka si baju merah itu tentu menarik perhatian”.
b.
Dipandang
dari subjek yang memperhatikan maka dapat dirumuskan bahwa:
Hal
yang menarik perhatian adalah yang sangat bersangkut-paut dengan pribadi si
subjek. Hal yang bersangkut-paut dengan pribadi si subjek itu juga dapat
bermacam-macam, misalnya:
(1)
Hal-hal
yang bersangkut-paut dengan kebutuhan itu menarik perhatian;
(2)
Hal
yang bersangkut-paut dengan kegemaran;
(3)
Hal
yang bersangkut-paut dengan pekerjaan atau keahlian;
(4)
Hal
yang bersangkut-paut dengan sejarah hidup sendiri;
(5)
Dan
lain-lainnya.
4.
Beberapa Kesimpulan
Praktis
a.
Aktivitas
yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses, prestasinya akan
lebih tinggi.
b.
Perhatian
spontan atau perhatian tak disengaja cenderung untuk berlangsung lebih lama dan
lebih intensif daripada perhatian yang disengaja.
c.
Dalam
kenyataannya sebagian besar pelajaran justru diterima oleh murid dengan
perhatian yang disengaja; karena itu guru atau pendidik seharusnya berusaha
menarik perhatian anak-anak didiknya.
B. Pengamatan
1.
Pengertian
Manusia mengenal dunia wadag atau dunia
riil, baik dirinya sendiri maupun dunia sekitar tempatnya berbeda dengan
melihat, mendengar, membau atau mengecap. Cara mengenal objek yang demikian itu
disebut mengamati; sedangkan melihat, mendengar, dan seterusnya itu disebut modalitas pengamatan. Dunia pengamatan
biasanya dilukiskan menurut aspek pengaturannya. Adapun pengaturan tersebut
adalah sebagai berikut:
a.
Pengaturan
menurut sudut pandang ruang, seperti atas-bawah, kiri-kanan, jau-dekat, dan
sebagainya.
b.
Pengaturan
menurut sudut pandang waktu, seperti masa lampau, kini dan masa yang akan
datang dalam berbagai variasinya.
c.
Pengaturan
menurut sudut pandang Gestalt. Suatu Gestalt adalah sesuatu yang merupakan
kebulatan dan dapat berdiri sendiri lepas dari yang lain, misalnya rumah,
orang, meja, kursi, dan sebagainya.
d.
Pengaturan
menurut sudut pandangan arti. Objek-objek yang diamati kita beri arti atau kita
amati menurut artinya.
2.
Pengelihatan
Dari kelima modalitas pengamatan seperti
pengelihatan, pendengaran, rabaan, pembauan, atau penciuman, yang telah mendapatkan
penilitian psikologis secara meluas dan mendalam adalah pengelihatan. Menurut
objeknya masalah pengelihatan digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu (1)
melihat bentuk, (2) melihat dalam, dan (3) melihat warna.
1.
Melihat Bentuk
Yang
dimaksud melihat bentuk adalah melihat objek yang berdimensi dua.
(1)
Hubungan
objek pokok dan latar belakang
(a)
Objek
pokok lebih berbentuk, latar belakang kurang berbentuk;
(b)
Objek
pokok di depan, latar belakang di belakang;
(c)
Latar
belakang cenderung untuk meluas di belakang objek pokok;
(d)
Batas-batas
(contour) termasuk pada daerah objek pokok, bukan pada latar belakang;
(e)
Objek
pokok lebih berkesan, lebih mudah diingat, lebih cenderung untuk punya arti.
(2)
Hukum-hukum
Gestalt pengelihatan
Adapun
prinsip-prinsip tersebut, yang dapat kita sebut hukum-hukum Gestalt adalah
sebagai berikut:
(a)
Hukum
terdekat, artinya yang terdekat merupakan Gestalt.
(b)
Hukum
ketertutupan, artinya yang tertutup merupakan Gestalt.
(c)
Hukum
kesamaan, artinya yang sama merupakan Gestalt.
(3)
Peranan
sikap batin subjek
Jika terdapat struktur hukum Gestalt
yang belum jelas, maka mana yang merupakan Gestalt itu tergantung kepada kita;
Gestalt itu dapat deretan menegak, deretan mendatar, deretan miring ke kiri,
deretan miring ke kanan, tergantung kepada sikap
batinkita (keinginan kita untuk menjadikan yang mana merupakan Gestalt
itu).
Jadi
makin kurang jelas struktur medan pengelihatan, maka makin pentinglah peranan
sikap batin orang yang mengamati. Hal yang demikian itu tidak hanya berlaku
bagi objek yang berdimensi dua saja, tetapi juga pada objek-objek yang lain.
(4)
Konstansi
bentuk
Dapat diketahui sesuatu objek dari
berbagai sudut, sehingga bentuk perspektifnya berlainan pula. Akan tetapi
ketika dirasa (rasa, mengerti) bahwa bentuk bendanya itu tetap dan satu saja.
2.
Melihat Dalam
Maksud melihat dalam ialah melihat objek
berdimensi tiga. Salah satu gejala terpenting ialah konstansi besar. Misalnya
tapak tangan yang di tempatkan dalam jarak 20 cm dan 40 cm dari mata dilihat
sebagai sama besarnya. Hal yang demikian itu disebabkan oleh:
(1)
Objek-objek
yang dihadapi tidak dilihat sebagai fenomena-fenomena yang berdiri sendiri,
melainkan selalu dalan hubungan satu sama lain dalam konteks tertentu.
(2)
Prinsip
proposionalitas, yaitu bahwa proporsi atau perbandingan benda-benda satu
terhadapyang lain serta terhadap tempatnya adalah sama.
3.
Melihat Warna
(1)
Nilai
afektif warna
Masing-masing warna mempunyai nada yang
membentuk medan tingkah laku, memberi corak kepada perbuatan atau reaksi orang.
Misalnya warna-warna yang dipergunakan untuk kamar-kamar di rumah sakit itu
tidak akan diberi warna gelap atau mencolok, melainkan akan diberi warna yang
sejuk, tenang, lunak.
(2)
Nilai
lambing warna
Warna mempunyai sifat-sifat potensial
dalam abstracto yang dapat memberi
kesan tertentu kepada seseorang, misalnya;
·
Warna
hitam melambangkan kegelapan, kesedihan;
·
Putih
melambangkan kesucian, cahaya;
·
Merah
melambangkan sifat-sifat ekspansif, dominan, vital, berani;
·
Dan
sebagainya.
Catatan praktis
(1)
Bersandar
atas pengetahuan kita mengenai nilai afektif warna sebaiknya kita dapat
mempergunakan warna sebagai salah satu perlengkapan kita dalam mendidik anak.
(2)
Dalam
pendidikan keindahan dan pendidikan kepribadian, nilai lambing warna dapat
merupakan salah satu alat yang sangat berguna.
3.
Pendengaran
Mendengar adalah menangkap bunyi-bunyi
(suara) dengan indera pendengar. Bunyi berfungsi menjadi dua macam, yaitu:
(a)
Sebagai
tanda (signal), dan
(b)
Sebagai
lambing.
Pada hal yang pertama kita menghadapi
ekspresi (misalnya teriakan-teriakan karena ketakutan, terkejut, kagum dan
sebagainya), sedangkan pada hal yang kedua kita menghadapi Bahasa.
Bunyi
atau suara dapat digolongkan atas dasar dua cara, yaitu:
(a)
Berdasarkan
atas keteraturan dapat kita bedakan antara:
(1)
Gemerisik,
dan
(2)
Nada
(b)
Selanjutnya
nada biasa dibeda-bedakan atas dasar:
(1)
Tinggi
rendahnya, yang tergantung kepada besar kecilnya frekuensi;
(2)
Intensitasnya,
yang tergantung pada amplitudonya;
(3)
Timbrenya,
yang tergantung kepada kombinasi bermacam-macam frekuensi dalam tinggi
rendahnya suara.
Selanjutnya masalah Gestalt, kalau
dilihat dapat disifatkan pertama-tama oleh sifat ruangdan pengaturan
objek-objek yang dilihat di ruang itu, maka objek yang didengar ditandai oleh
pengaturannya dalam waktu. Kalau dalam pengelihatan didapatkan Gestalt-Gestalt
local yaitu Gestalt bersandarkan pengaturan dalam ruang, maka dalam pendengaran
didapatkan Gestalt-Gestalt temporal, yaitu Gestalt berdasarkan pengaturan dalam
waktu. Hal ini menggambarkan adanya retensi dari apa yang baru saja didengar
dan antisipasi daripada apa yang akan segera didengar.
4.
Rabaan
Istilah
rabaan mempunyai dua arti, yaitu:
(a)
Meraba,
sebagai perbuatan aktif, yang meliputi juga indera keseimbangan atau kinestesi,
dan
(b)
Pengalaman
raba secara pasif, yang melingkup pula beberapa indera, atau kemampuan lain,
yaitu:
(1)
Indera
untuk sentuh dan tekanan,
(2)
Indera
untuk mengamati panas,
(3)
Indera
untuk mengamati dingin,
(4)
Indera
untuk merasa sakit, dan
(5)
Indera
untuk vibrasi
Indera-indera
kinestesi, sentuh dan tekanan, panas, dingin, rasa sakit, umumnya berfungsi
penting dalam kehidupan sehari-hari orang yang normal, sedangkan indera vibrasi
umumnya tidak mempunyai peranan penting, akan tetapi bagi orang yang kurang
normal indera vibrasi dapat mengambil alih fungsi indera yang lain.
5.
Pembauan
(Penciuman)
Arti psikologis bau dan pembauan
(penciuman) masih sedikit sekali diteliti oleh para ahli, walaupun dalam
kehidupan sehari-hari secara popular kita telah menyaksikan pengaruh bau-bauan
kepada aktivitas manusia. Swaatdeaker (Kohnstamm, dkk., 1955:103)
menggolong-golongkan bau menjadi Sembilan macam bau, yaitu:
(1)
Bau
etheris,
(2)
Bau
aromatis,
(3)
Bau
bunga,
(4)
Bau
amber,
(5)
Bau
bawang,
(6)
Bau
sangit,
(7)
Bau
kapril,
(8)
Bau
tak sedap, dan
(9)
Bau
memuakkan.
6.
Pencecapan
Dalam kehidupan sehari-hari variasi rasa
cecapan itu dibedakan menjadi banyak sekali, akan tetapi indera pencecap
terutama hanya peka terhadap empat macam rasa pokok, yaitu:
(1)
Manis,
(2)
Asam,
(3)
Asin,
dan
(4)
Pahit.
7.
Beberapa Masalah
Praktis
(a)
Kita
mengenal dunia riil dengan pancaindera. Pengamatan merupakan pintu gerbang
untuk masuknya pengaruh dari luar, baik pengaruh dunia fisis, pengalaman maupun
pendidikan. Karena kedudukan fungsi pengamatan yang demikian sentral maka sudah
sewajarnya apabila alat-alat pengamatan, yaitu pancaindera, mendapatkan
perhatian yang secukupnya oleh para pendidik. Usaha-usaha ini pada pokoknya
dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
(1)
Usaha-usaha
yang bersifat preventif, yaitu penjagaan jangan sampai pancaindera menjadi
cedera atau menjadi tidak normal berfungsinya, penyediaan alat yang memenuhi
syarat, serta fasilitas-fasilitas tertentu.
(2)
Usaha-usaha
yang bersifat korektif atau kuratif, yaitu usaha-usaha untuk memperbaiki atau
menyembuhkan pancaindera yang kurang normal atau kurang sehat.
(b)
Para
ahli psikologi menggolongkan manusia dalam menangkap dan meresapkan. Sesuai
dengan modalitas pengamatan, maka ada lima tipe manusia, yaitu:
(1)
Tipe
visual
(2)
Tipe
auditif
(3)
Tipe
taktil
(4)
Tipe
gustative
(5)
Tipe
olfaktoris
(c)
Selama
sistem di sekolah serta pendidikan masih seperti sekarang ini, maka diantara
kelima modalitas pengamatan yang paling penting peranannya adalah penglihatan
dan pendengaran.
C. Tanggapan Dan Variasinya
1.
Pengertian
Tanggapan
Linschoten mengemukakan bahwa “menanggap
adalah melakukan kembali sesuatu perbuatan atau melakukan sebelumnya sesuatu
perbuatan tanpa hadirnya objek fungsi primer yang merupakan dasar dari
modalitas tanggapan itu” (Kohn stamm, dkk., 1955: 106). Tanggapan terbagi
menjadi tiga macam, yaitu:
(1)
Tanggapan
masa lampau tanggapan ingatan,
(2)
Tanggapan
masa datang atau tanggapan mengantisipasikan,
(3)
Tanggapan
masa kini atau tanggapan representative (tanggapan mengimajinasikan).
2.
Bayangan
Pengiring
Mengemukakan deretan gejala dari yang
paling berperaga, dengan berpangkal kepada pengamatan, sampai kepaling yang
kurang berperaga, yaitu berpikir. Adapun deretan tersebut adalah, pengamatan,
bayangan pengiring, bayangan eidetik, tanggapan dan pengertian.
Bayangan
pengiring adalah bayangan yang timbul setelah kita melihat sesuatu warna.
Bayangan pengiring terbagi menjadi dua macam, yaitu:
(1)
Bayangan
pengiring positif, yaitu bayangan pengiring yang sama dengan warna objeknya.
(2)
Bayangan
pengiring negatif, yaitu bayangan pengiring yang tak sama dengan warna
objeknya.
3.
Bayangan Eidetik
Bayangan eidetik adalah bayangan yang
sangat jelas dan hidup, sehingga menyerupai pengamatan. Bayangan eidetik ini
terutama terdapat pada anak-anak dan menghilang dengan datangnya pubertas.
4.
Beberapa Catatan
Praktis
Tanggapan memainkan peranan penting
dalam belajarnya atau berkembangnya anak didik. Sebagai fungsi yang bahannya
diasalkan dari fungsi lain, maka tanggapan juga digolongkan berdasarkan dengan
indera. Karena itu dalam memberikan pendidikan hendaklah perbedaan individual
itu diperhatikan.
D. Fantasi
1.
Pengertian
Fantasi didefinisikan sebagai daya untuk
membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada,
dan tanggapan baru itu tidak harus sesuai dengan benda-benda yang ada. Fantasi
berfungsi untuk memungkinkan manusia untuk berorientasi dalam alam imajiner,
melampaui dunia riil.
2.
Klasifikasi
Secara
garis besar fantasi digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
(1)
Fantasi
tak disadari, adalah fantasi yang terjadi dengan tak disengaja, jadi orang
melampaui dunia riil dengan tak disengaja.
(2)
Fantasi
disadari, yaitu fantasi yang disadari dengan disengaja, da nada usaha dari
subjek untuk masuk ke dunia imajiner. Fantasi disadari ini juga terbagi lagi
menjadi dua, yaitu secara aktif yang dikendalikan oleh pikiran dan kemauan, dan
secara pasif tidak dikendalikan. Dari kedua fantasi tersebut baik yang aktif
maupun pasif bersifat mengabstraksiakan, mendeteminasikan atau mengombinasikan.
Selanjutnya
fantasi yang disadari secara aktif dibagi menjadi dua macam, yaitu:
(1)
Fantasi
mencipta, yaitu fantasi yang mengadakan (menciptakan) tanggapan yang
benar-benar baru.
(2)
Fantasi
terpimpin, yaitu fantasi yang mengikuti gambaran angan-angan (buah fantasi)
orang lain.
3.
Nilai Praktis
Fantasi
Dalam
kehidupan manusia sehari-hari, fantasi itu sangat besar gunanya, antara lain:
(a)
Fantasi
memungkinkan manusia untuk dapat lebih memahami sesamanya.
(b)
Fantasi
memungkinkan orang menyelami sifat-sifat kemanusiaan pada umumnya.
(c)
Fantasi
memungkinkan orang melepaskan diri dari ruang dan waktu, seperti memahami apa
yang telah terjadi di tempat lain (belajar geografi); dan memahami apa yang
terjadi di waktu lain (belajar sejarah).
(d)
Fantasi
memungkinkan orang melepaskan diri dari kesukaran yang dihadapi.
(e)
Fantasi
memungkinkan orang untuk menyelesaikan konflik riil secara imajiner.
(f)
Fantasi
memungkinkan manusia untuk membentuk masa depan yang ideal dan berusaha
merealisasinya.
4.
Beberapa Catatan
Praktis
Merupakan keharusan bagi pendidik untuk
menaruh perhatian besar pada masalah fantasi. Di sekolah, pada tiap pelajaran
terkandung kemungkinan yang cukup luas untuk mengembangkan fantasi itu. Agar
fantasi tetap sehat, tetap dalam rangka yang berguna bagi kehidupan para anak
didik, serta generasi baru itu dididik untuk mengahadapi hidup yang optimism.
E. Ingatan
1.
Pengertian
Ingatan didefinisikan sebagai kecakapan
untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan. Ingatan yang baik
memiliki sifat seperti, cepat atau mudah mencamkan (menerima kesan), setia,
teguh, luas dalam menyimpan, dan siap atau sedia dalam memproduksi kesan-kesan.
2.
Mencamkan
Mencamakan
itu dibedakan menjadi dua, yaitu:
(1)
Mencamkan
yang sekehendak (menghafal), dan
(2)
Mencamkan
yang tak sekehendak (tidak dikehendaki).
penelitian
dan eksperimen telah berhasil merumuskan hal-hal yang dapat membantu menghafal
atau mencamkan itu. Sementara dari hasil-hasil tersebut sebagai berikut:
a.
Menyuarakan
menambah pencaman.
b.
Pembagian
waktu belajar yang tepat.
c.
Menggunakan
metode belajar, yaitu:
(1)
Metode
keseluruhan atau metode G (Ganzlern-methode),
yaitu metode menghafal dengan mengulang berkali-kali dari permulaan awal sampai
akhir.
(2)
Metode
bagian atau metode T (teillernmethode),
yaitu menghafal sebagian demi sebagian.
(3)
Metode
campuran atau metode V (vermittelendelern-methode),
yaitu menghafal bagian-bagian yang sukar dahulu, selanjutnya dipelajari dengan
metode keseluruhan.
Factor-faktor
menambah dan mempertinggi pencaman, yaitu:
(1)
Mneumotechnik atau titian
ingatan, yaitu dengan akal dicari jalan supaya bahan yang diafal mudah
dicamkan.
(2)
Penggolongan
secara rythmis.
(3)
Penggolongan
kesatuan dalam ruang (secara ruang: table, bagan, dan sebagainya).
(4)
Penggolongan
menjadi kumpulan yang berarti.
3.
Mengingat Dan
Lupa
Mengingat dan lupa dapat ditunjukkan
dalam satu pengertian saja, yaitu retensi,
karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanya memandang hal yang satu
dan sama dari segi yang berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak
dilupakan, dan hal yang dilupakan itu hal yang tidak diingat. Dari hasil uji
coba dapat diambil kesimpulan, yaitu setelah kita selesai mencamkan, banyak
sekali hal-hal yang kita lupakan, tetapi lebih kemudian yang kita lupakan lagi
makin lama makin sedikit. Ebbinghaus mengadakan eksperimen tentang kiranya
kalau selang beberapa waktu orang berusaha mencamkannya kembali. Hasilnya, maka
bahan yang ingin kita ingat dengan baik, haruslah terus menerus kita ulangi;
dan kita harus membagi waktu belajar dengan baik.
Selanjutnya dalam hubungan soal
mencamkan perlu dikemukakan satu hal lagi yang sangat penting, yaitu interferensi. Interferensi ialah menjadi
lebih sukarnya belajar yang disebabkan oleh hambatan bahan-bahan yang telah
dipelajari lebih dulu.
4.
Reproduksi
Reproduksi adalah pengaktifan kembali
hal-hal yang telah dicamkan. Reproduksi ada dua bentuk, yaitu mengingat kembali
(recall), dan mengenal kembali (recognition). Adapun perbedaan antara
keduanya, yaitu:
(a)
Mengingat
kembali taka da objek yang dapat dipakai sebagai tumpuan atau pegangan dalam
bentuk reproduksi itu.
(b)
Mengenal
kembali ada sesuatu yang dapat dipakai sebagai tumpuan dalam melakukan
reproduksi itu sebagai objek untuk mencocokan.
5.
Asosiasi
Asosiasi adalah hubungan antara
tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lainnya dalam jiwa. Adapun
hukum-hukum asosiasi adalah (a) hukum sama saat, (b) hukum berturutan, (c)
hukum kesamaan, (d) hukum berlawanan, dan (e) hukum sebab akibat.
6.
Beberapa Catatan
Praktis
Penyelidikan psikologi tentang ingatan
telah cukup banyak dilakukan oleh para ahli dan hasilnya banyak yang bersangkut
paut dengan soal belajar.
a.
Pada
waktu menghafal hendaklah kondisi-kondisi diatur sedemikian rupa, sehingga
dapat dicapai hasil maksimal.
b.
Mereproduksi
dapat diperlancar dengan memperkaya atau menyempurnakan Bahasa.
c.
Mengingat
akan interferensi dapatlah diatur waktu-waktu untuk belajar sebaik-baiknya.
d.
Dengan
pengaturan kondisi dan penggunaan metode yang tepat akan meningkatkan kemampuan
ingatan.
F. Berpikir
1.
Pengertian
Berpikir adalah proses yang dinamis yang
dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. Ada pendapat yang menekankan
kepada tujuan berpikir, yaitu yang mengatakan bahwa berpikir adalah meletakkan
hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita (Bigot dkk., 1950: 103).
2.
Proses Berpikir
a.
Pembentukan
Pengertian
Pengertian
logis dibentuk melalui empat tingkat, sebagai berikut:
(1)
Menganalisis
ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis. Objek tersebut kita perhatikan
unsur-unsurnya satu demi satu.
(2)
Membanding-bandingkan
ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri yang sama.
(3)
Mengabstraksikan,
yaitu menyisihkan, membuang, ciri-cirinya yang tidak hakiki.
b.
Pembentukan
Pendapat
Membentuk
pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih.
Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
(1)
Pendapat
afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu.
(2)
Pendapat
negative, yaitu pendapat yang menindakkan, yang secara tegas menerangkan
tentang tidak adanya sesuatu sifat pada suatu hal.
(3)
Pendapat
modalitas atau kebarangkalian, yang itu pendapat yang menerangkan
kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal.
c.
Penarikan
Kesimpulan Atau Pembentukan Keputusan
Keputusan
ialah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu:
(1)
Keputusan
induktif, yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju
kesatu pendapat umum.
(2)
Keputusan
deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus.
(3)
Keputusan
analogis, ialah keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau
menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.
3.
Psikologi Pikir
Psikologi pikir biasanya dianggap
dimulai oleh O. Kulpe dengan mazhabnya, mazhab Wurzburg, yang kemudian
dilanjutkan oleh mazhab Koln dan mazhab Mannhein.
a.
Intisari
Pendapat Mazhab Wurzburg.
Berdasarkan
penelitian teman-temannya dan penelitiannya sendiri, pada tahun 1912 Kulpe
berpidato tentang masalah berpikir itu:
“ueber die
Moderne Psychologie des Denkens”. Adapun pokok-pokok pikiran yang
dikemukakannya dalam pidato itu adalah:
(1)
Ada
isi kesadaran yang tak berperaga. Berpikir adalah aktivitas jiwa yang abstrak
dan tak dapat dijabarkan dari permainan tanggapan-tanggapan.
(2)
Dalam
proses berpikir aktivitas “aku” memegang peranan penting.
(3)
Proses
berpikir dikuasai oleh tendens determinasi yang ditimbulkan oleh Denkaufgabe
(hal yang dipikirkan). Berpikir adalah kejadian abstrak, proses kesadaran, yang
menjadi kuat dan mendapat arah Karena Denkaufgabe.
b.
Intisari
Pendapat Mazhab Koln.
(1)
Hasil
penelitian Frohn mengenai berpikirnya anak bisu-tuli memberikan kesimpulan,
bahwa anak bisu-tuli, anak terbelakang, dan anak kecil tak dapat melepaskan
diri dari hal yang berperaga; tak dapat melakukan generalisasi.
(2)
Lapisan-lapisan
kesadaran.
Teori
lapisan-lapisan; kesadaran (Theorie der Bewustseinsschichtungen).
(a)
Isi
teori tersebut: (tiga lapisan kesadaran)
1.
Tanggapan
individual
2.
Tanggapan
bagan (schematis)
3.
Pengertian
abstrak
(b)
Peranan
lapisan-lapisan kesadaran tersebut: berpikir adalah proses yang dinamis, jiwa
dapat beroperasi pada ketiga tingkatan (tertinggi, berperaga, terendah). Bila
menghadapi masalah yang baru misalnya, maka pikiran diturunkan ke tingkat yang
konkret, untuk: (1) mendapatkan penyelesaian, atau (2) membuat verifikasi
penyelesaian itu.
(c)
Nilai
teori tersebut bagi praktik pendidikan. Tujuannya untuk menemukan cara berpikir
yang dapat memberikan hasil yang sebaik-baiknya.
(1)
Untuk
itu maka harus ada bahan konkret berperaga secukupnya, karena segala proses
berpikir berpangkal pada tingkat konkret itu.
(2)
Pada
perkembangan tingkat yang lebih tinggi (abstrak) harus ada, karena berpikir
yang sebenarnya adalah berpikir abstrak.
c.
Intisari
Pendapat Mazhab Mannheim.
Eksperimen-eksperimen mazhan Mannheim
merupakan kelanjutan daripada apa yang telah diketemukan dan dirumuskan oleh
mazhab Wurzburg. Tujuan utama mazhab ini ialah menyusun teori berpikir yang
benar-benar lepas dari asosiasi. Selz (pemimpin mazhab Mannheim) ia mengakui
adanya Bewusstheitbyang dikemukakan oleh Ach yaitubkesadaran tanpa tanggapan
adanya sesuatu. Berdasarkan konsepsi Meinong, Alexius, maka pengertian ini
dikembangkan menjadi ajaran tentang “mengetahi tanpa tanggapan (Wissen tanpa
Vorstellung), yaitu kesadaran tentang kenyataan relasi (hubungan)”. Menurut
Selz dalam keadaan potensial kita punya banyak sekali macam wissen.
Berpikir reproduktif, yaitu sebagian
besar adalah terjadi dari aktualisasi dari pada wissen-wissen yang potensial
itu, dan bukan hasil tendens reproduksi bersama-sama dengan Aufgabe dan tendens
determinasi. Berpikir produktif, yaitu di mana dapat dihasilkan hasil pikir
yang baru, tidak hanya reproduksi dari pengalaman yang lampau.
Atas
dasar hasil penelitian mazhab Mannheim, Selz merumuskan pendapat pokok tentang
proses berpikir itu:
(1)
Berpikir
itu berarah tujuan, berpikir adalah aktivitas yang abstrak, dengan arah yang
ditentukan oleh soal yang harus dipecahkan.
(2)
Proses
berpikir itu adalah proses melengkapkan kompleks (komplexerganzung, complex completion).
(3)
Bagan
antisipasi, yaitu metode penyelesaian yang berwujud bagan yang timbul atau
ditimbulkan oleh tugas pikir.
(4)
Berpikir
adalah mempergunakan metode penyelesaian soal yang umumnya berlangsung tanpa
mengetahui penyelesaian itu.
4.
Beberapa Catatan
Praktis
a.
Kewajiban
pendidik di samping mengembangkan aspek-aspek lain daripada anak didik kita
untuk memberikan bimbingan sebaik-baiknya bagi perkembangan pikir itu.
b.
Perkembangan
Bahasa yang baik adalah keharusan untuk perkembangan pikir yang baik.
c.
Dalam
memberikan bimbingan yang terpenting bukan memberikan pengertian
sebanyak-banyaknya, melainkan memberikan pengertian terbatas yang fungsional.
d.
Pengetahuan
siap adalah bekal agar orang dapat berpikir tepat dan cepat.
e.
Peranan
tanggapan yaitu, sebagai bahan ilustrasi, dan sebagai bahan verifikasi.
f.
Latihan
untuk mempergukan dan membuat alat-alat bantu (bagan, diagram, dan sebgainya),
sebaiknya dikembangkan pada anak didik.
G. Perasaan
1.
Pengertian
Perasaan didefinisikan sebagai gejala
psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala
mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai
taraf. Juga perasaan seringkali bersangkutan paut dengan gejala jasmaniah
tetapi juga tetap fungsi tersendiri (Woodworth & Marquis, 1955: 365-366).
2.
Macam-Macam
Perasaan
Bigot dengan kawan-kawannya (1950: 534)
telah memberikan ikhtisari mengenai macam-macam perasaan, yaitu:
a.
Perasaan-perasaan
jasmaniah (rendah):
(1)
Perasaan
indriah, yaitu perasaan yang berhubungan dengan perangsangan terhadap
pancaindera.
(2)
Perasaan
vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada umumnya.
b.
Perasaan-perasaan
rohaniah:
(1)
Perasaan
intelektual, ialah perasaan yang bersangkuatan dengan kesanggupan intelek
(pikiran) dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi.
(2)
Perasaan
kesusilaan atau disebut perasaan etis, ialah perasaan tentang baik-buruk.
(3)
Perasaan
keindahan, yaitu perasaan yang menyertai atau yang timbul karena seseorang menghayati
sesuatu yang indah atau tidak indah.
(4)
Perasaan
social, ialah perasaan yang mengikatkan individu dengan sesama manusia,
perasaan untuk hidup bermasyarakat.
(5)
Perasaan
harga diri, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perasaan harga diri
positif (puas, senang, gembira, bangga, dan sebagainya ketika mendapatkan
pujian, hadiah, dan sebaginya), dan perasaan harga diri negative (kecewa, tak
senang, tak berdaya dan sebagainya ketika mendapat celaan, dimarahi dan
sebgainya).
(6)
Perasaan
keagamaan, yaitu perasaan yang bersangkut paut dengan kepercayaan seseorang
kepada Yang Maha Kuasa.
3.
Beberapa Catatan
Praktis
Ketika belajar anak sebaiknya dalam
perasaan gembira. Perasaan rohaniah harus juga diperkembangkan sebaik-baiknya.
Dan pada masa remaja perkembangan perasaan itu sangat jelas, pendidik harus
mempergunakan masa peka ini secara baik. Serta secara ideal, perasaan harus
dikembangkan secara ideal dan selaras.
H. Motif-motif
1.
Pengertian
Motif adalah keadaan dalam pribadi orang
yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan.
2.
Macam-Macam
Motif
a.
Menurut
Woodworth dan Marquis (1955: 301-333) motif dibedakan menjadi tiga, yaitu:
(1)
Kebutuhan
organik: minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan beristirahat.
(2)
Motif
darurat, yang mencakup: dorongan untuk menyelamtkan diri, membalas, berusaha,
memburu.
(3)
Motif
objektif: kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, manipulasi, menaruh minat.
b.
Penggolongan
lain didasarkan atas terbentuknya motif itu, dibedakan menjadi dua, yaitu
(1)
Motif
bawaan, yaitu motif yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari, seperti makan,
minum, bergerak danistirahat, seksual.
(2)
Motif
yang dipelajari, seperti dorongan untuk belajar, mengejar sesuatu kedudukan,
dan sebagainya.
c.
Berdasarkan
atas jalarannya, maka orang membedakan adanya dua macam motif, yaitu:
(1)
Motif
ekstrinsik, yaitu motif yang berfungsi karena adanya perangsangan dari luar,
misalnya orang belajar giat karena diberitahu sebentar lagi aka nada ujian.
(2)
Motif
intrinsik, yaitu motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar.
d.
Ada
juga ahli yang menggolongkan motif menjadi dua macam, yaitu:
(1)
Motif
jasmaniah: refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat, dan sebagainya.
(2)
Motif
rohaniah, yaitu kemauan. Kemauan ini terbentuk melalui empat momen, yaitu momen
timbulnya alasan-alasan, pilih, putusan, dan terbentuknya kemauan.
3.
Beberapa Catatan
Praktis
Aktivitas yang didorong motif intrinsik
ternyata lebih sukses daripada yang didorong motif ekstrinsik. Dalam
memperkembangan motif dapat dilakukan dengan persaingan yang sehat, diskusi
yang terbimbing mengenai aspirasi, juga self-competition(misalnya
grafik presentasi).
Bab
3
Sifat-Sifat
Kepribadian Manusia
A. Beberapa Teori Tipologi
1.
Teori Hippocrates – Galenus
Terpengaruh oleh kosmologi empedokles,
yang menganggap bahwa alam semesta tersusun atas empat unsur pokok dan
sifatnya, yaitu tanah bersifat kering, air bersifat basah, angin bersifat
dingin, dan api bersifat panas. Hippocrates (460-370), bahwa dalam tubuh
manusia juga terdapat sifat-sifat tersebut yang didukung oleh cairan yang ada
dalam tubuh, yaitu:
·
Sifat
kering didukung oleh chole
·
Sifat
basah didukung oelh melanchole
·
Sifat
dingin didukung oleh phlegma, dan
·
Sifat
panas didukung oleh sangius
Galenus (129-200) menyempurnakan
pendapat hippocrates, yaitu bahwa di dalam tubuh manusia itu terdapat empat
macam cairan pokok, yaitu chole, melanchole, phlegma, dan sanguis. Jika adanya
dominan dari salah satu cairan menyebabkan adanya sifat kejiwaan, sifat
kejiwaan dibagi menjadi empat tipe, yaitu chole(choleris), melanchole(melanholis),
phlegma(phlegmatic), dan sangius(sanguinis).
2.
Tipologi Mazhab
Italia Dan Mazhab Perancis.
a.
Tipologi
mazhab italia
Viola dalam penyelidikannya menemukan,
bahwa ada tiga macam tipe manusia berdasarkan atas keadaan tubuhnya, yaitu:
(1)
Microplanchnis, ukuran-ukuran
menegak relative dominan.
(2)
Macroplanchnis, ukuran-ukuran
mendatarnya relative dominan.
(3)
Normosplanchnis,
ukuran-ukuran
menegak dan mendatar seimbang.
b.
Tipologi
mazhab perancis
Mazhab perancis yang dipimpin oleh
Sigaud berpendapat, bahwa keadaan serta bentuk tubuh manusia serta kelainannya
pada pokoknya ditentukan oleh sekitar atau lingkungan. Ada macam-macam
lingkungan yang menimbulkan reaksi, yaitu:
(1)
Ada
lingkungan yang berwujud udara yang menjadi sumber reaksi respiratoris.
(2)
Ada
yang berwujud makanan-makanan yang menjadi sumber reaksi digestif.
(3)
Ada
yang berwujud keadaan alam yang menjadi sumber reaksi muskuler.
(4)
Ada
yang berwujud keadaan social yang menimbulkan reaksi cerebral.
3.
Tipologi
Kretschmer
a.
Tipe-tipe
manusia menurut keadaan jasmaninya Kretschmer menggolongkan manusia atas dasar
bentuk tubuhnya menjadi empat tipe, yaitu:
(1)
Tipe
piknis, ukuran mendatarnya lebih daripada keadaan biasa, sehingga orangnya
kelihatan pendek gemuk, sifat khasnya adalah:
ü Badan agak
pendek
ü Dada membulat,
perut besar, bahu tidak lebar,
ü Leher pendek dan
kuat
ü Lengan dan kaki
lemah
ü Kepala agak
merosot ke muka di antara kedua bahu
ü Banyak lemak
(2)
Tipe
leptosome, sifat-sifat khas tipe ini, yaitu:
·
Badan
langsing/kurus
·
Rongga
dada kecil, sempit, pipih, rusuknya mudah dihitung,
·
Perut
kecil , bahu sempit
·
Lengan
dan kaki lurus
·
Tengkorak
agak kecil, tulang-tulang dibagian muka kelihatan jelas
·
Muka
bulat telur
·
Berat
relative kurang
(3)
Tipe
atletis, sifat-sifat khas tipe ini, yaitu:
Ø Tulang serta
otot dan kulit kuat
Ø Badan kokoh dan
tegap
Ø Tinggi cukupan
Ø Bahu lebar dan
kuat
Ø Panggul dan kaki
kuat
Ø Tenggorokan
cukup besar dan kuat, kepala dan leher tegak
Ø Muka bulat telur
(4)
Tipe
displastis, tipe ini merupakan penyimpangan dari ketiga tipe yang telah
dikemukakan itu, dan tidak dapat dimasukkan, karena tidak memiliki ciri-ciri
yang khas menurut tipe-tipe tersebut.
b.
Tipe-tipe
manusia menurut tempramennya
(1)
Tipe schzothym: orang yang
bertempramen schzothym sifat-sifat jiwanya bersesuaian dengan para penderita
schizophrenia, hanya sangat tidak jelas, hidupnya lebih tertutup, cenderung
seperti autism.
(2)
Tipe cyklothym: orang yang
bertempramen cyklothym, sifat jiwanya bersesuaian dengan para penderita
manisdepresif, hanya sangat tidak jelas, golongan ini mudah untuk mengadakan
kontak dengan dunia luar, serta mudah bergaul dan sebagainya.
c.
Hubungan
antara keadaan jasmani dan tempramen
(1)
Orang
yang berkonstitusi piknis kebanyakan
bertempramen cyklothym, atau
sebaliknya.
(2)
Orang-orang
yang berkonstitusi leptosome, atletis, dan
displastis kebanyakan bertempramen schizothyme, atau sebaliknya.
4.
Teori Sheldon
a.
komponen-komponen
kejasmanian
komponen
kejasmanian terdiri dari dua macam, yaitu:
(1)
komponen
–komponen jasmani primer, yang terdiri dari:
(a)
endomorphy (tipe endomorph)
(b)
mesomorphy (tipe mesomorph)
(c)
ectomorphy (tipe ectomorph)
penggunaan
istilah-istilah tersebut dihubungkan dengan tiga lapisan pada terbentuknya
fetus manusia, yaitu endoderm, mesoderm, dan
ectoderm. Ketiga lapisan itulah yang
nantinya berkembang menjadi bermacam-macam bagian tubuh dan organ pada manusia,
karena ketiga itu berpangkal variasi tubuh manusia.
(2)
Komponen-komponen
jasmani sekunder
(a)
Dysplasia
Sheldon
menemukan bahwa dysplasia berhubungan
dengan ectomorphy, dan lebih banyak
pada wanita darpada laki-laki; penelitian yang lebih kemudian membuktikan bahwa
dysplasia lebih banyak pada para
penderita psychosis pada mahasiswa.
(b)
Gynandromorphy
Gynandromorphy itu menunjukan sejauh manakah
jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin
lawannya, komponen ini dinyatakan dengan huruf “g”. Jadi, seseorang yang
memiliki komponen “g” ini maksimal adalah banci.
(c)
Texture
Texture ialah komponen yang menunjukkan
bagaimana orang itu tampaknya keluar.
b.
Komponen-komponen
tempramen
Komponen-komponen
tempramen yang terdapat pada inidvidu terdiri atas tiga macam, yaitu:
(1)
Viscerotonia,
(2)
Cerebrotonia, dan
(3)
Somatotonia
Terdapat juga
tentang tipe-tipe tempramen, yaitu:
(1)
Tipe
vescerotonis, tipe ini mencakup
sifat-sifat berhubungan dengan fungsi dan anatomi alat-alat visceral/digesif. Sfat-sifatnya, yaitu
tidak tegang, suka akan hiburan, gemar makan-makan, besar kebutuhannya akan
resonansi orang lain, tidurnya nyenyak, dan bila menghadapi kesukaran
membutuhkan orang lain.
(2)
Tipe
somatotonis, mencakup sifat-sifat
yang berhubungan dengan dominasi dan anatomi daripada struktur somatis.
Sifat-sifat tempramennya, yaitu sikapnya gagah, perkasa, kebutuhan bergerak
besar, suka berterus terang, suara lantang, nampaknya lebih dewasa dari yang
sebenarnya, dan bila mengahdapi kesukaran butuh melakukan gerakan.
(3)
Tipe
cerebrotonis
Orang yang cerebrotonis itu aktivitas pokoknya
adalah perhatian dengan sadar, serta inhibisi terdapat gerakan-gerakan
jasmaniah. Sifat-sifatnya, yaitu kurang gagah, ragu-ragu, reaksinya cepat,
kurang berani bergaul, kurang berani berbicara di depan orang banyak,
kebiasaannya tetap, hidup teratur, suaranya kurang bebas, tidur kurang nyenyak,
tampaknya lebih muda dari sebenarnya, dan kalau menghadapi kesukaran butuh
mengasingkan diri.
c.
Komponen-komponen
psikiatris
Adapun
komponen-komponen psikiatris itu ialah:
(a)
Affective, bentuknya yang
ekstrem terdapat pada para penderita psikosis jenis manis-depresif.
(b)
Paranoid, yang bentuk
ekstremnya terdapat pada penderita psikosis jenis paranoid, yaitu banyak
angan-angan, pikiran, gambaran yang sangat jauh dari kenyataan .
(c)
Heboid, yaitu bentuk
ekstremnya terdapat pada penderita hebephrenia,
yaitu suatu bentuk daripada schzoprenia.
Saling hubungan
antara berbagai komponen kepribadian
(1)
Telah
dilakukan penelitian pada 200 mahasiswa laki-laki yang menunjukkan bahwa
hubungan antara komponen-komponen kejasmanian dan komponen-komponen tempramen
itu ada.
(2)
Saling
hubungan antara komponen kejasmanian dengan komponen psikiatris yang telah
dilakukan penelitian kepada 155 orang oleh Sheldon. Walaupun hubungan tersebut
tidak sesederhana antara komponen kejasmanian dengan komponen temoramen.
5.
Beberapa
Tipologi Yang Berdasarkan Keadaan Kejiwaan Semata-Mata
(a)
Tipologi
plato
Plato membedakan
adanya tiga bagian jiwa, yaitu:
(1)
Pikiran
(logos) di kepala;
(2)
Kemauan
(thumos) di dada;
(3)
Hasrat
(epithumid) di perut.
Manusia
juga digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu orang yang terutama dikuasai oleh
pikir, kemauan, dan hasrat. Dalam Negara idealnya, plato membagi fungsi rakyat
dalam suatu Negara atas dasar ketiga golongan di atas, yaitu golongan pemimpin
pemerintahan, tentara, dan golongan yang terutama dikuasai oleh rakyat.
(b)
Tipologi
queyrat
Queyrat
menyusun tipologi atas dasar dominasi daya, daya jiwa, yaitu daya, daya
kognitif, afektif, dan konatif. Berikut ini adalah tipe-tpenya, yaitu:
(1)
Salah
satu daya yang dominan (tipe orang sehat): tipe meditative (kognitif dominan),
tipe emosional (afektif dominan), dan tipe aktif (konatif dominan).
(2)
Dua
daya dominan (tipe orang sehat): tipe meditative-emosional (kognitif dan
afektif dominan), tipe aktif-emosional (konatif dan afektif dominan), dan tipe
aktif-meditatif (konatif dan kognitif dominan).
(3)
Ketiga
daya ada dalam proporsi yang seimbang (tipe orang sehat): tipe seimbang, tipe
amorph, dan tipe aphatis.
(4)
Ketiga
daya itu ada atau berfungsi secara menentu (tipe setengah sakit): tipe tak
stabil, tak teguh hati, dan kontradiktoris.
(5)
Ada
tiga macam tipe yang tidak sehat, yaitu tipe hypochondris, melancholis, dan hysteris.
(c)
Tipologi
malapert
(1)
Tipe
intelektual, yaitu golongan analitis dan golongan reflektif.
(2)
Tipe
afektif, yaitu golongan emosional dan golongan bernafsu.
(3)
Tipe
volunteer, yaitu golongan tanpa kemauan dan golongan besar kemauan.
(4)
Tipe
aktif, yaitu golongan tak aktif dan golongan aktif.
6.
Tipologi Heymans
Adapun
sifat-sifat yang tercakup dalam masing-masing kualitas, yaitu:
(a)
Emosionalitas
(emosionaliteit),yaitu mudah
atau tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh sesuatu kesan.atas dasar ini
manusia digolongkan menjadi dua, yaitu:
(1)
Golongan
yang emosional (emosionalitasnya tinggi).
(2)
Golongan
yang tidak emosional.
(b)
Proses
pengiring, yaitu banyak sediktnya pengaruh kesan-kesan terhadap kesadaran ,
setelah kesan itu tidak lagi ada dalam kesadaran. terdapat dua golongan, yaitu
golongan yang proses pengiringnya kuat, dan golongan yang proses pengirinngnya
lemah.
(c)
Aktivitas
(activitiet), yaitu banyak sedikitnya
orang menyatakan diri, menjelmakan perasaannya dan pikirannya dalam tindakan
yang spontan. Dibagi menjadi dua golongan, yaitu: golongan yang aktif dan
golongan yang tidak aktif.
7.
Tipologi
Spranger
Adapun pokok
pikiran Spranger mengenai kepribadian manusia itu adalah sebagai berikut:
a.
Dua
macam roh (geist)
(1)
Roh
subjektif atau roh individual, yaitu roh yang terdapat pada masing-masing
manusia (individual).
(2)
Roh
objektif atau roh supra individual, yaitu roh seluruh umat manusia, merupakan
kebudayaan yang telah terjelma berabad-abad, roh ini disebut kebudayaan.
b.
Hubungan
antara roh subjektif dan roh objektif
Roh subjektif
dan roh objektif itu berhubungan secara timbal balik. Roh subjektif atau roh
individual, yang mengandung nilai-nilai yang terdapat pada masing-masing
individu, dibantu dan dipupuk dengan roh objektif, artinya roh subjektif terbentuk dan
berkembang dengan memakai roh objektif sebagai norma.
c.
Lapangan-lapangan
hidup
Kebudayaan
sebagai struktur atau sistem nilai digolongkan menjadi enam lapangan nilai
(wertegebieten). Adapun keenam lpangan nilai atau lapangan hidup sebagai
berikut:
(1)
Lapangan
pengetahuan (ilmu, teori)
(2)
Lapangan
ekonomi
(3)
Lapangan
kesenian
(4)
Lapangan
keagamaan
(5)
Lapangan
kemasyarakatan, dan
(6)
Lapangan
politik
d.
Enam
tipe manusia
No
|
Nilai kebudayaan yang dominan
|
Tipe
|
Tingkah laku
|
1
|
Ilmu pengetahuan
|
Manusia teori
|
Berpikir
|
2
|
Ekonomi
|
Manusia ekonomi
|
Bekerja
|
3
|
Kesenian
|
Manusia estetis
|
Menikmati keindahan
|
4
|
Keagamaan
|
Manusia agama
|
Memuja
|
5
|
Kemasyarakatan
|
Manusia social
|
Berbakti/berkorban
|
6
|
Politik kenegaran
|
Manusia kuasa
|
Ingin berkuasa/memerintah
|
B. Beberapa teori kepribadian yang memakai cara
pendekatan lain
1.
Psikoanalisis Teori Sigmund Freud
a.
Struktur
kepribadian
Menurut
Freud, kepribadian itu terdiri atas tiga sistem aspek, yaitu:
(1)
Das
Es (aspek biologis), adalah aspek yang orisinal. Das Es berfungsi dengan
berpegang kepada prinsip “kenikmatan” (lustprinzip
pleasure principle), yaitu mencari keenakan dan menghindarkan diri dari
ketidakenakan. Untuk menghilangkan ketidakenakan, Das Es memiliki dua cara,
yaitu refleks dan reaksi otomatis (berkedip dan sebagainya), dan proses primer
(orang lapar lalu membayangkan makanan.
(2)
Das
Ich (aspek psikologis), dari kepribadian ini timbul dari kebutuhan organisme
untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis. Fungsinya berpegang
kepada prinsip “realitas” (realitatsprinzip
reality principle). Tujuannya masih dalam garis kepentingan organisme,
tetapi dalam bentuk dan cara yang sesuai dengan kondisi dunia riil.
(3)
Das
Ueber Ich (aspek sosiologis), merupakan wakil nilai-nilai tradisional serta
cita-cita masyarakat. Fungsinya ialah menentukan apakah sesuatu susila atau
tidak susila, pantas atau tidak pantas, benar atau salah, dan pribadi dapat
bertindak dalam cara yang sesuai moral masyarakat. Berfungsinya Das Ueber Ich
dalam hubungan ketiga aspek tersebut, yaitu merintangi impuls-impuls Das Es,
mendorong Das Ich untuk lebih mengejar hal moralitas, dan mengejar
kesempurnaan.
b.
Dinamika
kepribadian
Freud beranggapan dinamika kepribadian
dimungkinkan oleh adanya energy yang ada dalam kepribadian itu. Energi ini
disebut energy psikis, dan energy ini disimpan di dalam insting-insting
(reservoir energy psikis). Menurut Freud di dalam diri terdpat dua macam
insting, yaitu:
(1)
Insting
hidup, berfungsi untuk melayani maksud individu untuk tetap hidup dan
memperpanjang ras.
(2)
Insting
mati atau insting merusak (destruktif) .
Dinamika
kepribadian terdiri dari cara bagaiman energy psikis itu dipergunakan oleh Da
Es, Das Ich dan Das Ueber Ich.
(a)
Apabila
Das Es menguasai sebagian besar energy psikis, maka tindakan-tindakannya akan
bersifat primitive, impulsive, agresif.
(b)
Apabila
Das Ich yang menguasai lebih besar energy psikis, maka pribadi akan bertindak
dalam cara-cara realistis dan rasional-logis.
(c)
Apabila
yang menguasai sebagian besar energy psikis itu Das Ueber Ich, maka orang akan
mengejar hal-hal yang moralistis, yang sempurna, yang kadang kurang rasional.
c.
Perkembangan
kepribadian
Perkembangan kepribadian adalah belajar
mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksi tegangan, yang timbul karena
individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan (tension).
Adapun sumber tegangan ialah (1) proses pertumbuhan fisologis, (2) frustasi,
(3) konflik, dan (4) ancaman.
Adapun cara yang paling pokok yang
digunakan individu untuk mereduksi tegangan ialah identifikasi dan pemindahan
objek. Identifikasi sebagai metode atau cara yang dipergunakan oleh individu
untuk menghadapi orang lain dan membuatnya menjadi bagian dari pada
kepribadiannya. Sedangkan pemindahan objek, jika seseorang tidak dapat memenuhi
apa yang diinginkannya maka ia harus belajar mengganti objek yang diinginkannya
itu dengan objek lain, agar tegangan yang timbul dalam dirinya dapat hilang
atau berkurang.
Dalam perkembangan individu sering
terbentuk berbagai mekanisme pertahanan. Beberapa bentuk mekanisme pertahanan,
yaitu:
(1)
Proyeksi,
adalah secara begitu saja (tidak sadar, mekanis) menempatkan sifat-sifat batin
sendiri pada objek di luar diri, sehingga sifat batin itu diamati atau dihayati
sebagai sifat orang lain benda di luar dirinya.
(2)
Fiksasi,
adalah berhenti pada suatu fase perkembangan tertentu yang seharusnya sudah
ditinggalkan, karena untuk ke fase selanjutnya akan menimbulkan ketakutan atau
tidak enak.
(3)
Regresi,
adalah kembali lagi ke fase yang telah pernah ditinggalkannya, karenna
menghadapu situasi yang bahaya baginya.
(4)
Isolasi,
adalah menyisihkan (mengisolir) sesuatu dan menganggapnya sebagai hal yang
tidak penting.
(5)
Rasionalisasi,
adalah memberikan alasan yang rasional kepada sesuatu kejadian.
(6)
Transkulpasi,
adalah mengambinghitamkan pihak lain, walaupun diri sendiri sebenarnya yang
membuat kesalahan.
2.
Psikologi analitis, teori carl gustav jung
Dalam teori ini Jung membahas tentang
psike, ialah segala pristiwa psikis, baik yang disadari maupun yang tidak
disadari, dapat juga diartikan kepribadian. Menurut Jung kepribadian terdiri
dari dua macam, yaitu:
(1)
alam
sadar (kesadaran), untuk mengadakan penyesuaian terhadap dunia luar,
(2)
alam
tak sadar (ketidaksadaran), untuk mengadakan penyesuaian terhadap dunia batin.
a.
Struktur
kesadaran
(1)
Fungsi
jiwa
Fungsi jiwa terdapat empat macam, yaitu
pikiran dan perasaan (fungsi jiwa rasional), serta pendriaan dan intuisi
(fungsi jiwa irrasional).
Fungsi
jiwa
|
Sifatnya
|
Cara
bekerjanya
|
Pikiran
|
Rasional
|
Dengan
penilaian: benar-salah
|
Perasaan
|
Rasional
|
Dengan
penilaian: senang tak senang
|
Pendriaan
|
Irrasional
|
Tanpa
penilaian: sadar indriah
|
Intuisi
|
Irrasional
|
Tanpa
penilaian: tak sadar naluriah
|
|
|
|
(2)
Sikap
jiwa
Sikap jiwa ialah arah daripada energy
psikis umum atau libido, yang menjelma dengan orientasi manusia terhadap
dunianya. Jung membedakan manusia menjadi dua tipe, yaitu tipe ekstravers (yang
utama factor objektif/luar), dan tipe introvers (yang utama factor
subjektif/batin sendiri).
(3)
Persona
Persona ialah cara seseorang dengan
sadar menampakkan diri keluar. Bagamana ia menunjukkan dirinya kepada sesame
manusia.
b.
Struktur
ketidaksadaran
Ketidaksadaran
memiliki dua alam bagian, yaitu:
(1)
Ketidaksadaran
pribadi, yaitu bagian dari pada alam ketidaksadaran yang diperoleh oleh individu
selama sejarah hidupnya, pengalaman pribadi.
(2)
Ketidaksadaran
kolektif, adalah bagian daripada ketidaksadaran itu yang diperoleh oleh
individu dari warisan nenek moyangnya.
Ketidaksadaran
harus dikembangkan dan dipahami.
Ketidaksadaran jika tidak disadari maka
akan menuntut kompensasi, dan hal ini membawa kegoncangan batin. Sedangkan jika
mengenal ketidaksadarannya sendiri, maka ia akan lebih menerima dirinya
senidiri dengan sewajarnya, dan dapat lebih menerima orang lain.
3.
Individual psychologie, teori alferd adler
a.
Individualitas
sebagai pokok persoalan
Adler memberi tekanan kepada pentingnya
sifat khas (unik) daripada kepribadian, yaitu individualitas, kebulatan serta
sifat-sifat khas pribadi manusia.
b.
Pandangan
teleologis
Adler berpendapat bahwa manusia lebih
didorong oleh harapan-harapannya mengenai masa depan daripada
pengalaman-pengalamannya di masa lampau. Tujuan itu memberi alasan kepada
segala aktivitas manusia dan tidak terletak di masa depan sebagai bagian
daripada suatu rancangan teleologis, melainkan ada dalam diri orang yang
bersangkuatan.
c.
Dua
dorongan pokok
(1)
Dorongan
kemasyarakatan, yaitu dorongan yang mendorong manusia untuk bertindak yang
mengabdi pada masyarakat.
(2)
Dorongan
keakuan, yang mendorong manusia untuk bertindak yang mengabdi kepada aku
sendiri.
d.
Rasa
rendah diri dan konpensasi
Perasaan tidak atau kurang berharga
untuk mencapai sebuah tujuan atau untuk dibandingkan dengan sesamanya disebut
rasa rendah diri. Orang yang mengalami rasa rendah hati tidak akan tinggal
diam, ia berusaha untuk meniadakan perasaan itu dengan menebus atau mencari
pemulih. Penebus atau pemulih itu disebut kompensasi. Jadi, kompensasi adalah
akibat yang wajar (yang seharusnya) daripada rasa rendah diri.
Arti individual psychologie
Individual
psychologie mempunyai
arti penting sebagai cara untuk memahami sesama manusia.
(1)
Aliran
itu menghendaki ditentukan tujuan yang susila, seperti keharusan memikul
tanggung jawab, keharusan menghadapi kesukaran hidup, mengikis dorongan keakuan
dan mengembangkan dorongan kemasyarakatan, menyelami diri sendiri dan membuka
kecenderungan egoistisyang tersembunyi kemudian diberantas.
(2)
Optimisme
dalam bidang pendidikan
4.
Bebrapa Catatan
Praktis
Di dalam bab ini telah membahas teori
kepribadian manusia, yang dimaksud dapatlah hendaknya menjadi bekal bagi para
pendidik dalam memahami peserta didiknya. Bermacam-macam ragamnya teori serta
metode di dalam lapangan psikologi kepribadian yang sebagian telah dikemukakan
dalam bab ini. Dengan berbekal berbagai macam teori mengenai kepribadian dan
berbagai metode penelitian mengenai kepribadian, diharapkan pendidik akan lebih
memahami anak didiknya, serta dalam penggunaan metode jangan hanya satu metode
yang digunakan tetapi para pendidik hendaklah mengguanakan kombinasi dari
berbagai metode.
Bab
4
Sifat-Sifat
Khas Individu Yang Lain: Masalah Inteligensi
A. Sifat Hakikat Inteligensi
1.
Konsep-Konsep
Mengenai Inteligensi Yang Bersifat Spekulatif-Filsafati
Spearman mengelompokkan
konsepsi-konsepsi yang bersifat spekulatif-filsafati menjadi tiga kelompok,
yaitu:
a.
Inteligensi
umum
(1)
Ebbinghaus
(1897), inteligensi sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi.
(2)
Terman
(1921), inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir abstrak.
(3)
Thorndike,
inteligensi sebagai hal yang dapat dinilai dengan taraf ketidaklengkapan
daripada kemungkinan-kemungkinan dalam perjuangan hidup individu.
b.
Inteligensi
sebagai kesatuan daripada daya-daya jiwa formal
Inteligensi
adalah persatuan (kumpulan yang dipersatukan) daripada daya-daya jiwa yang
khusus. Misalnya daya mengamati, daya memproduksi, dan sebagainya.
c.
Inteligensi
sebagai taraf umum daripada daya-daya jiwa khusus
Inteligensi
adalah sebagai taraf umum yang mewakili daya-daya khusus. Karena konsepsi ini
timbul dari keyakinan, bahwa yang dtes dengan inteligensi adalah inteligensi
umu.
2.
Konsepsi-Konsepsi
Yang Bersifat Pragmatis
Konsepsi ini cocok sekali dengan selera
banyak ahli di Amerika Serikat. Kurang radikal daripada pendapat Boring itu
ialah pernyataan Terman, bahwa inteligensi itu dapat diukur sesuai dengan
definisinya. Pernyataan ini dianalogikan dengan pengetahuan tentang listrik.
3.
Konsepsi-Konsepsi Factor
a.
Teori
Spearman
Tiap
tingkah laku manusia itu disebabkan oleh dua factor, yaitu:
(1)
Factor
umum, general factor yang tergantung
kepada dasar (lambang “g”), dan
(2)
Factor-faktor
khusus tertentu, special factor dipengaruhi
pengalaman (lambang “s”)
Berikut
bebrapa contoh ilustrasi, yaitu:
Tingkah
laku 1 = Tl₁ = g + s₁
Tingkah
lauk 2 = Tl₂ = g + s₂
b.
Teori
Thomson
Menurut Thomson apa yang disebutkan
factor g itu tidak ada, yang ada hanyalah bermacam-macam factor khusus ,
factor-faktor s. factor s tidak tergantung kepada keturunan melainkan
tergantung pada pendidikan.
c.
Teori
Cyrill Burt
Burt sependapat dengan teori Spearman,
tetapi di samping kedua factor tersebut menurut Burt ada factor ketiga yaitu
kelompak (lambing “c”). factor c ini adalah factor yang berfungsi pada sejumlah
tingkah laku, tetapi tidak pada semua tingkah laku. Jadi, factor c lebih luas
daripada factor s, tetapi lebih sempit daripada factor g.
d.
Teori
Thurstone
Thurstone sependapat dengan teori Burt,
tetapi ada pembedanya. Thurstone setuju dengan factor c dan s, sedangkan
menurut Ia factor g itu tidak ada. Adapun factor c menurut Thurstone, yaitu
factor ingatan (M), factor verbal (V), factor bilangan (N), factor kelancaran
kata-kata (W), factor penalaran atau reasoning
(R), factor persepsi atau perceptual
factor (P), dan factor ruang atau spatial
factor (S).
e.
Pendapat
Guildford
Menurut Guildford (1961, 1967), factor c
tidak hanya 7 melainkan 120, yang dapat dilihat dari tiga dasar, yaitu:
(keseluruhan 5 x 4 x 6 = 120)
(1)
Berdasar
atas prosesnya (operations), yaitu cognition, memory, divergent production, convergent
production, dan evaluation.
(2)
Berdasarkan
atas isi (content), yaitu figural, symbolic, semantic, dan behavioral.
(3)
Berdasarkan
atas bentuk informasi yang dihasilkan (product), yaitu unit, classes, relations, systems, transformations, dan implications.
4.
Konsepsi Yang Bersifat Operasional
Para
ahli operasionisme kurang sependapat dengan konsepsi-konsepsi yang telah
dijabarkan sebelumnya.
5.
Konsepsi-Konsepsi Fungsional
Konsepsi-konsepsi
yang didasarkan atas analisis fungsional lebih sesuai dengan kenyataan, dan
lebih sesuai untuk kebutuhan pendidik.
Salah satu teori ialah disusun oleh Binet. Binet menyatakan sifat hakikat
inteligensi ada tiga macam, yaitu:
a.
Kecenderungan
untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu.
b.
Kemampuan
untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk mencapai tujuan itu.
c.
Kemampuan
untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri sendiri, kemampuan
untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.
Langeveld
yang mengikuti Stern, memberikan definisi inteligensi sebagai disposisi untuk
bertindak, untuk menentukan tujuan baru dalam hidupnya. Stern memberikan
penjelasan lebih jauh mengenai disposisi untuk bertindak, yaitu:
(a)
Disposisi
itu tidak merupakan factor yang mempunyai batas tajam dengan segi-segi
kepribadian yang lain.
(b)
Disposisi
ditentukan oleh factor dasar dan pengaruh luar.
(c)
Disposisi
ini bermakna rangkap, yaitu potensi dan berarah tujuan.
(d)
Disposisi
itu gejala-gejalanya dapat muncul dalam kesadaran.
B.
Pengukuran
Inteligensi
1.
Perkembangan Tes Inteligensi Pada Umumnya
Secara garis
besar perkembangan tes inteligensi umum melewati beberapa fase, yaitu:
(a)
Fase
persiapan, yaitu para ahli sedang mencari/berusaha mendapatkan tes inteligensi.
(b)
Fase
kedua, yaitu fase naïf, yaitu orang menggunakan tes inteligensi yang telh
tersusun tanpa kritik. (±1915 - ±1935)
(c)
Fase
ketiga, yaitu fase mencari tes yang bebas dari pengaruh kebudayaan (culture
free test) dari kira-kira tahun 1935 sampai kira-kira 1950 (gagal).
(d)
Fase
kritis, yaitu mulai pada kira-kira tahun 1950 dan berlangsung terus sampai sekarang.
Jadi masa kritis adalah masa kita.
Tes inteligensi
mengandung kelemahan-kelemahan diantaranya sebagai berikut:
(1)
Tes
inteligensi tergantung kepada kebudayaan.
(2)
Tes
inteligensi hanya cocok untuk jenis tingkah laku tertentu. Max Weber seorang
ahli sosiologi menggolongkan tingkah laku menjadi empat macam, yaitu:
(a)
Affective
Handlung, tingkah
laku afektif.
(b)
Traditional
Handlung, tingkah
laku tradisional.
(c)
Wertrational
Handlung, tingkah
laku rasional berdasarkan nilai-nilai.
(d)
zweckrational
Handlung, tingkah
laku rasional atas dasar tujuan.
(3)
Tes
inteligensi hanya cocok untuk tipe kepribadian tertentu. Adapun sifat-sifat
tersebut sebagai berikut:
(a)
Harus
menurut saja, tanpa kritik, petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam tes tersebut;
dan harus menjalankan tugas yang disuruhkan kepadanya.
(b)
Harus
mempunyai dorongan bersaing yang besar.
(c)
Harus
berpegang pada prinsip ekonomi.
(4)
Perbandingan
kecerdasan/IQ merupakan hasil yang ditunjukan oleh tes inteligensi tidaklah
semata-mata tergantung kepada keturunan atau dasar.
(5)
Perbandingan
kecerdasan atau IQ seseorang tidak konstan.
(6)
Dalam
penggolongan manusia menurut IQ biasanya diikuti suatu pedoman, yang sebenarnya
harus diterima dengan hati-hati.
(7)
Tes
inteligensi itu sendiri masih mengandung kekeliruan (qalaf).
Beberapa Catatan
Praktis
Pada
materi ini sengaja dikemukakan kelemahan inteligensi, karena hal itu bisa
sebagai timbangan bagi seorang pendidik. Karena tes inteligensi ini bukanlah
serba dapat menentukan, maka janganlah dipakai sebagai satu-satunya pedoman,
melainkan harus dipergunakan dalam kombinasi dengan alat-alat lain. Dan tentang
IQ tidak semata-mata tergantung kepada dasar dan tidak konstan, maka sekali
testing jangan dianggap menentukan.
2.
Perkembangan Tes Inteligensi Model Binet
(a)
Hasil
pertama dari usaha Binet itu dikeluarkan pada tahun 1905. Wujudnya masih sangat
sederhana, yaitu terdiri dari 30 item (alat pembeda anak normal dan kurang
normal).
(b)
Setelah
tahun 1905 Binet mengadakan penyempurnaan yang mendapat bantuan Simon. Kemudian
hasilnya diterbitkan tahun1908, tes ini kemudian terkenal dengan nama tes
Binet-Simon. Suatu konsepsi yang orisinal, yang ternyata banyak diikuti oleh
orang yaitu konsepsi tentang umur ada dua macam, yaitu umur kalender/kronologis
(chronological age, disingkat CA),
dan umur kecerdasan/inteligensi (mental
age, disingkat MA).
(c)
Setelah
itu Binet dan Simon masih berusaha untu memperbaiki tes itu. Hasilnya
diterbitkan pada tahun1911, beberapa bulan setelah binet meninggal, itulah yang
kemudian menjadi model tes Binet.
(d)
Pada
akhir tahun 1911 dan permulaan tahun 1912 di Geneva diadakan kongres psikologi
internasional, yang mendapat kunjungan dari para ahli psikologi dari berbagai
negeri.
(e)
Tahun
1912 sekaligus terbitlah 4 tes model Binet itu. L.M. Terman menyempurnakan tes
Binet-Simon. Pada tahun 1916 terbitlah revisi tersebut, yang terkenal dengan
nama Standfor Revision Tes, atau Standford-Binet Scale, atau Binet Scale.
(f)
Pada
tahun 1937 mengadakan peninjauan mengenai tes yang diterbitkan tahun 1916 dan
Ia dibantu oleh M. D. Merrill. Lalu revisi keduanya ditebitkan tahun 1937 yang
sampai saat ini masih terkenal.
(g)
Revisi
pada tahun 1937 itu membutuhkan revisi lagi, kemudian diterbitkan hasil revisi
yang lebih baru, yaitu revisi tahun 1960.
3.
Tes Wechsler
Tes
Wechsler mula-mula diterbitkan pada tahun 1939 dengan nama Wechsler Bellevue
Intelligence Scale (disingkat W-B) dan revisinya diterbitkan tahun 1955 dengan
nama Wechsler Adult Intelligence Scale (disingkat WAIS). Pada tes inteligensi
ini diarahkan untuk orang dewasa. Selain itu Wechsler juga menyusun tes
inteligensi untuk anak-anak yang diberi nama Wechsler Intelligence Scale For
Children (disingkat WISC) diterbitkan tahun 1949.
4.
Soal-Soal Praktis
Untuk
memperoleh IQ kita harus tahu MA, dan CA. cara untuk mendapatkan CA adalah itu
sangat mudah, jalan yang paling tepat adalah dengan mendasarkan diri pada kartu
kelahiran. Dan MA lebih sulit, itu dapat diperoleh denga tes inteligensi.
Woodworth dan Marquis, mereka moenggolongkan manusia berdasarkan IQnya. Pada
perkembangan inteligensi terutama terjadi pada masa anak-anak, terutama pada
anak masih sangat muda pengaruh inteligensinya sangat besar.
Bab 5
Perbedaan-Perbedaan
Dalam Bakat
Apakah Bakat Itu?
Dari
beberapa definisi para ahli, seperti William B. Michael, Bingham, Woodworth dan
Marquis, dan Guildford, dapat disimpulkan, bahwa bakat merupakan kemampuan
individu untuk melakukan tugas setelah mendaptkan latihan atau dapat diukur
dengan alat atau tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu. Selain itu menurut
Guildford bakat mencakup tiga dimensi, yaitu:
(1)
Dimensi
perseptual: kepekaan indera, perhatian, orientasi ruang dan waktu, dan
sebagainya.
(2)
Dimensi
psikomotor: factor kekuatan, impuls, kecepatan gerak, ketelitian, koordinasi,
keluwesan.
(3)
Dimensi
intelektual: factor ingatan, pengenalan, evaluative, berpikir konvergen, dan
divergen.
Bagaimana Caranya Kita Mengenal Bakat Seseorang?
Menurut
sejarahnya usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja (atau
jabatan), tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Prosedur yang biasanya
ditempuh adalah:
a.
Melakukan
analisis jabatan (job-analysis) atau
analisis lapangan studi untuk menemukan factor-faktor yang diperlukan.
b.
Dari
hasil analisis dibuat pencandraan jabatan (job-description)
atau pencandraan lapangan studi.
c.
Dari
pencandraan jabatan atau lapangan studi itu diketahui persyaratan apa yang
harus dipenuhi.
d.
Dari
pesyaratan itu sebagai landasan disusun alat pengungkapnya (alat pengungkap
bakat), yang biasanya berwujud tes.
Bab 6
Perkambangan
Individu
A.
Apakah
Perkembangan Itu?
1.
Aliran Asosiasi
Para
ahli yang mengikuti aliran asosiasi berpendapat, bahwa pada hakikatnya
perkembangan itu adalah proses asosiasi. Salah seorang tokoh aliran asosiasi
yaitu John Locke berpendapat bahwa permulaannya jiwa anak itu adalah semisal
selembar kertas putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi pengalaman
atau empiri. Locke membedakan adanya dua macam pengalaman, yaitu pengalaman
laur (diperoleh dari pancaindera (sensations)),
dan pengalaman dalam (mengenai keadaan dan kegiatan batin (reflexions)).
2.
Psikologi
Gestalt
Bagi
para ahli yang mengikuti aliran Gestalt, perkembangan itu adalah proses
diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan
sedangkan yang sebagian adalah sekunder. Selanjutnya aliran Neo-Gestalt, yang
bentuk nyatanya salah satu adalah aliran psikologi Medan (yang dirintis oleh
Kurt Lewin) terhadap proses diferensiasi itu masih menambahkan lagi proses
stratifikasi.
3.
Aliran
Sosiologis
Para
ahli yang mengikuti aliran sosiologis menganggap bahwa perkembangan adalah
proses sosialisasi. Salah seorang ahli yaitu James Mark Baldwin (1864-1934),
karya utamanya salam psikologi perkembangan adalah: Mental Development in the Child and the Race (1895). Selanjutnya
Baldwin berpendapat ada dua macam peniruan, yaitu nondeliberate imitation (anak meniru gerakan/sikap orang dewasa),
dan deliberate imitation. Proses
peniruan ini terjadi karena tiga taraf, yaitu taraf proyektif, taraf subjektif,
dan dan taraf eyektif.
B.
Faktor-Faktor
Apakah Yang Mempengaruhi Perkembangan Itu?
1.
Nativisme
Tokoh
utama aliran ini ialah Schopenhauer. Para
ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat, bahwa perkembangan individu
itu semata-mata ditentukan oleh factor-faktor yang dibawa sejak lahir (natus
artinya lahir), jadi perkembangan individu itu semata-mata tergantung kepada
dasar. Tetapi konsepsi nativisme itu tidak dapat dipertahankan dan tidak dapat
dipertanggung jawabkan.
2.
Empirisme
Tokoh
utama daripada aliran empirisme ini ialah John Locke. Pengikut-pengikut aliran
empirisme ini berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung kepada
factor lingkungan, sedangkan dasar tidak memainkan peranan sama sekali. Tetapi
aliran empirisme ini juga tidak tahan uji dan tidak dapat kita pertahankan.
3.
Konvergensi
Paham
konvergensi berpendapat, bahwa di dalam perkembangan individu itu baik dasar
atau pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan penting. Saat ini, sebagian
besar dari para ahli mengikuti konsepsi ini, dengan variasi yang
bermacam-macam, ada yang walaupun berpegang pada konvergensi, tetapi dalam
praktiknya menganggap bahwa lebih dominan itu dasar (ahli-ahli konstitusional),
adapula yang mengaggap yang lebih dominan itu lingkungan. Langeveld secara
fenomenologis mencoba menemukan perkembangan anak itu menjadi orang dewasa,
yaitu:
a.
Karena
anak mahluk hidup (mahluk biologis) maka dia berkembang.
b.
Anak
itu pada masih muda ia sangat tidak berdaya, dan ia butuh berkembang.
c.
Anak
membutuhkan perasaan aman.
d.
Dalam
perkembangan anak tidak pasif menerima pengaruh luar, tetapi mereka aktif
mencari dan menemukan.
Ada
empat asas dalam perkembangan, yaitu asas biologis, asas ketidakberdayaan, asas
keamanan, dan asas eksplorasi.
C.
Bagaimanakah
Sifat-Sifat Anak Pada Masa-Masa Tertentu Dalam Perkembangan Tersebut.
1.
Periodisasi-Periodisasi Yang Berdasar Biologis
a.
Pendapat
Aristoteles
Aristoteles
menggambarkan perkembangan anak dari lahir sampai dewasa dalam tiga periode
lamanya masing-masing tujuh tahun:
Fase I : dari 0 sampai 7, masa anak kecil (bermain)
Fase II : dari 7 sampai 14, masa anak (belajar)
Fase III : dari 14 sampai 21, masa
remaja/pubertas (peralihan dari anak menjadi dewasa)
b.
Pendapat
Kretschmer
Kretschmer
mengemukakan empat fase, yaitu:
Fase I : 0 sampai 3, fiillungs periode I (anak kelihatan pendek gemuk).
Fase II : 3 sampai 7, sterckungs periode I (anak kelihatan langsing).
Fase III: 7
sampai 13, fȕllungs periode II (anak
kelihatan pendek gemuk).
Fase IV: 13
sampai 20, sterckungs periode II
(anak kelihatan langsing).
Pada
periode fȕllungs anak menunjukkan sifat, seperti jiwanya terbuka, mudah
bergaul, mudah didekati, dan sebagainya. Pada periode sterckung anak bersifat,
seperti jiwa tertutup, sukar bergaul, sukar didekati, dan sebagainya.
c.
Pendapat Sigmund
Freud
(1)
Fase
oral: 0 sampai 1, mulut sebagai daerah pokok aktivitas dinamis.
(2)
Fase
anal: 1 sampai 3, dorongan dan tahanan berpusat difungsi pembuangan kotoran.
(3)
Fase
falis: 3 sampai 5, alat-alat kelamin daerah crogen terpenting.
(4)
Fase
latent: 5 sampai 12/13. Impuls cenderung dalam keadaan tertekan (mengendap).
(5)
Fase
pubertas: 12/13 sampai 20. Impuls menonjol kembali.
(6)
Fase
genital
d.
Pendapat
Montessori
Mentossori
mengemukakan empat periode perkembangan, yaitu:
(1)
Periode
I (0-7) adalah periode penangkapan (penerimaan) dan pengaturan dunia luar
dengan perantaraa alat indera.
(2)
Periode
II (7-12) adalah rencana abstrak. Anak mulai memperhatikan hal kesusilaan.
(3)
Periode
III (12-18) adalah periode penemuan diri dan kepekaan rasa social.
(4)
Periode
IV (18- -) adalah periode pendidikan tinggi.
e.
Pendapat Ch. Bȕhler
Fase I : (0-1), fase gerak laku ke dunia luar
Fase II : (1-4), fase makin luasnya hubungan anak
dengan benda-benda di sekitarnya.
Fase III: (4-8),
fase hubungan pribadi dengan lingkungan social, dan sebagainya.
Fase IV: (8-13),
fase memuncaknya dunia objektif dan rasa kesadaran akunya.
Fase V : (13-19), fase penemuan diri dan kematangan.
2.
Periodisasi-Periodisasi Yang Berdasarkan Didaktis
a.
Pendapat
Comenius
Konsepsi ini
tentang macam-macam sekolah yang disesuaikan dengan jiwa anak, yaitu:
(1)
Scola meterna (sekolah ibu),
untuk anak-anak umur 0-6.
(2)
Scola vernacular
(sekolah
Bahasa ibu), unuk anak-anak umur 6-12.
(3)
Scola latina (sekolah latin),
untuk anak-anak umur 12-18.
(4)
Academia (akadekmi),
untuk anak-anak umur 18-24.
b.
Pendapat J.J.
Rousseau
(1)
I
0-2 adalah masa asuhan,
(2)
II
2-12 adalah masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera,
(3)
III
12-15 adalah periode pendidikan akal,
(4)
15-20
adalah periode pembentukan watak dan pendidikan agama.
3.
Periodisasi-Periodisasi Yang Berdasarkan Psikologis
1.
Masa
Intera-Uterin
Pemulaan
kehidupan anak di kandungan di mulai saat pembuahan. Setelah itu perkembangan
dalam masa kandungan ini terutama bersifat pematangan (maturation). Sel-sel tertentu karena dasarnya suatu saat (pada saat
telah matang) berkembang menjadi organ-organ tertentu.
2.
Masa Vital
a.
Masa
dimulainya kelahiran si anak. Ada beberapa hal yang perlu dikemukakan dalam
hubungan kelahiran anak ini. (1) pertama adalah soal apakah anak itu lahir atau
dilahirkan; (2) bahwa anak yang lahir itu senantiasa menangis; (3) bahwa anak
manusia yang baru saja lahir itu sangat tidak berdaya.
b.
Kemajuan-kemajuan
pada tahun pertama dan kedua. Freud menamakan masa tahun pertama dalam
kehidupan anak sebagai masa oral, Karena mulut dipandang sebagai sumber
keenakan dan tidakkeenakan. Pada tahun kedua anak telah belajar berjalan.
Beberapa Catatan
Praktis
Pada
masa vital ini kebutuhan vital (biologis) merupakan hal yang terpenting.
Kebutuhan biologis itu harus diberikan secara layak, seperti pemberian makanan
kepada anak atau bottle feeding, agar
anak dapat berkembang secara normal.
3.
Masa Estetis
Pada
masa ini perkembangan anak yang terutama ialah fungsi pancainderanya, dan dalam
eksplorasinya dia menggunakan pancainderanya pula. Dalam masa inilah tampak
munculnya gejala kenakalan (umur 3-5).
Petunjuk Praktis
Dalam
menghadapi anak yang mengalami masa Trotz ini sikap yang paling baik adalah
jalan tengah; artinya bukan sikap yang ekstrem, baik ekstrem menekan atau
memanjakan.
4.
Masa
Intelektual, Masa Keserasian Bersekolah
Freud memberi
nama fase ini fase talent, yang dapat dirinci lagi menjadi dua fase, yaitu:
a.
Masa
kelas-kelas rendah sekolah dasar (6/7-9/10), dan
b.
Masa
kelas-kelas tinggi sekolah dasar (9/10-13).
Beberapa sifat
khas anak pada masa ini ialah:
(1)
Adanya
perhatian kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
(2)
Amat
realistic, ingin tahu, ingin belajar.
(3)
Menjelang
akhir masa ini telah ada minat kepada hal dan mata pelajaran khusus.
(4)
Samapi
umur 11, anak membutuhkan bantuan pendidik untuk menyelesaikan tugas dan
memenuhi keinginannya.
(5)
Masa
ini anak memandang nilai (rapor) adalah ukuran yang tepat mengenai prestasi.
(6)
Anak-anak
masa ini gemar membentuk kelompok-kelompok sebayanya.
Sifat-Sifat
Psikologis Anak Puer
a.
Sifat
khas yang pokok pada masa pueral diringkas menjadi dua, yaitu (1) ditunjukkan
untuk berkuasa (si kuat, si juara, si menang, dan sebaganya), dan ekstravers.
b.
Rasa
diri dan penerimaan otoritas (kekuasaan, outhorithy)
orang dewasa.
c.
Sikap
anak puer terhadap otoritas (kekuasaan).
d.
Permainan
anak puer. Permainan masa ini biasanya banyak menggunakan tenaga.
e.
Bacaan
pada anak puer, pada masa ini kegemaran akan dongeng-dongeng menurun sedangkan
kegemaran akan cerita-cerita yang mengandung pengalaman meningkat.
Beberapa Catatan
Praktis
Kematangan
untuk masuk sekolah dasar sebenarnya primer harus tidak didasarkan kepada umur
kronologis, tetapi harus didasarkan kepada kematangan jasmani atau rohani. Pada
masa pueral ini murid menghendaki guru yang adil, tegas, calm, zakelijk yang
nyatanya memiliki kelebihan dari murid-muridnya.
5.
Masa Remaja
Hakikat
masa remaja yang utama adalah menemukan dirinya sendiri, meneliti sikap hidup
yang lama dan mencoba-coba yang baru untuk menjadi yang dewasa.
1.
Masa
Praremaja
Masa ini
berlangsung dalam waktu singkat, ditandai oleh sifat-sifat negative pada si
remaja sehingga seringkali disebut masa atau fase negative. Dari penelitian
para ahli dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
(1)
Negative
dalam prestasi: prestasi jasmani dan kejiwaan.
(2)
Negative
dalam sikap social: menarik diri dari masyarakat, agresif terhadap masyarakat.
2.
Masa
Remaja
a.
Merindu
puja (mendewa-dewakan) sebagai gejala remaja. Di dalam fase negative untuk
pertama kali anak sadar akan kesepian yang tidak pernah dialaminya pada masa
sebelumnya
b.
Tipe-Tipe
Anak Remaja
Laki-Laki
|
Perempuan
|
1.
Aktif dan memberi
2.
Cenderung untuk memberikan perlindungan
3.
Aktif meniru pribadi pujaannya
4.
Minat tertuju pada hal yang bersifat intelktual,
abstrak, zakelijk
5.
Berusaha memutuskan sendiri dan ikut bicara
|
1.
Pasif dan menerima
2.
Cenderung untuk menerima perlindungan
3.
Pasif, mengagumi pribadi pujaannya
4.
Minat tertuju pada hal yang besifat emosional.
Konkret, persoonlijk
5.
Berusaha mengikuti dan menyenangkan orang lain
|
Beberapa Catatan
Praktis
Dari
segi pendidikan masa negative adalah masa yang sukar bagi anak, pada masa ini
pribadi pendidik (sebagai pendukung nilai) sangat langsung mempengaruhi
perkembangan pendirian serta penentu pandangan hidup si remaja.
Bab 7
Perubahan
Individu Karena Belajar
A.
Pendahuluan
1.
Perlu Dan Pentingnya Masalah Belajar
Setiap
orang itu berusaha untuk belajar dan mengajar,
karena itu adalah hal yang penting bagi kehidupan.
2.
Ahli-Ahli Psikologi Memegang Peran Utama Dalam
Mengupas Masalah Belajar
Masalah
dalam belajar terjadi karena dua hal, yaitu karena alasan historis dan alasan
literer. Bagi seorang ahli psikologi teori belajar itu merupakan hal yang
hakiki, karena bermacam-macam tingkah laku manusia itu, yang oleh si ahli
psikologi hendak pahami, adalah hasil belajar.
B.
Apakah Belajar
Itu?
1.
Macam-Macam Aktivitas Yang Disebut Belajar
Banyak
aktivitas-aktivitas yang oleh hamper setiap orang dapat disetujui kalau disebut
belajar, seperti mendapatkan perbendaharaan kata-kata baru, menghafal syair dan
sebagainya.
2.
Macam-Macam Definisi
Dapat
disimpulkan dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai
berikut:
(1)
Bahwa
belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral
changes, actual maupun potensial).
(2)
Bahwa
perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru (dalam arti
Kenntnis dan Fertingkeit).
(3)
Bahwa
perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
C.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Belajar
1.
Factor-faktor
nonsosial dalam belajar, misalnya keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu
(pagi, siang atau malam), tempat (letak, pergedungannya), alat-alat pelajaran.
2.
Factor-faktor
social dalam belajar, adalah factor manusia(sesama manusia), baik manusia
itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung
hadir.
3.
Factor-faktor
fisiologis dalam belajar, factor Tonus jasmani
pada umumnya (jasmani segar atau lelah), dan factor keadaan fungsi-fungsi
jasmani tertentu terutama fungsi pancaindera.
4.
Factor-faktor
psikologi dalam belajar, Maslow (menurut Frandsen, 1961: 234) mengemukakan
motif untuk belajar itu, ialah adanya kebutuhan fisik; rasa aman, bebas dari
kekhawatiran; kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain;
mendapat kehormatan dari masyarakat; sesuai dengan sifat untuk mengemukakan
atau mengtengahkan diri. Kebutuhan tersebut tidaklah lepas satu sama lain,
melainkan sebagai suatu keseluruhan mendorong belajarnya anak.
D.
Bagaimanakah
Belejar Itu Terjadi? Beberapa Konsepsi Atau Teori Belajar
Hilgard
(1984 menunjukkan lima macam perbedaan antara molecural dan molar,
yaitu:
(1)
Teori-teori
molecular environmentalistis, teori-teori
molar nativistis.
(2)
Teori
molecular mementingkan bagian-bagian,
teori molar mementingkan keseluruhan.
(3)
Teori
molecular mementingkan reaksi, teori molar memntingkan kognisi.
(4)
Teori
molecular mementingkan mekanisme,
teori molar mementingkan dynamic aquilibrium.
(5)
Teori
molecular bertinjau historis, teori molar bertinjau kekinian.
1.
Konsepsi-konsepsi
yang disusun atas dasar pemikiran spekulatif
a. Belajar menurut
ahli-ahli golongan skolastik, belajar itu pada hakikatnya ialah mengulang-ulang
bahan yang harus dipelajari (ulangan).
b. Belajar menurut
golongan kotrareformasi, mereka menganggap sebagai inti belajar itu adalah
ulangan.
c. Belajar menurut
konsepsi ahli-ahli psikologi daya, pada hakikatnya itu belajar itu juga
ulangan.
d. Pendapat
Herbart, menurut teori ini tanggapan adalah inti belajar, di samping pemberian
tanggapan yang sejelas mungkin, ialah ulangan; ulangan untuk memasukan
tanggapan sesering mungkin ke dalam tanggapan.
2. Ebbinghaus merintis cara pendekatan ekperimental
Dalam
konsepsi ini inti daripada belajar itu tidak lain dan tidak bukan juga ulangan.
3.
Teori Thorndike:
koneksionisme atau Bond-psychology
Thorndike
berpendapat bahwa yang menjadi dasar belajar itu ialah asosiasi antara kesan
pancaindera dengan impuls untuk bertindak. Proses belajar pada manusia
berlangsung menurut tiga hukum belajar pokok, yaitu:
a.
Low of
readiness, pelajar
cenderung untuk mendapatkan kepuasan atau ketidakpuasan, menerima atau menolak
sesuatu.
b.
Low of exercise,
hukum
ini mengandung dua hal, yaitu low of use (hubungan
atau koneksi menjadi bertambah bila dilatih), low of disuse itu sebaliknya.
c.
Low of effect, menunjukkan
kepada makin kuat atau makin lemahnya hubungan sebagai akibat daripada respons
yang dilakukan.
4. Pavlovianisme; classical conditioning
Secara
psikologis refleks bersyarat itu merupakan reaksi sebagai hasil belajar. Tetapi
Pavlov tidak tertarik pada masalah ini, melainkan lebih tertarik pada
masalahfungsi otak.
5.
Behaviorisme
Tokoh utama
aliran ini adalah J.B. Watson. Dasar-dasar pendapat Watson ialah:
a.
Masalah
objek psikologi, objek adalah tingkah laku, lebih tegasnya lagi adalah tingkah
laku positif, yaitu tingkah laku yang dapat diobservasi.
b.
Masalah
metode, Watson tidak setuju dengan metode introspektif. Metode yang pokok ialah
observasi.
c.
Bagian-bagian
teori Watson yang terpenting,
(1)
Teori
sarbon (stimulasus and response bond
theory)
(2)
Pengamatan
dan kesan (sensation and perception)
(3)
Perasaan,
tingkah laku afektif
(4)
Tentang
teori berpikir
(5)
Pengaruh
lingkungan (pendidikan, belajar, pengalaman) dalam perkembangan individu
6.
Teori Skinner:
operant conditioning
Focus teori Skinner adalah pada respons
atau jenis tingkah laku yang kedua ini (respondent
response dan operant response);
soalnya ialah bagaimana menimbulkan, mengembangkan, dan memodifikasi tingkah
laku tersebut.
7.
Teori Gestalt
Tokoh utama yang merumuskan transfer
dari pengamatan ke belajar ialah Koffka. Belajar adalah asumsi bahwa
hukum-hukum organisasi dalam pengamatan itu berlaku bagi belajar. Pada
kenyataannya bahwa belajar pokok yang terpenting adalah mendapat respon yang
tepat. Berikut adalah hukum-hukum pengamatan, yaitu: Hukum Prȁgnanz (memuat),
dan hukum-hukum tambahan. Jadi inti dari belajar itu adalah mengerti dan
mendapatkan insight (pencerahan/pemecahan problem).
8. Belajar menurut teori medan
(1)
Belajar
sebagai perubahan dalam struktur kognitif,
(2)
Hadiah
dan hukum menurut interprestasi Kurt Lewin. Ahli-ahli yang emngikuti law of effect dan law of reinforcement menganalisis keadaan yang mendorong pelajar
untuk mendekati hadiah dan menjauhi hukuman. Kurt Lwein menggambarkan situasi
yang mengandung hadiah atau hukuman itu sebagai situasi yang mengandung
konflik.
(3)
Masalah
berhasil dan gagal
(4)
Sukses
membawa mobilisasi energy cadangan, sehingga kemampuan individu untuk
memecahkan problem bertambah, meningkat.
9.
Pendirian
Eklektik
Berdasarkan atas pendirian eklektik
hendaklah digunakan hukum-hukum belajar yang setepat mungkin supaya usaha
belajar lebih berhasil.
Bab
8
Penilaian
Hasil-Hasil Pendidikan
A. Pendahuluan
1.
Masalah
penilaian hasil-hasil pendidikan bukanlah masalah baru: ujian adalah cara yang
paling umum dilakukan dalam usaha tersebut
2.
Rapor sebagai
perumusan terakhir sesaat daripada penilaian hasil-hasil pendidikan. Maksud penilaian
hasil-hasil pendidikan itu ialah untuk mengetahui (dengan alasan yang
bermacam-macam) pada waktu dilakukan penilaian itu sudah sejauh manakah
kemajuan anak didik. Rapor itu merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh
guru mengenai hasil belajar muridnya selama masa tertentu.
3.
Fungsi penilaian
dalam proses pendidikan
a.
Dasar
psikologis, secara psikologis orang selalu butuh mengetahui sudah sampai sejauh
mana dia berjalan menuju kepada tujuan yang ingin atau yang seharusnya
dicapai. Masalah kebutuhan psikologis
akan pengetahuannya mengenai hasil usaha yang telah dilakukan dapat ditinjau
dari dua segi, yaitu dari segi anak didik dan segi pendidik.
b.
Dasar
didaktis, ada dua segi, yaitu:
(a)
Dari
segi anak didik, pengetahuan akan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pada umumnya berpengaruh
baik terhadap pekerjaan selanjutnya, dan murid juga tahu akan kekuatan serta
kelemahannya.
(b)
Dari
segi guru, dengan menilai hasil atau kemajuan muridnya, sebenarnya guru tidak
hanya menilai hasil usaha muridnya saja, tetapi sekaligus menilai hasil
usahanya sendiri.
c.
Dasar
adminstratif, memberikan data untuk menentukan status anak didik di dalam
kelasnya, memberi ikhtisari mengenai segala hasil usaha yang dilakukan oleh
sesuatu lembaga pendidikan, dan merupakan inti laporan tentang kemajuan murid
kepada orang tua atau pejabat pemerintah yang berwenang, guru dan juga murid.
B.
Teknik Penilaian
1. Syarat-syarat
penilaian yang baik
a. Tes itu harus reliable, tes itu memiliki keajegan
hasil (sama dengan dirinya sendiri).
b. Tes itu harus valid, mengukur apa yang seharusnya
diukur.
c. Tes itu harus
objektif, suatu factor yang terpenting yang mempengaruhi validitas dan
reabilitas.
d. Tes itu harus
deskriminatif, disusun sedemikian rupa sehingga dapat melacak perbedaan yang
sekecil apapun.
e. Tes itu harus comprehensive, mencakup segala persoalan
yang harus diselidiki.
f. Tes itu harus
mudah digunakan
2. Bermacam-macam
bentuk penilaian
Tes terbagi menjadi dua yaitu subjektif
dan objektif. Menurut sejarah yang lebih dahulu adalah bentuk tes subjektif
akan teteapi karena ternyata bentuk ini banyak mengandung kelemahan, maka orang
lalu berusaha menyusun tes objektif.
(1)
Berikut
adalah kelemahan tes subjektif:
a.
Tes
subjektif itu sukar sekali (kalau tidak dapat dikatakan tidak mungkin) dinilai
secara tepat.
b.
Tes
subjektif sukar untuk dapat comprehensive.
c.
Terpengaruh
oleh sistem essay examination, atau
ada yang memang dengan kesadaran, dan kecenderungan kepada si pendidik untuk
memberikan nilai seperti biasanya.
d.
Masalah
reabilitas, validitas, dan objektifitas sukar dapat dijamin oleh tes subjektif
itu.
(2)
Tes
objektif, tes dibagi menjadi empat macam, yaitu:
a.
Tes
kepribadian (personality test)
b.
Tes
inteligensi atau tes inteligensi umum (intelligence
test, general intelligence test)
c.
Tes
bakat khusus (special ability test,
aptitude test)
d.
Tes
sekolah atau tes prestasi atau tes hasil belajar
Menurut
bentuknya, tes sekolah ini masih bisa dibedakan lagi menjadi beberapa macam bentuk
yang terpenting, yaitu:
a.
Tes
benar-salah atau tes ya-tidak (true-false
test, yes-no test)
b.
Tes
pilihan berganda (multiple choice test)
c.
Tes
membandingkan atau menyesuaikan (matching
test)
d.
Tes
isian
e.
Tes
melengkapi
Beberapa Catatan
Penutup
Bermacam-macam
tes itu hanya alat-alat untuk menilai sampai sejauh mana kejauhan anak didik,
sebagai alat tetaplah menjadi alat, jangan sampai alat menjadi tujuan.
Bermacam-macam bentuk tes itu sebaiknya dipakai dalam kombinasi antara yang
satu dengan yang lain.
C.
Statistika
Sederhana
1.
Perlu dan pentingnya soal ini
Penilaian
pada dasarnya adalah semacam pengukuran. Di dalma penilaian itu kita mengenakan
norma-norma tertentu; norma-norma itu pada hakikatnya adalah semacam ukuran.
Hal-hal yang kita nilai itu sendiri yaitu kemajuan anak didik, sebenarnya
bersifat kualitatif, jadi kita lakukan kuantitatif.
2.
Bermacam-macam data kuantitatif
a.
Data
nominal, yaitu data yang kita peroleh kalau kita melakukan klarifikasi.
b.
Data
urutan atau data ordinal, yaitu data yang menunjukkan urutan kedudukan
masing-masing hal dalam data itu.
c.
Data
interval, yaitu data dimana terdapat jarak yang sama di antara hal-hal yang
diselidiki atau dipersoalkan.
d.
Data
nisbah atau perbandingan atau rasio, yaitu data yang mempunyai nol mutlak,
harga nol seperti yang kita pergunakan dalam perhitungan matematika.
3.
Pembuatan table frekuensi
Pembuatan
table ini berfungsi untuk memudahkan kita memahami dan lebih memberikan
gambaran mengenai soal yang perlu kita atur. Berikut ini tahap-tahap membuat
table frekuensi bergolong, yaitu:
a.
Menetapkan
banyaknya dan besarnya interval.
b.
Menetapkan
batas dan nilai yang akan mewakili kelompok.
c.
Menghitung
dan mencatat frekuensi untuk masing-masing interval.
4.
Ukuran-ukuran sentral
Di dalam
statistika ada tiga macam ukuran mengenai kecenderungan pemusatan itu, yaitu:
(1)
Rata-rata
hitung = rata-rata = Mean (lengkapnya arithmetic mean).
(2)
Titik
tengah (medium), diberi lambing Md, dan
(3)
Modus
atau modul, diberi lambing Mo.
Penggunaan
ukuran-ukuran tendensi sentral:
(1)
Kita
cari mean apabila: dikehendaki rebilitas yang tersedia, dalam perhitungan
selanjutnya ada perhitungan mengenai deviasi, dan distribusi dibagian pusat
simetris.
(2)
Kita
cari Md (medium) apabila: tak ada cukup waktu untuk mencari mean, distribusi
data sangat berat sebelah, dan distribusi yang kita peroleh tidak komplit.
(3)
Kita
mencari Mo (modus) apabila: kita kehendaki ukuran tendensi sentral yang paling
cepat, kita ingin tahu hal yang paling khas dalam data yang kita selidiki.
5.
Ukuran-ukuran pemencaran (sebaran) atau variabilitas
a.
Deviasi
rata-rata (=AD) everage deviation adalah
rata-rata dari semua deviasi kalau kita mengabaikan tanda aljabarnya.
b.
Deviasi
stamdard (=SD) standard deviation atau
simpangan baku, adalah yang paling umum dipakai sebagai petunjuk derajat
variabilitas, dan yang paling dapat dipercaya.
6.
Korelasi
Angka
korelasi adalah angka yang menunjukkan sampai sejauh mana dua hal saling
berhubungan; sampai sejauh mana variasi dalam satu hal bersamaan dengan variasi
dalam hal yang lain.
·
Interprestasi
angka korelasi
Untuk memberikan
interprestasi kolerasi secara teliti sekali harus dipergunakan daftar yang
memperthitungkan pula jumlah objek yang dipersoalkan.
·
Korelasi
tatajenjang (rank order correlation)
Kolerasi product moment itu adalah korelasi yang
paling dipercaya, Karena itu dimana mungkin hendaklah dipergunakan. Korelasi
rank order itu kita pergunakan kalau kita hanya mempunyai data ordinal.
7.
Beberapa Catatan Praktis
Statistika
itu sangat besar gunanya untuk memperhitungkan nilai-nilai, memperbaiki tes
yang telah disusun.
Buku
2
Judul Buku : Perkembangan Peserta Didik
Penulis :
Prof. Dr. H. Sunarto & Dra. Ny. B. Agung Hartono
Penerbit :
PT RINEKA CIPTA
Tahun Terbit : 2008
Kota Terbit : Jakarta
Bab I
Karakteristik dan perbedaan individu
A. Individu Dan Karakteristiknya
1.
Pengertian
Individu
Manusia adalah mahluk yang dapat
dipandang dari berbagai sudut pandang. Sebagaimana dikenal manusia sebagai
mahluk berpikir “homo sapiens”,
mahluk yang berbentuk “homo faber”,
mahluk yang dapat dididik “homo educadum”,
dan seterusnya. Manusia memiliki karakter hakiki atau sifat kodrati yang
seimbang antaraberbagai segi, yaitu individu dan social, jasmani dan rohani,
dan dunia dan akhirat.
Individu berarti; tidak dapat dibagi
(undivided), tidak dapat dipisahkan; keberadaanya sebagai mahluk yang pilah,
tunggal dank has. Seseorang yang beda dengan orang lain karena ciri-cirnya yang
khusus (Webster’s : 743). Manusia merupakan psikofisis atau psikosomatis yang
terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan digunakan untuk menyatakan
perubahan kuantitatif mengenai fisik dan biologis dan perkembangan digunakan
untuk perubahan kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani dan aspek social.
2.
Karakteristik
Individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat
karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari
lingkungan. Natur dan nurture merupakan
istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik individu dalam hal
fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan.
B. Perbedaan Individu
1.
Bidang-Bidang
Perbedaan
Garry
1963 (Oxendine, 1984: 317) mengategorikan perbedaan individual ke dalam
bidang-bidang berikut:
(1)
Perbedaan
fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin dan sebagainya.
(2)
Perbedaan
social termasuk status ekonomi, agama, hubungan, keluarga dan suku.
(3)
Perbedaan
kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap
(4)
Perbedaan
inteligensi dan kemampuan dasar.
(5)
Perbedaan
kecakapan atau kepandaian di sekolah.
a.
Perbedaan
Kognitif, kemampuan
kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
b.
Perbedaan
individual dalam kecakapan Bahasa, kemampuan berbahasa merupakan kemampuan
seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan
kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematis.
c.
Perbedaan dalam
kecakapan motoric, kecakapan
motoric atau kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk melakukan
koordinasi kerja saraf motoric yang dilakukan oleh saraf pusat untuk melakukan
kegiatan. Kemampuan motoric dipengaruhi juga oleh kematangan pertumbuhan fisik
dan tingkat berpikir.
d.
Perbedaan dalam
latar belakang, perbedaan
latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau
menghambat prestasinya, terlepas dari
potensi individu untuk menguasai bahan pelajaraan.
e.
Perbedaan dalam
bakat, bakat
merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut dapat
berkembang dengan baik jika mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat.
f.
Perbedaan dalam
kesiapan belajar.
C. Aspek-Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan Individu
1.
Pertumbuhan Fisik
a.
Pertumbuhan
Sebelum Lahir, merupakan
pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sangat kompleks, karena pada masa itu
merupakan awal terbentuknya organ-organ tubun dan tersusunya jaringan saraf
yang membentuk sistem yang lengkap.
b.
Pertumbuhan
Setelah Lahir, proses
pertumbuhan fisik manusia berlangsung sampai masa dewasa. Seorang individu akan
terus mengalami perubahan kerena pertumbuhan, sehingga masing-masing komponen
tubuh akan mencapai tingkat kematangan untuk menjalankan fungsinya. Pertumbuhan
fisik anak dibagi menjadi empat periode utama, dua periode ditandai dengan
pertumbuhan yang cepat dan dua periode yang lainnya dicirikan oleh pertumbuhan
yang lama.
2.
Intelek
Intelek atau daya pikir berkembang
sejalan denga pertumbuhan saraf otak. Perkembangan kemampuan berpikir ini
dikenal pula sebagai perkembangan kognitif. Menurut Piaget (Sarlito, 1991: 81)
mengikuti tahap berikut ini:
(1)
Tahap
pertama: masa sensori motor (0-2,5 tahun).
(2)
Tahap
kedua: masa pra-operasional (2-7 tahun)
(3)
Tahap
ketiga: masa konkreto prerasional (7-11 tahun)
(4)
Tahap
keempat: masa operasional (11-dewasa)
3.
Emosi
Rasa dan perasaan merupakan salah satu
potensi yang khusus dimiliki oleh manusia. Emosi merupakan gejala perasaan
disertai dengan perubahan atau perilaku fisik. Dalamnya hidupnya atau proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia memiliki banyak kebutuhan. Kebutuhan
dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu kebutuhan jasmani dan rohani.
4.
Social
Manusia itu tidak dapat hidup tanpa
bantuan orang lain. Dan dalam proses pertumbuhan setiap orang tidak dapat
berdiri sendiri.
5.
Bahasa
Fungsi Bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Pengertian Bahasa sebagai alat komunikasi diartikan sebagai tanda,
gerak dan suara untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain.
6.
Bakat Khusus
Bakat merupakan kemampuan tertentu atau
khusus yang dimiliki oleh seorang individu yang hanya dengan rangsangan atau
sedikit latihan, kemampuan itu dapat berkembang dengan baik. Dalam definisi
bakat dikemukakan Guildford (sumadi: 1984) bakat mencakup tiga dimensi, yaitu
dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual.
7.
Sikap, Nilai, dan Moral
Semakin tumbuh dan berkembang fisik dan
psikisnya, anak mulai deikenalkan terhadap nilai-nilai , ditunjukkan hal yang
boleh dan tidak boleh, yang harus dilakukan dan dilarang dengan
berangsur-angsur anak mulai mengikuti berbagai ketentuan yang berlaku dalam
keluarga, semakin lama semakin luas hingga ketentuan yang berlaku di masyarakat
dan Negara.
Bab
II
Pertumbuhan
Dan Perkembangan
A. Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan
Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak sehat, dalam
perjalanan waktu tertentu. Dari menurut para ahli dapat disimpulankan bahwa
perkembangan adalah perubahan progresif secara terorganisasi yang berlangsung
dari keadaan global. Perubahan dibagi menjadi empat kategori utama, yaitu
pertumbuhan dalam ukuran (ukuran panjang, tinggi, berat), pertumbuhan dalam
perbandingan (pada anak ketika bertambah umur. Kepala, anggota badan dan gerak
akan semakin bertambah besar), perubahan untuk mengganti hal-hal yang lama
(merangkak menjadi jalan), dan perubahan untuk mengganti hal-hal yang baru
(dari belum punya gigi, lalu tumbuh gigi).
B. Tugas-Tugas Perkembangan
Havighurst
(Garrison, 1956:14-15) mengemukakan 10 jenis tugas perkembangan remaja, yaitu:
(1)
Mencapai
hubungan dengan teman lawan jenisnya secara lebih memuaskan dan matang.
(2)
Mencapai
perasaan seks dewasa yang diterima secara normal.
(3)
Menerima
keadaan badannya dan menggunakannya secara efektif.
(4)
Mencapai
kebebasan emosional dari orang dewasa.
(5)
Mencapai
kebebasan ekonomi.
(6)
Memilih
dan menyiapkan suatu pekerjaan.
(7)
Menyiapkan
perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
(8)
Mengembangkan
keterampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi warga Negara yang kompeten.
(9)
Menginginkan
dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara social, dan
(10)
Menggapai
suatu perangkat nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah laku.
C. Hukum-Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan
1.
Hukum
Cephalocoudal, hukum
ini berlaku pada pertumbuhan fisik, bahwa pertumbuhan fisik dimulai dari kepala
kea rah kaki. Bagian pada kepala tumbuh lebih dahulu dibanding bagian lain.
2.
Hukum
Proximodital, adalah
hukum tentang pertumbuhan fisik, bahwa pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu
dan mengarah ke tepi, seperti jantung, hati dan sebagainya.
3.
Perkembangan
terjadi dari umum ke khusus, pada setiap aspek terjadi proses
perkembangan yang dimulai dari hal-hal yang umum, kemudian secara sedikit demi sedikit
meningkat ke hal-hal yang khusus.
4.
Perkembangan
berlangsung dalam tahapan-tahapan perkembangan, contoh penahapan
perkembangan manusia antara lain meliputi: masa pra-lahir, masa jabang bayi
(0-2 minggu), masa bayi (2minggu-1tahun), masa anak prasekolah (1-5 tahun),
masa sekolah (6-12 tahun), masa remaja (13-21 tahun), masa dewasa (21-65
tahun), dan masa tua (65 tahun ke atas).
5.
Hukum tempo dan
ritme perkembangan, tahapan
perkembangan berlangsung secara berurutan, terus menerus dan dalam tempo
perkembangan yang relative tetap dan bisa berlaku umum. Perbedaan waktu yaitu
cepat atau lambatnya suatu penahapan perkembangan menjadi pembeda antar
individu. Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat
kematangan fungsi-fungsi.
D. Remaja: Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan
1.
Remaja menurut
hukum, dalam
hubungan dengan hukum, tampaknya hanya undang-undang perkawinan saja yang
mengenal konsep “remaja” walaupun tidak secara terbuka. Usia minimal menurut
undang-undang disebutkan 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (pasal 7
Undang-Undang No.1/1974). Waktu antara 16 dan 19 tahun sampai 22 tahun ini
disejajarkan dengan pengertian “remaja” dalam ilmu-ilmu social lain.
2.
Remaja ditinjau
dari sudut perkembangan fisik, remaja dikenal sebagai suatu tahap
perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya.
Secara anatomis berarti alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya
memperoleh bentuk yang sempurna, dan secara faali alat kelamin tersebut sudah
dapat berfungsi secara sempurna juga.
3.
Batasan remaja
menurut WHO, remaja
adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan di mana telah mencapai
kematangan seksual, mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan
social-ekonomi yang penuh keadaan relative lebih mandiri (Muangman, yang
dikutip oleh Sarlito, 1991: 9).
4.
Remaja ditinjau
dari factor social psikologi, salah satu ciri lain dari remaja adalah
“perkembangan psikologis dan identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa”.puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan
dari kondisi “entropy” (keadaan manusia belum tersusun rapi) ke kondisi
negentropy (kesadaran tersusun dengan baik).
5.
Definisi remaja
untuk masyarakat Indonesia, sebagai pedoman umum untuk remaja
Indonesia dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah.
Perserikatan Bangsa-Bangsa sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia
pemuda dalam rangka keputusan mereka untuk menetapkan tahun1985sebagai tahun
pemuda internasional.
E. Jenis-Jenis Kebutuhan dan Pemenuhnya
Kebutuhan dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
Kebutuhan primer pada hakikatnya merupakan kebutuhan biologis atau organic dan
umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif asli, contoh: makan,
minum, bernapas, dan kehangatan tubuh. Sedangkan kebutuhan sekunder merupakan
kebutuhan yang didorong oleh mitif yang dipelajari, seperti misalnya kebutuhan
untuk mengejar pengetahuan, kebutuhan untuk mengikuti pola hidup bermasyarakat,
kebutuhan akan hiburan dan sebagainya.
Berikut ini
adalah teori kebutuhan yang dikemukakan Maslow (Letfon, 1982:171), yaitu
kebutuhan jasmaniah (fisiologis), keamanan, cinta kasih, penghargaan, kognitif,
dan aktualisasi diri.
F. Kebutuhan Remaja, Masalah dan Konsekuensinya
Berikut jenis
kebutuhan remaja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a.
Kebutuhan
organic, yaitu makan, minum, bernapas, seks;
b.
Kebutuhan
emosional, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak
lain, dikenal dengan n’Aff;
c.
Kebutuhan
berprestasi atau need of achievement, berkembang
karena didorong untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus
menunjukkan kemampuan psikofisis;
d.
Kebutuhan
untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis.
Masalah dan
konsekuensinya
Beberapa masalah
yang dihadapi remaja sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhannya dapat diuraikan
sebagai berikut:
(1)
Upaya
untuk dapat mengubah sikap dan prilaku kekanak-kanakan menjadi sikap dan
prilaku dewasa.
(2)
Seringkali
para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-perubahan fisiknya.
(3)
Perkembangan
fungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan kebingungan remaja untuk
memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan perilaku yang menentang norma.
(4)
Dalam
memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja yang terlalu mendambakan kemandirian,
dalam arti menilai cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan, kebanyakan
akan menghadapi berbagai masalah, terutama masalah penyesuaian emosional.
(5)
Harapan-harapan
untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara social ekonomis akan
berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan
pendidikan.
(6)
Berbagai
norma dan nilai yang berlaku di dalam hidup bermasyarakat merupakan masalah
tersendiri bagi remaja; sedang dipihak remaja merasa memiliki nilai dan norma
kehidupan yang dirasa lebih sesuai.
Usaha-usaha
pemenuhan kebutuhan remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
Pemenuhan
kebutuhan fisik atau organic merupakan tugas pokok. Kebutuhan ini harus
dipenuhi, karena hal ini merupakan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan
agar tetap tegar(survival). Kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh factor
ekonomi, terutama ekonomi keluarga. Realisasi hal ini di sekolah adalah pendidikan
kesehatan, pendidikan jasmani, dan pentingnya usaha kesehatan sekolah (UKS).
Bab
III
Pertumbuhan
Fisik
Perubahan fisik adalah perubahan-perubahan fisik
yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Penyebab
perubahan pada masa remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif
bekerja dalam sistem endokrin. Kelenjar pituitary yang terletak didasar otak
mengeluarkan dua macam hormone, kedua hormon itu adalah hormone pertumbuhan
yang meyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormone gonadotropik.
Seluruh proses produksi dikendalikan oleh perubahan yang terjadi dalam kelenjar
endokrin. Kelenjar ini diaktifkan oleh rangsangan yang dilakukan kelenjar
hypothalamus, yaitu kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar untuk merangsang
pertumbuhan pada saat remaja dan terletak di otak.
Adapun
perubahan fisik yang penting dan yang terjadi pada masa remaja ialah:
1.
Perubahan
ukuran tubuh;
2.
Perubahan
proporsi tubuh;
3.
Munculnya
ciri-ciri kelamin yang utama (primer); dan
4.
Ciri
kelamin kedua (sekunder).
Kondisi-kondisi
lain yang mempengaruhi pertumbuhan fisik anak, antara lain adalah:
(1)
Pengaruh
keluarga;
(2)
Pengaruh
gizi;
(3)
Gangguan
emosional;
(4)
Jenis
kelamin;
(5)
Status
ekonomi;
(6)
Kesehatan;
dan
(7)
Pengaruh
bentuk tubuh.
Bab
IV
Perkembangan
Intelek, Sosial, Dan Budaya
A. Perkembangan Intelek
1.
Pengertian Intelek Dan Inteligensi
Menurut para ahli dapat disimpulkan
bahwa intelek adalah kekuatan dimana manusia
memiliki kemampuan kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti.
Sedangkan, menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa inteligensi merupakan
kemampuan dan tingkah laku seseorang yang memungkinkann memperoleh ilmu
pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut untuk berpikir dan bertindak secara
terarah dalam memngolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
Rumusan-rumusan tersebut mengungkapkan
bahwa rumusan inteligensi mengandung unsur-unsur yang sama dengan yang
dimaksudkan dalam istilah intelek, yang menggambarkan kemampuan seseorang dalam
berpikir dan atau bertindak.
2.
Hubungan Antara Intelek Dan Tingkah Laku
Bagi remaja, corak prilaku pribadinya di
hari depan dan corak tingkah lakunya sekarang akan berbeda. Kemampuan abstraksi
akan berperan dalam perkembangan kepribadiannya. Di samping itu pengaruh
egosentris masih terlihat pada pikirannya. Egosentrisme inilah yang menyebabkan
“kekakuan” para remaja dalam cara berpikir maupun beringkah laku. Melalui
banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat
orang lain, maka egosentrisme makin berkurang. Sehingga berarti remaja sudah
dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang
lain.
3.
Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja
a.
Sifat
deduktif hipotesis, seorang remaja akan mengawalinya dengan pemikiran teoretik.
Pada dasarnya pengajuan hipotesis itu menggunakan cara berpikir induktif di samping deduktif, maka ia akan
dapat membuat suatu strategi penyelesaian.
b.
Berpikir
operasional juga berpikir kombinatoris, dengan berpikir operasional formal
memungkinkan orang untuk mempunyai tingkah laku problem solving yang
betul-betul ilmiah, serta memungkinkan untuk mengadakan pengujian hipotesis
dengan variable-variabel tergantung kemungkinan yang ada.
4.
Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek
Pandangan pertama yang mengakui bahwa
inteligensi itu adalah factor bakat, dinamakan aliran Nativisme, sedangkan
pandangan keduan menyatakan bahwa inteligensi itu dapat dipengaruhi oleh
ligkungan aliran Empiris. Menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa factor yang
mempengaruhi perkembangan inteligensi, yaitu banyaknya pengalaman,
latihan-latihan, dan adanya kebebasan berpikir.
5.
Perbedaan Individu Dalam Kemampuan Dan Perkembangan
Intelek
Seperti yang diketahui, manusia itu
berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, juga inteligensinya. Inteligensi itu
sendiri oleh David Wechler (1958) didefinisikan sebagai “keseluruhan kemampuan
individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan
menguasai lingkungan secara efektif”. Sehingga inteligensi itu bersifat
individual, artinya satu dan lainnya tidak sam persis kulaitas IQnya.
6.
Usaha-Usaha Dalam Membuat Mengembangkan Intelek
Remaja Dalam Proses Pembelajaran
Kita dapat memberikan kesempatan untuk
mengadakan diskusi secara baik dan dengan memberikan tugas penulisan makalah.
Memberikan motivasi untuk belajar, untuk itu dikembangkan atau digunakan
pendekatan yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk menentukan sendiri.
Pendekatan semacam itu kita kenal sebagai pendekatan keterampilan proses atau
metode penemuan dan inkuiri.
B. Bakat Khusus
1.
Pengertian Bakat Khusus
Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan
bawaan yang merupakan potensi (potential
ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Jadi, bakat adalah
kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relative
bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis
khusus disebut talent. (Cony
Semiawan, dkk., 1987: 2). Pengertian bakat khusus atau talent adalah seseorang
yang mempunyai kemampuan bawaan untuk bidang tertentu.
2.
Jenis-Jenis Bakat Khusus
Pemberian nama terhadap jenis-jenis
bakat biasanya dilakukan berdasarkan atas bidang apa bakat itu berfungsi,
seperti bakat matematika, bakat Bahasa, bakat seni, dan sebagainya. Tetapi
macam bakat sangat tergantung pada konteks kebudayaan.
3.
Kaitan Antara Bakat Dan Prestasi
Bakat memungkinkan seseorang untuk
mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan,
pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat
terwujud.
4.
Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat
Khusus
Adapun sebab atau factor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan bakat khusus atau seseorang tidak dapat mewujudkan
bakat-bakatnya secara optimal, dengan kata lain prestasinya di bawah potensinya
dapat terletak pada anak itu sendiri dan lingkungan.
5.
Perbedaan Individu Dalam Bakat Khusus
Perlu ditekankan bahwa setiap anak
mempunyai bakat-bakat tertentu, hanya berbeda dalam jenis dan derajatnya. Yang
dimaksud dengan anak berbakat adalah mereka yang mempunyai bakat-bakat dalam
derajat tinggi dan bakat-bakat yang unggul.
6.
Upaya Pengembangan Bakat Khusus Remaja Dan
Implikasi-Implikasi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Sebelumnya kita harus mengetahui bakat
apa saja yang dimiliki oleh si anak. Dengan mengenal ciri-ciri anak berbakat,
orang tua dapat menyediakan lingkungan pendidikan yang sesaui dengan bakat
anak. Pada akhir masa remaja, dengan pengenalan bakat yang dimilikinya dan
upaya pengembangannya dapat membantu remaja untuk dapat menentukan pilihan yang
tepat dan menyiapkan dirinya untuk dapat mencapai tujuan-tujuannya.
C. Perkembangan Sosial
1.
Pengertian Perkembangan Hubungan Social
Pengertian perkembangan social adalah
berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya
kebutuhan hidup manusia.
2.
Karakteristik Perkembangan Social Remaja
Pada saat remaja anak sudah mulai
memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan. Kehidupan social pada
jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional.
Erik Erickson (dalam Lefton, 1982:281) dinyatakan bahwa anak telah dapat
mengalami krisis identitas. Erickson juga mengemukakan bahwa perkembangan anak
sampai jenjang dewasa melalui 8 tahap dan perkembangan remaja ini berada pada
tahap keenam dan ketujuh, yaitu masa anak
ingin menentukan jati diri dan memilih kawan akrabnya.
3.
Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Social
Perkembangan social manusia dipengaruhi
oleh beberapa factor, yaitu: keluarga, kematangan anak, status social ekonomi
keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.
4.
Pengaruh Perkembangan Social Terhadap Tingkah Laku
Pada masa remaja sering kali anak
bersikap kritis terhadap situasi dan orang lain. Persoalan yang timbul pada
masa remaja adalah banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan
menganggu dirinya dalam bergaul. Di samping itu pengaruh egosentris masih
sering terlihat pada pikiran remaja. Melalui banyak pengalaman dan penghayatan,
maka sifat ego semakin berkurang. Sehingga remaja sudah dapat berhubungan
dengan orang lain tanpa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.
5.
Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Social
Dalam teori Erickson dinyatakan bahwa
manusia (anak) hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan
masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia. Namun, sesuai dengan
minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang
kelompok-kelompok social yang beranekaragam.
6.
Upaya Pengembangan Hubungan Social Remaja Dan
Implikasinya Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Penciptaan kelompok social remaja perlu
dikembangkan untuk memberikan rangsangan kepada mereka kea rah perilaku yang
bermanfaat dan dapat diterima khalayak. Khusus di dalam sekolah perlu diadakan
kegiatan bakti social, bakti karya, dan kelompok-kelompok belajar di bawah
asuhan guru pembimbing kegiatan ini hendaknya dikembangluaskan.
D. Perkembangan Bahasa
1.
Pengertian Perkembangan Bahasa
Perkembangan Bahasa adalah meningkatnya
kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara
lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan
menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat
memahami dan dipahami orang lain.
2.
Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja
Bahasa remaja adalah Bahasa yang telah
berkembang. Anak remaja telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan
demikian Bahasa remaja terbentuk oleh kondisi lingkungan. Lingkungan remaja
mencakup lingkungan keluarga, masyarakat, dan khususnya pergaulan teman sebaya
dan lingkungan sekolah. Pola Bahasa yang dimiliki adalah Bahasa yang berkembang
di dalam keluarga atau Bahasa ibu.
3.
Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Beberapa terkait erat dengan kondisi
pergaulan. Oleh sebab itu perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa factor,
yaitu umur anak, kondisi lingkungan, kecerdasan anak, status social ekonomi
keluarga dan kondisi fisik.
4.
Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan
Berpikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan
berpikir saling berpengaruh satu sama lain. Seorang yang rendah kemampuan
berpikirnya akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis
dan sistematis. Seseorang menyampaikan ide dan gagasan dengan berbahasa dan
menangkap ide dan gagasan orang lain melalui Bahasa. Menyampaikan dan mengambil
makna ide dan gagasan merupakan proses berpikir yang abstrak.
5.
Perbedaan Individual Dalam Kemampuan Dan
Perkembangan Bahasa
Kemampuan berpikir anak berbeda-beda,
sedang berpikir dan Bahasa mempunyai korelasi tinggi, anak dengan IQ tinggi
akan berkemampuan Bahasa yang tinggi. Nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan
individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam Bahasa juga
bervariasi sesuai dengan variasi kemampuan mereka berpikir. Lingkungan juga
dapat berpengaruh terhadap kemampuan dan perkembangan Bahasa.
6.
Upaya Pengembangan Kemampuan Bahasa Remaja Dan
Implikasinya Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Perkembangan Bahasa yang menggunakan
model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan
mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan Bahasa anak
dan membentuk pola Bahasa masing-masing. Guru harus banyak memberikan
rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Sarana
perkembangan Bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah dan sebaginya
hendaknya disediakan di sekolah maupun di rumah.
Bab
V
Perkembangan
Afektif
A. Perkembangan Emosi
1.
Pengertian Emosi
Perasaan senang atau tidak senang yang
terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif.
Warna afektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang
tidak jelas (samar-samar). Dalam hal warna afektif tersebut kuat, maka perasaan
akan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan
seperti ini disebut emosi (Sarlito, 1982: 59).
2.
Karakteristik Perkembangan Emosi
Secara tradisional masa remaja dianggap
sebagai periode “badai dn tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pola emosi masa remaja adalah
sama dengan pola emosi kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami
adalah cinta/kasih saying, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih,
dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang
mengakibatkan emosinya, dan khusunya pola pengendalian yang dilakukan individu
terhadap ungkapan emosi mereka.
3.
Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Sejumlah peneliti tentang emosi anak
menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada factor kematangan
dan factor belajar (Hurlock, 1960: 266). Perkembangan intelektual, kemampuan
mengingat juga dapat mempengaruhi reaksi emosional. Kegiatan belajar juga turut
menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi,
ialah belajar dengan coba-coba, meniru, mempersamakan diri, pengkondisian,
pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek
reaksi.Dengan bertambanya umur, pengetahuan dan pengalaman sangat berpengaruh
terhadap perubahan-perubahan emosional.
4.
Hubungan Antara Emosi Dan Tingkah Laku Serta
Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Di antara emosi dan tingkah laku akan
terjadi adanya rangsangan. Saat kita merasakan suatu perasaan emosional,
perasaan tersebut memberikan rangsangan terhadap tingkah laku. Rangsangan yang
menghasilkan perasaan yang tidak menyenangkan, akan sangat mempengaruhi hasil
belajar dan demikian pula rangsangan yang menghasilkan perasaan yang
menyenangkan akan mempermudah siswa belajar.
5.
Perubahan Individual Dalam Perkembangan Emosi
Meskipun pola perkembangan emosi dapat
diramalkan, tetapi terdapat perbedaan dalam segi frekuensi, intensitas, serta
jangka waktu dari berbagai macam emosi, dan juga saat pemunculannya. Dengan
meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena
mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang
berlebihan.
6.
Upaya Pengembangan Emosi Remaja Dan Implikasinya
Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam kaitannya dengan emosi remaja awal
yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang
dapat dilakukan oleh guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan
memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Salah satu
cara yang mendasar adalah dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri
sendiri.
B. Perkembangan Nilai, Moral, Dan Sikap
1.
Pengertian Dan Saling Keterkaitan Antara Nilai,
Moral, Dan Sikap Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkah Laku
Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiassaan dan sopan santun
(Sutikna, 1988: 5). Sedangkan moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan
dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwdarminto, 1957: 957).
Dalam kaitannya dengan pengamalan nilai-nilai hidup, maka moral merupakan
control dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang
dimaksud.
Menurut Gerung, sikap secara umum
diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap suatu hal (Mappiare,
1982: 58). Dengan demikian, nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu, kemudian
dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap
nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan
tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.
2.
Karakteristik Nilai, Moral, Dan Sikap Remaja
Nilai-nilai kehidupan juga mencakup
seperangkat nilai yang terkandung dalam Pancasila, misalnya nilai keagamaan,
nilai perikemanusiaan dan perikeadilan, nilai estetik, nilai etik, dan nilai
intelektual, dalam bentuk sesuai dengan perkembangan remaja. Tugas perkembangan
yang harus dikuasai remaja adalah apa yang diharapkan oleh kelompok dari
padanya dan kemudian bersedia membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan
social/masyarakat tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman
seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep
moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan
berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.
3.
Fakto-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai,
Moral, Dan Sikap
Berdasarkan sejumlah hasil penelitian,
perkembangan internalisasi nilai terjadi melalui identifikasi dengan
orang-orang yang dianggapnya sebagai model. Bagi para ahli psikoanalisis
perkembangan moral dianggap sebagai proses internalisasi norma-norma masyarakat
dan dipandang sebagai kematangan dari sudut organic biologis. Para sosiolog
beranggapan bahwa masyarakat mempunyai peran penting dalam pembentukan moral.
Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu
sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat pelanggarnya (Sarlito,
1992: 92). Menurut Kohlberg factor kebudayaan juga mempengaruhi moral. Moral
yang sifatnya menalar menurut Kohlberg, perkembangannya dipengaruhi oleh
perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh piaget. Makin tinggi tingkat
penalaran seseorang menurut tahap-tahap perkembangan piaget, makin tinggi pula
tingkat moral seseorang.
4.
Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Nilai,
Moral, Dan Sikap
Pada ank-anak terdapat anggapan bahwa
aturan-aturan adalah pasti dan mutlak oleh karena diberikan oleh orang dewasa
atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi (Kohlber, 1963). Untuk sebagaian remaja
serta orang dewasa yang penalarannya terhambat, tahap perkembangan moralnya ada
pada tahap prakonvensional, yaitu seseorang belum benar-benar mengenal apalagi
menerima aturan dan harapan masyarakat. Menurut Kohlberg, factor kebudayaan
mempengaruhi perkembangan moral, perbedaan perseorangan juga dapat dilihat pada
latar belakang kebudayaan tertentu. Serta tingkat pemahamannya juga dapat
berpengaruh terhadap perbedaan individual.
5.
Upaya Mengembangkan Nilai, Moral, Dan Sikap Remaja
Serta Implikasinya Dalam Penyelnggaraan Pendidikan
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan
dalam mengembangkan nilai, moral, dan sikap remaja adalah dapat menciptakan
komunikasi dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral serta
menciptakan iklim lingkungan yang serasi. Nilai kegamaan perlu mendapat
perhatian, karena agama mengejarkan tingkah laku yang baik dan buruk. Akhirnya
perlu juga diperhatikan bahwa satu lingkungan yang lebih banyak bersifat mengajak,
mengundang, atau memberi kesempatan, akan lebih efektif daripada lingkungan
yang ditandai dengan larangan-larangan dan peraturan-peraturan yang serba
membatasi.
Bab
VI
Tugas
Perkembangan Kehidupan Pribadi, Pendidikan Dan Karier, Dan Kehidupan
Berkeluarga
A. Perkembangan Kehidupan Pribadi Sebagai Individu
1.
Pengertian Kehidupan Pribadi Dan Karakteristiknya
Pada hakikatnya manusia merupakan
pribadi yang utuh dan memiliki sifat-sifat sebagai mahluk individu dan mahluk
social. Dalam kedudukannya sebagai mahluk individu, seseorang menyadari bahwa
dalam kehidupannya memiliki kebutuhan yang diperuntukkan bagi kepentingan diri
pribadi, baik fisik maupun nonfisik. Berkaitan dengan aspek sosio-psikologis,
setiap pribadi membutuhkan kemampuan untuk menguasai sikap dan emosinya serta
sarana komunikasi untuk bersosialisasi. Hal itu semua akan tampak secara utuh
dengan lengkap dalam bentuk perilaku dan perbuatan yang mantap.
2.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
Factor pertama yang mempengaruhi
perkembangan pribadi anak adalah kehidupan keluarga beserta berbagai aspeknya.
Perkembangan anak menyangkut perkembangan psikofisis dipengaruhi oleh status
social ekonomi, filsafat hidup keluarga, dan pola hidup keluarga. Perkembangan
kehidupan seseorang ditentukan pula oleh factor keturunan dan lingkungan.
Aliran Nativisme lebih kepada faktor keturunan, sedangkan Empirisme mengatakan
sebalinya Ia lebih kepada prinsip faktor lingkungan. Aliran yang mengakui bahwa
kedua aliran itu secara terpadu memberikan pengaruh terhadap kehidupan
seseorang adalah aliran Konvergensi. Proses pendidikan Indonesia menganut
aliran ini, seperti dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun
karsa, tut wuri handayani.
3.
Perbedaan Individu Dalam Perkembangan Pribadi
Secara singkat dapat dikatakan bahwa
perkembangan pribadi setiap individu berbeda –beda pula sesuai dengan
lingkungan di mana mereka dibesarkan.
4.
Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pribadi Terhadap
Tingkah Laku
Tingkah laku seseorang juga dipengaruhi
oleh hasil proses perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanannya
berintegrasi dengan kejadian-kejadian saat sekarang.
5.
Upaya Pengembangan Kehidupan Pribadi
Berikut ini adalah upaya-upaya yang
dapat dilakukan, yaitu hidup sehat dan teratur serta pemanfaatan waktu secara
baik, mengerjakan tugas dan pekerjaan praktis sehari-hari secara mandiri dengan
penuh tanggung jawab, hidup bermasyarakat dengan melakukan pergaulan dengan
sesama terutama dengan teman sebaya, menunjukkan dan melatih cara merespon
berbagai masalah yang dihadapi, mengikuti aturan kehidupan keluarga dengan
penuh tanggung jawab dan disiplin, dan melakukan peranan dan tanggung jawab
dalam kehidupan keluarga, serta memiliki sifat sportif dan kejujuran, dan berjuang
keras dengan berpegang pada prinsip yang maton
(dapat dipercaya).
B. Perkembangan Kehidupan Pendidikan Dan Karier
1.
Pengertian Kehidupan Pendidikan Dan Karier
Kehidupan pendidikan merupakan
pengalaman proses belajar yang dihayati sepanjang hidupnya, baik di dalam jalur
pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Sedangkan kehidupan karier merupakan
pengalaman seseorang di dunia kerja. Seperti dikatakan oleh Garrison (1956)
bahwa setiap tahun di dunia ini terdapat jutaan pemuda dan pemudi memasuki
dunia kerja.
2.
Karakteristik Kehidupan Pendidikan Dan Karier
Remaja memiliki tiga lingkungan
kehidupan, yang ketiga-tiganya mempunyai corak yang berbeda-beda serta
masing-masing memikul tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Ketiga lingkungan pendidikan itu ialah:
a.
Lingkungan
pendidikan keluarga, di lingkungan keluarga dikelompokkan menjadi tiga kelompok
pola pendidikan, yaitu pendidikan otoriter, pendidikan demokratis dan
pendidikan liberal. Di Indonesia menggunakan pola pendidikan demokratis.
b.
Masyarakat,
dalam menjalankan fungsi pendidikan, masyarakat banyak membentuk/mendirikan
kelompok-kelompok atau paguyuban-paguyuban atau kursus-kursus yang secara
sengaja disediakan untuk anak remaja dalam upaya mempersiapkan hidupnya
dikemudian hari.
c.
Sekolah,
merupakan lingkungan artifisal yang sengaja diciptakan untuk membina anak-anak
kea rah tujuan tertentu, khusunya untuk memberikan kemampuan dan keterampilan
sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari.
Dunia pendidikan, baik jalur sekolah
maupun jalur luar sekolah, menyediakan berbagai jenis program yang diperkirakan
relevan dengan kebutuhan jenis tenaga kerja di masyarakat. Untuk menetapkan
pilihan jenis pendidikan dan pekerjaan yang diidamkan banyak faktor yang harus
dipertimbankan, seperti faktor prediksi masa depan, faktor prestasi yang
menggambarkan bakat dan minatnya, dan sebagainya.
3.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Kehidupan Pendidikan Dan Karier
Dalam perkembangan kehidupan pendidikan
dan karier ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangannya, yaitu faktor
social ekonomi keluarga; faktor lingkungan yang terbagi menjadi tiga, ialah
lingkungan kehidupan masyarakat, rumah tangga, teman sebaya; dan faktor
pandangan hidup.
4.
Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pendidikan Dan
Karier Terhadap Tingkah Laku Dan Sikap
Pada jenjang pendidikan dasar yang
kurikulumnya masih sangat umum, sekolah tersebut menyediakan pelajaran dasar
yang belum bermakna sebagai pembekalan anak untuk siap bekerja dan belum
terarah kepemberian keterampilan tertentu untuk terjun ke dunia kerja di dalam
masyarakat. Sikap remaja pun terhadap pendidikan sekolah banyak diwarnai oleh
karakteristik guru yang mengajarnya.
5.
Perbedaan Individu Dalam Perkembangan Pendidikan Dan
Karier
Pencapaian tingkat pendidikan
dipengaruhi oleh tinggkat kecerdasan atau IQ dalam kenyataannya IQ setiap
individu berbeda-beda, maka hal itu akan berpengaruh terhadap pola kehidupannya
di dalam bidang pendidikan. Berhubung kehidupan pendidikan merupakan bagian
awal dari karier, maka dengan perbedaan kehidupan pendidikan tersebut
konsekuensinya akan membawa perbedaan individual di dalam kehidupan kariernya.
6.
Upaya Pengembangan Kehidupan Pendidikan Dan Karier
Dalam sisitem pendidikan di Indonesia,
remaja dapat dibantu dalam mengatasi masalah perkembangan dan pilihan karier melalui
kegiatan layanan bimbingan karier di SLTP atau SLTA. Melalui kegiatan-kegiatan:
a.
Pemahaman
diri: bakat, kemampuan, minat, keterampilan, dan ciri-ciri pribadi.
b.
Pemahaman
lingkungan: lingkungan pendidikan dan lingkungan pekerjaan serta berbagai
kondisinya.
c.
Cara-cara
mengatasi masalah dan hambatan dalam perencanaan dan pemilihan karier
sehubungan dengan kemungkinan keterbatasan lingkungan dan keadaan diri.
d.
Perencanaan
masa depan.
e.
Usaha
penyaluran, penempatan, pengaturan, dan penyesuaian.
C. Tugas Perkembangan Remaja Berkenaan Dengan Kehidupan
Berkeluarga
1.
Pengertian Kehidupan Berkeluarga
Sebagaimana telah diuraikan di depan
bahwa secara biologis pertumbuhan remaja telah mencapai kematangan seksual,
yang berarti bahwa secara biologis remaja telah siap melakukan fungsi produksi.
Kematangan fungsi seksual tersebut berpengaruh terhadap dorongan seksual remaja
dan telah mulai tertarik pada lawan jenis. Garrison (1956) menyatakan bahwa
dorongan seksual pada masa remaja adalah cukup kuat, sehingga perlu dipersiapkan
secara mantap tentang hal-hal yang berhubungan dengan perkawinan, karena
masalah tersebut mendasari pemikiran mereka untuk mulai menetapkan pasangan
hidupnya. Dengan ini sekolah perlu memberikan perhatian dalam bentuk pendidikan
seksual.
2.
Timbulnya Cinta Dan Jatuh Cinta
Hamper stiap pemuda (laki-laki atau
perempuan) mempunyai dua tujuan utama, pertama
menemukan jenis pekerjaan yang sesuai, dan kedua
menikah dan membangun sebuah rumah tangga (keluarga). Seorang remaja akan
mengalami “jatuh cinta” di dalam masa kehidupannya setelah mencapai belasan
tahun (Garrison, 1956: 483). Alsan atau faktor yang mempengaruhi seseorang
mengalami jatuh cinta, antara lain faktor kepribadian, faktor fisik, faktor
budaya, latar belakang keluarga dan faktor kemampuan.
Cinta yang ditandai dengan hubungan
akrab antara laki-laki dan perempuan tercinta melalui tiga tahap, yaitu (i)
tahap eksplorasi, menjajagi masalah-masalah yang berhubungan dengan pujian atau
penghargaan dan keuangan, (ii) tahap penawaran, di mana pasangan itu menjalani
berbagai janji. Tidak ada ketentuan formal dalam perjanjian ini, tetapi yang
muncul dan dianggap penting dalam hal ini adalah saling pengertiannya tentang
latar belakang hubungan mereka, dan (iii) tahap komitmen, tahap komitmen ini
ditandai oleh saling ketergantungan masing-masing. Di samping itu, Backman
mangajukan tahap keempat, yaitu tahap
institusionalisasi yang ditandai kesepakatan-kesepakatan untuk hiudp masa
depan.
3.
Masyarakat Dan Perkawinan
Perkawinan antara laki-laki dan wanita
tidak dengan begitu saja dapat terjadi, walaupun masing-masing dapat
berpendapat bahwa hal itu dirasakan sebagai hal yang “bebas”. Kenyataannya
setiap masyarakat di dunia memiliki norma berkenaan dengan masalah perkawinan.
Dengan pengertian ini berarti bahwa perkawinan antara pria dan wanita bukan
saja masalah yang didorong oleh faktor biologis, melainkan diatur oleh berbagai
aturan atau norma yang berlaku di dalam kehidupan social kemsyarakatan.
Eshleman
dan Cashion (1983: 311) menyatakan bahwa norma yang berlaku disetiap masyarakat
dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu exogamy
dan indogamy. Dalam exogamy,
norma yang hamper berlaku secara universal, seperti larangan kawin antara
laki-laki dan wanita dari satu ibu, satu bapak, kawin antara sodara sekandung,
dan semacamnya. Di samping faktor fisik (biologis) dan psikologis,
faktor-faktor lain yang dijadikan pertimbangan dalam menetapkan calon pasangan
hidup adalah kesamaan-kesamaan dalam hal: ras, bangsa, agama, dan status social
ekonomi.
D.
Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Dalam
Penyelenggaraan Pendidikan
a.
Pendidikan
yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakan di dalam
sekolah maupun di luar sekolah, pada umumnya diselenggarakan dalam bentuk
klasik. Seharusnya yang mendapatkan perhatian di dalam penyelenggaraan adalah
sifat-sifat dan kebutuhan umum remaja, seperti pengakuan akan kemampuannya, dan
semacamnya.
b.
Beberapa
usaha yang perlu dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan, yaitu:
(1)
Membimbing
karier dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis pendidikan
dan jenis pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.
(2)
Memberikan
latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi kepada kondisi
(tuntutan) lingkungan.
(3)
Penyusunan
kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan local.
c.
Untuk
mengembangkan model keluarga yang ideal maka perlu dilakukan:
(1)
Bimbingan
tentang cara pergaulan dengan mengajarkan etika pergaulan.
(2)
Bimbingan
siswa untuk memahami norma yang berlaku baik dalam keluarga, sekolah, maupun
masyarakat.
d.
Pendidikan
tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan social kemasyarakatan
perlu dilakukan.
Bab
VII
Penyesuaian
Diri Remaja
A. Konsep Dan Proses Penyesuaian Diri
1.
Pengertian Penyesuaian Diri
Dapat disimpulkan bahwa penyesuaian
adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada
lingkungannya.
2.
Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana
individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan
lingkungan. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong process), dan manusia
terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna
mencapai pribadi yang sehat. Individu dikatakan berhasil dalam melakukan
penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar
atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu
lingkungannya.
3.
Karakteristik Penyesuaian Diri
Karakteristik
penyesuaian diri terbagi menjadi dua, yaitu:
a.
Penyeseuan
diri secara positif, yang ditandai oleh tidak menunjukkan adanya ketergantungan
emosional, tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis, tidak
menunjukkan adanya frustasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan
pengarahan diri, mampu dalam belajar, menghargai pengalaman, dan bersikap
realistic dan objektif. Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif,
individu akan melakukannya dalam bentuk:
(1)
Penyesuaian
menghadapi masalah secara langsung
(2)
Penyesuaian
dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
(3)
Penyesuaian
dengan trial and error atau coba-coba
(4)
Penyesuaian
dengan subsitusi (mencari pengganti)
(5)
Penyesuaian
dengan diri dengan mengenal kemampuan diri
(6)
Penyesuaian
dengan belajar
(7)
Penyesuaian
dengan inhibsi dan pengendalian diri
(8)
Penyesuaian
dengan perencanaan yang cermat
b.
Penyesuaian
diri yang salah, ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah, yaitu:
(1)
Reaksi
bertahan: rasionalisasi (bertahan dengan mencari alasan untuk membenarkan
tindakkannya), represi (berusah untuk menekan pengalamannya yang dirasakan
kurang enak kea lam tidak sadar), proyeksi (melemparkan sebab kegagalan dirinya
kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima), “sour grapes” (anggur kecut, yaitu dengan
memutarbalikkan kenyataan), dan sebagainya.
(2)
Reaksi
menyerang, bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya, seperti: selalu
membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, mau memiliki
segalanya, bersikap senang mengganggu orang lain, menggertak baik dengan ucapan
maupun dengan perbuatan, menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka,
menunjukkan sikap menyerang dan merusak, dan semacamnya.
(3)
Reaksi
melarikan diri (Escape Reaction),
yaitu melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, seperti
berangan-angan, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu
ganja, narkotika, dan regresi, dan sebagainya.
4.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian
Diri
(1)
Kondisi-kondisi
fisik, termasuk di dalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan saraf,
kelenjar, dan sistem otot, kesehatan, penyakit, dan sebagainya.
(2)
Perkembangan
dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, social moral dan emosional.
(3)
Penentu
psikologis, termasuk di dalamnya pengalaman, belajarnya, pengkondisian,
penentuan diri (self-determination),
frustasi, dan konflik.
(4)
Kondisi
lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah.
(5)
Penentuan
kultural, termasuk agama.
Pemahaman
faktor-faktor ini dan bagaimana fungsinya dalam penyesuaian merupakan syarat
untuk memahami proses penyesuaian, karena penyesuaian tumbuh dari
hubungan-hubungan antara faktor-faktor ini dan tuntunan individu.
B. Permasalahan-Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Di antara
persoalan terpentingnya yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan
yang menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang
dewasa terutama orang tua. Sikap orang tua yang otoriter, yaitu yang memaksakan
kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan menghambat proses penyesuaian
diri remaja. Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja
dapat juga berasal dari suasana psikologis keluarga.
Perbedaan
perlakuan antara anak laki-laki dan perempuan akan mempengaruhi hubungan
antarmereka, sehingga memungkinkan timbulnya rasa iri hati dalam jiwa anak
perempuan terhadap saudaranya yang laki-laik. Permasalahan-permasalahan penyesuaian
akan muncul juga bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal. Di sekolah,
masalah penyesuaian diri mungkin akan timbul ketika remaja mulai memasuki
jenjang sekolah yang baru. Persoalan-persoalan umum lainnya yang seringkali
dihadapi remaja antara lain memilih sekolah, dan bagi siswa yang baru masuk
sekolah lanjut mungkin mengalami kesulitan dalam membagi waktu belajar dengan
kegiatan eksternal.
C. Implikasi Proses Penyesuaian Remaja Terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan
Upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja khusunya di
sekolah adalah:
(1)
Menciptakan
situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “betah” (at home) bagi anak didik, baik secara sosial, fisik maupun
akademis.
(2)
Menciptakan
suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
(3)
Usaha
memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun
seluruh aspek pribadinya.
(4)
Menggunakan
metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
(5)
Menggunakan
prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
(6)
Ruangan
kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
(7)
Dan
sebagainya.
Karena di
sekolah guru merupakan figur pendidik, maka dituntut sifat-sifat guru yang
afektif, seperti memberi kesempatan (alert),
antusias, ramah, optimis, mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau, senang kelakar, mempunyai
rasa humor, jujur, objektif, dan sebagainya sehingga siswanya akan merasa
senang dan aman bersamanya.