Psikologi
Pendidikan dan Perkembangan Peserta Didik

Nama : Nia Maulida
Kelas : II D-PGSD
NIM : 2227132465
Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
Tahun 2014
Kompetensi Emosional Anak
Perbuatan atau
perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan
tertentu, seperti perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak
senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna
afektif. Warna afektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau
kadang-kadang tidak jelas. Dalam hal warna afektif tersebut kuat, maka
perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah.
Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi (Sarlito, 1982: 59).
Pada dasarnya
emosi adalah naluri bertahan hidup yang sangat penting. Manusia itu memiliki
kapasitas dalam memikirkan dan mengendalikan emosi. Tetapi setiap orang itu
memiliki perbedaan individual dalam perkembangan emosinya. Perbedaan itu dapat
disebabkan dari meningkatnya usia anak, keadaan fisik anak, taraf kemampuan
intelektualnya, faktor jenis kelamin, serta cara mendidik anakpun dapat
berpengaruh dalam perkembangan emosi si anak.
Dari proses
berfikir anak, ada beberapa anak yang memiliki kemampuan lebih dalam kecerdasan
emosionalnya. Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan seseorang untuk
memahami dan mengelola perasaannya sendiri dan orang lain, dan menggunakan
informasi tersebut sebagai pedoman untuk mempersiapkan sesuatu yang lebih baik,
membuat keputusan yang lebih baik, berpikir lebih kreatif, memotivasi diri
sendiri dan orang lain, dan menikmati kesehatan yang lebih baik dan kehidupan
yang lebih bahagia.
Kecerdasan
emosional juga sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan
kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,
memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran
dan tindakan (Shapiro, 1998: 8). Jadi, kecerdasan emosional ini sebagai
kemampuan seseorang dalam memahami, mengelola perasaan sendiri dan orang lain
dari informasi yang dipergunakan, sehingga orang tersebut dapat membimbing,
serta memotivasi pikiran dan tindakannya dan orang lain.
Sebagian orang
mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah sebagai alat prediksi yang terbaik
dari prestasi masa depan anak. Walaupun prestasi akademik sangat penting bagi
masa depan, tetapi ada hal-hal lain juga yang sama pentingnya dengan akademik
dalam kehidupan kita. Kestabilan emosional tidak hanya berkontribusi pada prestasi
akademik, tetapi juga pada kesehatan fisik yang lebih baik, keluarga bahagia,
dan pengalaman yang memuaskan.
Gardner dalam
bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000 : 50-53) mengatakan bahwa
bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih
sukses dalam kehidupan, melainkan ada spectrum kecerdasan yang lebar dengan
tujuh varietas utama yaitu linguistic, matematika/logika, special, kinestetik,
music, interpersonal, dan intraprasonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner
sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan
emosional.
Anak yang
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, ia lebih menonjol dari yang lain.
Mereka lebih baik dalam mengendalikan dorongan hati, komunikasi, dan sebagainya.
Bahkan ia dapat mengendalikan segala sesuatunya dengan lebih baik dan lebih
terarah. Mungkin, dalam menghadapi masalahpun ia dapat mengelola perasaannya
atau pikirannya. Sehingga ia dapat lebih mudah menyelesaikan masalahnya secara
bijaksana dan tanpa harus membuat lebih kacau lagi permasalahan tersebut.
Anak pada
dasarnya membutuhkan emosional pada hidupnya. Seiring dengan pertumbuhannya
anak mulai meningkat pada hal yang lebih tinggi lagi dalam mengisi kebutuhan
emosional mereka seperti kebutuhan untuk merasa bebas, ingin merdeka, ingin
mengambil tantangan, memiliki kreativitas, keberhasilan dan lain-lainnya.
Bagi orang tua
dituntut untuk mengembangkan atau membimbing emosional anak dari ia masih bayi,
dengan tujuan untuk membentuk kecerdasan emosional yang baik terhadap anak.
Karena kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat
menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama
orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan
kecerdasan emosional.
Selain itu
karena kebutuhan anak yang berbeda-beda, orang tua harus selalu ada untuk
mereka dengan cara yang berbeda-beda pula. Agar kebutuhan emosional si anak
dapat terpenuhi, atau si anak dapat merasa puas. Sehingga kecerdasan emosionalpun
dapat meningkat secara bertahap.
Salah satu sikap
seorang anak itu adalah meniru seseorang/ orang dewasa yang berada di
sekitarnya. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua dapat memberikan contoh
emosional dan sikap sosial yang baik. Agar si anak dapat meniru dan
mengembangkan informasi yang ia dapat dengan lebih baik lagi.
Dengan keadaan
emosional yang baik, anak dapat lebih mudah mengembangkan kecerdasan emosional
mereka. Berikut ini adalah keadaan emosional anak yang baik, yaitu:
(1)
Mengatur
perasaan mereka dengan jelas dan langsung.
(2)
Lebih
bisa mengengendalikan dorongan-dorongan
dan keinginan mereka.
(3)
Percaya
diri.
(4)
Independen
(mandiri).
(5)
Optimis.
(6)
Bisa
memotivasi diri.
(7)
Dan
sebagainya.
Dalam
mengembangkan emosional anak orang tua dapat membantu anak mempelajari
kata-kata untuk menggambarkan perasaannya. Orang tua juga dapat memberi tahu
kepada anak yang mana hal baik atau buruk. Selain itu orang tua juga dapat
mengajarkan anaknya bagaimana cara mengelola emosi negative, seperti marah,
depresi, dan lain-lain. Dan masih banyak lagi cara-cara yang dapat membantu
anak mengembangkan emosionalnya.
Sumber :
1)
Sunarto
& Ny. B. Agung Hartono. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2008.
2)
analisasidikjari.wordpress.com/tag/kecerdasan-emosi/
3)
www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-kecerdasan-emosional-menurut.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar