Senin, 04 Januari 2016

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Peserta Didik





Nama : Nia Maulida
Kelas : II D-PGSD
NIM  : 2227132465


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Tahun 2014
Kompetensi Emosional Anak
Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna afektif. Warna afektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak jelas. Dalam hal warna afektif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi (Sarlito, 1982: 59).
Pada dasarnya emosi adalah naluri bertahan hidup yang sangat penting. Manusia itu memiliki kapasitas dalam memikirkan dan mengendalikan emosi. Tetapi setiap orang itu memiliki perbedaan individual dalam perkembangan emosinya. Perbedaan itu dapat disebabkan dari meningkatnya usia anak, keadaan fisik anak, taraf kemampuan intelektualnya, faktor jenis kelamin, serta cara mendidik anakpun dapat berpengaruh dalam perkembangan emosi si anak.
Dari proses berfikir anak, ada beberapa anak yang memiliki kemampuan lebih dalam kecerdasan emosionalnya. Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan mengelola perasaannya sendiri dan orang lain, dan menggunakan informasi tersebut sebagai pedoman untuk mempersiapkan sesuatu yang lebih baik, membuat keputusan yang lebih baik, berpikir lebih kreatif, memotivasi diri sendiri dan orang lain, dan menikmati kesehatan yang lebih baik dan kehidupan yang lebih bahagia.
Kecerdasan emosional juga sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (Shapiro, 1998: 8). Jadi, kecerdasan emosional ini sebagai kemampuan seseorang dalam memahami, mengelola perasaan sendiri dan orang lain dari informasi yang dipergunakan, sehingga orang tersebut dapat membimbing, serta memotivasi pikiran dan tindakannya dan orang lain.
Sebagian orang mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah sebagai alat prediksi yang terbaik dari prestasi masa depan anak. Walaupun prestasi akademik sangat penting bagi masa depan, tetapi ada hal-hal lain juga yang sama pentingnya dengan akademik dalam kehidupan kita. Kestabilan emosional tidak hanya berkontribusi pada prestasi akademik, tetapi juga pada kesehatan fisik yang lebih baik, keluarga bahagia, dan pengalaman yang memuaskan.
Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000 : 50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spectrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistic, matematika/logika, special, kinestetik, music, interpersonal, dan intraprasonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.
Anak yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, ia lebih menonjol dari yang lain. Mereka lebih baik dalam mengendalikan dorongan hati, komunikasi, dan sebagainya. Bahkan ia dapat mengendalikan segala sesuatunya dengan lebih baik dan lebih terarah. Mungkin, dalam menghadapi masalahpun ia dapat mengelola perasaannya atau pikirannya. Sehingga ia dapat lebih mudah menyelesaikan masalahnya secara bijaksana dan tanpa harus membuat lebih kacau lagi permasalahan tersebut.
Anak pada dasarnya membutuhkan emosional pada hidupnya. Seiring dengan pertumbuhannya anak mulai meningkat pada hal yang lebih tinggi lagi dalam mengisi kebutuhan emosional mereka seperti kebutuhan untuk merasa bebas, ingin merdeka, ingin mengambil tantangan, memiliki kreativitas, keberhasilan dan lain-lainnya.
Bagi orang tua dituntut untuk mengembangkan atau membimbing emosional anak dari ia masih bayi, dengan tujuan untuk membentuk kecerdasan emosional yang baik terhadap anak. Karena kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
Selain itu karena kebutuhan anak yang berbeda-beda, orang tua harus selalu ada untuk mereka dengan cara yang berbeda-beda pula. Agar kebutuhan emosional si anak dapat terpenuhi, atau si anak dapat merasa puas. Sehingga kecerdasan emosionalpun dapat meningkat secara bertahap.
Salah satu sikap seorang anak itu adalah meniru seseorang/ orang dewasa yang berada di sekitarnya. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua dapat memberikan contoh emosional dan sikap sosial yang baik. Agar si anak dapat meniru dan mengembangkan informasi yang ia dapat dengan lebih baik lagi.
Dengan keadaan emosional yang baik, anak dapat lebih mudah mengembangkan kecerdasan emosional mereka. Berikut ini adalah keadaan emosional anak yang baik, yaitu:
(1)   Mengatur perasaan mereka dengan jelas dan langsung.
(2)   Lebih bisa mengengendalikan  dorongan-dorongan dan keinginan mereka.
(3)   Percaya diri.
(4)   Independen (mandiri).
(5)   Optimis.
(6)   Bisa memotivasi diri.
(7)   Dan sebagainya.
Dalam mengembangkan emosional anak orang tua dapat membantu anak mempelajari kata-kata untuk menggambarkan perasaannya. Orang tua juga dapat memberi tahu kepada anak yang mana hal baik atau buruk. Selain itu orang tua juga dapat mengajarkan anaknya bagaimana cara mengelola emosi negative, seperti marah, depresi, dan lain-lain. Dan masih banyak lagi cara-cara yang dapat membantu anak mengembangkan emosionalnya.






Sumber :
1)      Sunarto & Ny. B. Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2008.
2)      analisasidikjari.wordpress.com/tag/kecerdasan-emosi/
3)      www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-kecerdasan-emosional-menurut.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar