BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan
berasal dari bahasa Yunani “paedagogie”
yang terbentuk dari kata “pais” yang
berarti anak dan “again” yang berarti
membimbing. Dari arti kata itu maka dapat didefinisikan secara leksikal bahwa
pendidikan adalah bimbingan/petolongan yang diberikan kepada anak oleh orang
dewasa secara sengaja agar anak menjadi dewasa. Dalam pengertian ini maka
pendidikan adalah sarana pewarisan keterampilan hidup sehingga keterampilan
yang telah ada pada satu generasi dapat dilestarikan dan dikembangkan oleh
generasi sesudahnya sesuai dengan dinamika tantangan hidup yang dihadapi oleh
anak.
Sedangkan,
menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan
bangsa.
Pada
dasarnya tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan
pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan
tersebut, setiap pendidikan di sekolah sangatlah membutuhkan sebuah pedoman
yaitu kurikulum. Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang khusus oleh pihak
sekolah, guna membimbing murid untuk memeroleh hasil dari pembelajaran yang
sudah ditentukan.
Dengan
adanya kurikulum sekolah lebih mudah untuk membuat rancangan dalam
pembelajaran. Dalam rancangan pembelajaran tersebut, terdapat sebuah Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai patokan agar pendidik tidak
keluar dari jalur/pembahasan dalam proses pembelajaran sehingga lebih mudah
lagi untuk pendidik dalam mencapai tujuan pendidikan.
Akan
tetapi, pada kenyataan di lapangan dalam mencapai tujuan pendidikan itu tidak
semudah ketika kita memahami teori dari tujuan pendidikan tersebut. Banyak
sekali masalah-masalah yang sering dihadapi oleh pendidik dalam sebuah proses
pembelajaran. Masalah-masalah tersebut baik muncul dari peserta didik, sarana
prasarana, materi yang sulit, atau bahkan sistem pengajaran pendidik tersebut.
Tetapi pada umumnya masalah yang sering dijumpai pada proses pembelajaran
adalah kemampuan pemahaman siswa yang kurang terhadap sebuah materi yang
disampaikan.
Pada
dasarnya kemampuan dan karakteristik dari setiap peserta didik itu
berbeda-beda, sehingga penerimaan dan pemahaman dari materi yang telah
disampaikan pun berbeda dari masing-masing peserta didik. Hal tersebut dapat
dilihat dan diukur dari hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh pendidik
tentang materi yang telah disampaikan. Salah satunya seperti yang terjadi pada
siswa di kelas V SD Negeri Sudimara Timur, terdapat sebuah masalah yakni
kurangnya pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika khususnya dalam konsep
FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil).
Menurut
narasumber yang berperan sebagai guru kelas lima tersebut mengatakan, bahwa
masih kurangnya pemahaman peserta didik terhadap konsep FPB dan KPK tersebut.
Sehingga pada saat guru melakukan evaluasi terhadap materi tersebut sebagian
peserta didik mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Menurut guru kelas
tersebut, ketika proses pembelajaran ia telah melakukan pengajaran semaksimal
mungkin dengan menggunakan media pohon faktor untuk mempermudah penyampaian
materi tersebut. Mungkin karena mata pelajaran matematika yang terbilang cukup
sulit dan konsep ini pun terbilang sulit pula untuk dimengerti jika pada saat
memberikan pemahaman konsepnya kurang maksimal, sehingga seringkali
permasalahan seperti ini ditemukan di setiap sekolah dasar khususnya di kelas V
dengan masalah yang serupa.
Pada
dasarnya Matematika itu sangat dibutuhkan di segala bidang dan aktivitas dalam
kehidupan sehari-hari. Tetapi, pada kenyataannya matematika itu suatu mata
pelajaran yang hampir setiap individu itu tidak menyukainya, mungkin karena
pemikiran yang mendasari bahwa matematika itu sulit dimengerti atau karena
faktor lainnya. Semaksimal mungkin pendidik mengusahakan pembelajaran yang efektif
dan menyenangkan dengan tujuan agar peserta didik dapat menikmati pembelajaran
dan memahami setiap pelajaran yang telah disampaikan, sehingga tujuan
pendidikan dapat terlaksana dengan baik.
Usaha
awal yang dapat dilakukan dengan cara menanamkan pemikiran kepada setiap
peserta didik bahwa matematika itu tidak sesulit yang dibayangkan dan
matematika itu bisa disangkutpautkan dengan aktivitas yang biasa dilakukan
setiap individu. Selain itu, agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan
baik dapat juga merancang suatu strategi dalam pembelajaran. Dengan model,
media, modul dan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang sesuai dengan permasalahan yang
sedang dihadapi, besar kemungkinan siswa untuk dapat memahami pelajaran
tersebut. Salah satu contoh pelajaran Matematika yang sedang dihadapi di kelas
V SD Negeri Sudimara Timur, peneliti menggunakan:
1.
Model Pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL)
2.
Media pembelajaran berupa Permainanku
3.
Modul yang berjudul “Si Besar dan Si
Kecil”
4.
LKS Kalender Gulali
B. FOKUS KAJIAN
Berdasarkan
uraian yang telah dipaparkan dalam pembahasan sebelumnya pada bagian latar
belakang, melalui penelitian ini akan dikaji permasalahan mengenai Upaya
Meningkatkan Pemahaman Konsep FPB dan KPK di Kelas V SD Negeri Sudimara Timur
dengan Menggunakan:
1.
Model Pembelajaran: Contextual Teaching and Learning (CTL)
2.
Media Pembelajaran: Permainanku
3.
Modul Pembelajaran: Si Besar dan Si
Kecil
4.
Lembar Kerja Siswa (LKS): Kalender
Gulali
C. TUJUAN
Tujuan
umum dilakukannya penelitian ini yaitu untuk meningkatkan pemahaman konsep FPB
dan KPK di kelas V SD Negeri Sudimara Timur dengan menggunakan:
1.
Model Pembelajaran: Contextual Teaching and Learning
2.
Media Pembelajaran: Permainanku
3.
Modul pembelajaran: Si Besar dan Si
Kecil
4.
Lembar Kerja Siswa (LKS): Kalender
Gulali
Sedangkan
tujuan khusus dilakukannya penelitian ini, yaitu:
1.
Untuk mengetahui permasalahan yang
memengaruhi mutu pembelajaran khususnya di kelas V SD Negeri Sudimara Timur,
yaitu kurangnya pemahaman dan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika dalam konsep FPB dan KPK.
2.
Mengetahui faktor yang menyebabkan
munculnya sebuah permasalahan yang terjadi terhadap siswa dalam memahami konsep
FPB dan KPK.
3.
Dapat memunculkan solusi alternatif
untuk mengurangi atau memecahkan masalah yang terjadi khususnya permasalahan
yang sedang diamati yaitu kurangnya pemahaman dan rendahnya hasil belajar siswa
pada konsep FPB dan KPK.
4.
Mengetahui perbandingan mutu belajar
peserta didik pada saat pembelajaran yang guru telah ajarkan dengan model,
media, modul dan LKS pembelajaran yang peneliti terapkan. Dengan melihat dari
hasil belajar siswa melalui nilai dan tingkat keberhasilan siswa dalam
menguasai serta memahami materi tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. MODEL PEMBELAJARAN
- Pengertian
Model Pembelajaran
Sebelum
kita membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu akan kita kaji apakah
yang dimaksud dengan model? Secara kaffah
model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk
mempresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah
bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W. J., 1985: 2). Sebagai contoh, model
pesawat terbang, yang terbuat dari kayu, plastik, dan lem adalah model nyata
dari pesawat terbang.
Sedangkan,
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992:
4). Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan
kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian
rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000: 10) mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.
Jadi,
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman untuk mempermudah suatu proses pembelajaran sehingga
tujuan dari setiap mata pelajaran dapat tercapai dan tersampaikan dengan
sepenuhnya.
- Macam-macam
Model Pembelajaran
a.
Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)
1)
Pengertian Pengajaran Langsung
Pengajaran
langsung adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher center. Menurut Arends (1997), model pengajaran langsung
adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan
pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu model
pengajaran langsung ditujukan pula untuk membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar dan memeroleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi
selangkah.
Ciri-ciri
model pengajaran langsung (dalam Kardi & Nur, 2000: 3) adalah sebagai
berikut:
a)
Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh
model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar;
b)
Sintaks atau satu pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran; dan
c)
Sistem pengelolaan dan lingkungan
belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat
berlangsung dengan berhasil.
Selain
itu, juga dalam pengajaran langsung harus memenuhi suatu persyaratan, antara
lain: (1) ada alat yang akan didemonstrasikan; dan (2) harus mengikuti tingkah
laku mengajar (sintaks).
2)
Kelebihan Pengajaran Langsung
a)
Dengan model pembelajaran langsung, guru
menegndalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga
dapat memperhatikan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
b)
Dapat diterapkan secara efektif dalam
kelas yang besar maupun kecil.
c)
Dapat digunakan untuk menekankan
poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga
hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
d)
Dapat menjadi cara yang efektif untuk
mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
e)
Merupakan cara yang paling efektif untuk
mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa
yang berprestasi rendah.
3)
Kelemahan Pengajaran Langsung
a)
Model pembelajaran langsung bersandar
pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan
mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki
keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada
siswa.
b)
Dalam model pembelajaran langsung, sulit
untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat
pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
c)
Karena siswa hanya memiliki sedikit
kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
d)
Karena guru memainkan peran pusat dalam
model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru.
Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan
terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan
pembelajaran mereka akan terhambat.
e)
Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa
tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang
menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif
terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
b.
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
1)
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Artzt
& Newman (1990: 448) menyatakan bahwa dala belajar kooperatif siswa belajar
bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk
mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab
yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Pembelajaran
kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari
konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit
jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi,
hakikat dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran
kooperatif.
Ide
utama belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung
jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif
menekankan pada tujuan da kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika
semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 1995).
Johnson & Johnson (1994) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif
adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja
dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara
para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan
keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah (Louisell &
Descamps, 1992). Zamroni (2000) mengemukakan pula bahwa manfaat penerapan belajar
kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam input
pada level individual.
2)
Beberapa variasi dalam Pembelajaran
Kooperatif
a)
Student Teams Achievement Division
(STAD)
Slavin
(dalam Nur, 2000: 26) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam team
belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian
siswa bekerja dalam team mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang
materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
b)
Tim Ahli (Jigsaw)
Pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri
dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagia materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya (Sudrajat, 2008: 1).
c)
Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Investigasi
kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan
paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan.
Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok di sini
dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang
sama dalam topic tertentu. Selanjutnya, siswa memilih topic untuk diselidiki,
dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya
ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
d)
Think Pair Share (TPS)
Think
Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model
pembelajaran TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana.
Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan
siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada
materi/tujuan pembelajaran. TPS dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa.
Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok-kelompok
kecil.
e)
Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together (NHT)
atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative
terhadap struktur kelas tradisional. Humbered
Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993)
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
f)
Teams Games Tournament (TGT)
TGT
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru
menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam
kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan
dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota
kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok
yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya,
sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan
bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa
akan diberikan permainan akademik seperti berupa pertandingan dalam permainan.
3)
Kelebihan pembelajaran Kooperatif
(a)
Dapat mengurangi rasa kantuk disbanding
belajar sendiri
(b)
Dapat merangsang motivasi belajar
(c)
Ada tempat bertanya
(d)
Kesempatan melakukan resitasi oral
(e)
Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan
peristiwa lain yang mudah diingat
4)
Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
(a)
Bisa menjadi tempat mengobrol atau
gossip
(b)
Sering terjadi debat sepele di dalam
kelompok
(c)
Bisa terjadi kesalahan kelompok
c.
Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction)
1)
Pengertian Pengajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction)
Istilah
Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) diadopsi dari istila Inggris Problem Based Instruction (PBI). Model
pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey.
Menurut Dewey (dalam Sudjana 2001: 19) belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Pada
model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil sisw bekerja
sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika
guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa
menggunakan macam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir
kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar
konstruktivis. Pada model pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan
nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerja sama di antara siswa-siswa. Dalam
model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana rencana pemecahan
masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan
keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat
diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi
pada upaya penyelidikan siswa.
2)
Kelebihan Pengajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction)
(a)
Pemecahan masalah merupakan teknik yang
cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
(b)
Pemecahan masalah dapat menantang
kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan
baru bagi peserta didik.
(c)
Pemecahan masalah dapat meningkatkan
aktivitas pembelajaran peserta didik.
(d)
Pemecahan masalah dapat membantu peserta
didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
(e)
Pemecahan masalah dapat membantu peserta
didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
(f)
Melalui pemecahan masalah dianggap lebih
menyenangkan dan disukai peserta didik.
(g)
Pemecahan masalah dapat mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
(h)
Pemecahan masalah dapat memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
miliki dalam dunia nyata.
(i)
Pemecahan masalah dapat mengembangkan
minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar.
3)
Kelemahan Pengajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction)
(a)
Manakala peserta didik tidak memiliki
minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit
untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
(b)
Keberhasilan strategi pembelajaran
melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
(c)
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar
apa yang mereka ingin pelajari.
d.
Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning)
1)
Pengertian Pengajaran dan Pembelajaran
Kontekstual (CTL)
Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah suatu
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Berikut ini adalah karakteristik dari CTL, yaitu:
(a)
Pembelajaran merupakan
proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak
terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari.
(b)
Pembelajaran yang
kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan
baru (acquiring knowledge).
(c)
Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge), artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan
diyakini.
(d)
Mempraktikkan pengetahuan
dan pengalaman tersebut (applying
knowledge).
2)
Kelebihan Pengajaran dan Pembelajaran
Kontekstual (CTL)
(a)
Pembeljaran lebih bermakna, artinya
siswa melakukan sendiri kegiatan yang berhubungan dengan materi yang ada
sehingga siswa dapat memahaminya sendiri.
(b)
Pembelajaran lebih produktif dan mampu
menumbuhkan pengetahuan konsep kepada siswa karena pembelajaran CTL menurut
siswa menemukan sendiri bukan menghafal.
(c)
Menumbuhkan keberanian siswa untuk
mengemukakan pendapat tentang materi yang dipelajari.
(d)
Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang
materi yang dipelajari dengan bertanya kepada guru.
(e)
Menumbuhkan kemampuan dalam bekerjasama
dengan teman yang lain untuk memecahkan masalah yang ada.
(f)
Siswa dapat membuat kesimpulan sendiri
dari kegiatan pembelajaran.
3)
Kelemahan Pengajaran dan Pembelajaran
Kontekstual (CTL)
(a)
Bagi siswa yang tidak dapat mengetahui
pembelajaran, tidak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan
teman lainnya karena siswa tidak mengalami sendiri.
(b)
Perasaan khawatir pada anggota kelompok
akan hilangnya karakteristik siswa karena harus menyesuaikan dengan
kelompoknya.
(c)
Banyak siswa yang tidak senang apabila
disuruh bekerjasama dengan yang lainnya, karena siswa yang tekun merasa harus
bekerja melebihi siswa yang lain dalam kelompoknya.
e.
Pembelajaran Model Diskusi Kelas
1)
Pengertian Model Diskusi Kelas
Diskusi
merupakan situasi di mana guru dan para siswa, atau antara siswa dengan siswa
yang lain berbincang satu sama lain dengan berbagai gagasan dan pendapat
mereka. Dalam pembelajaran diskusi mempunyai arti suatu situasi di mana guru
dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain saling bertukar pendapat secara
lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat. Pertanyaan yang ditunjukkan untuk
membangkitkan diskusi berada pada tingkat kognitif lebih tinggi, Arends (1997).
Pemanfaatan
diskusi oleh guru mempunyai arti untuk memahami apa yang ada di dalam pemikiran
siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui
komunikasi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung baik antarsiswa maupun
komunikasi guru dengan siswa.
2)
Kelebihan Model Diskusi Kelas
(a)
Metode diskusi melibatkan siswa secara
langsung dalam proses belajar.
(b)
Setiap siswa dapat menguji pengetahuan
dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.
(c)
Metode diskusi dapat menumbuh dan
mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
(d)
Dengan mengajukan dan mempertahankan
pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh
kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri.
(e)
Metode diskusi dapat menunjang
usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
3)
Kelemahan Model Diskusi Kelas
(a)
Suatu diskusi tidak dapat diramalkan
sebelumnya mengenai bagaimana hasil sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa
dan partisipasi anggota-anggotanya.
(b)
Suatu diskusi memerlukan
keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
(c)
Jalannya diskusi dapat dikuasai
(didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol.
(d)
Tidak semua topic dapat dijadikan pokok
diskusi, akan tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
(e)
Diskusi yang mendalam memerlukan waktu
yang banyak.
(f)
Perasaan dibatasi waktu menimbulkan
kedangkalam dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.
(g)
Apabila suasana diskusi hangat dan siswa
sudah berani mengemukakan pikiran mereka maka biasanya sulit untuk membatasi
pokok masalahnya.
(h)
Sering terjadi dalam diskusi murid
kurang berani mengemukakan pendapatnya.
(i)
Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu
besar akan mempengaruhi setiap siswa untuk mengemukakam pendapatnya.
f.
Model Pembelajaran PAKEM
1)
Pengertian Model Pembelajaran PAKEM
PAKEM
merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan
berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
Pembelajaran
merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari kurikulum yang sudah dirancang
dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan rencana
yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Brooks bahwa. “pembaruan dalam pendidikan harus dimulai dari
‘bagaimana anak belajar’ dan ‘bagaimana guru mengajar’, bukan dari
ketentuan-ketentuan hasil”. Untuk itu, guru harus memiliki pengetahuan yang
luas mengenai jenis-jenis belajar (multimetode dan multimedia) dan suasana
belajar yang kondusif, baik eksternal maupun internal.
(a)
Pembelajaran
Partisipatif
Pembelajaran
partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran secara optimal. Pembelajaran ini menitikberatkan pada keterlibatan
siswa pada kegiatan pembelajaran (child
center/student center) bukan pada dominasi guru dalam penyampaian materi
pelajaran (techer center).
(b)
Pembelajaran
Afektif
Pembelajaran
aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas
siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan
dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai
pengalaman yang dapat meningkatan pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu,
pembelajaran aktif memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian
terhadap berbagai peristiwa belajar dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
(c)
Pembelajaran
Kreatif
Pembelajaran
kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat
memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa saat pembelajaran berlangsung,
dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja
kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Siswa dikatakan kreatif apabila
mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh
dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkan dalam bentuk sebuah hasil karya
baru.
(d)
Pembelajaran
Efektif
Pembelajaran
mampu dikatakan efektif jika mmpu memberikan pengalaman baru kepada siswa
membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ketujuan yang ingin
dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan serta mendidik
mereka dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Proses
pelaksanaan pembelajaran efektif dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:
(1) melakukan appersepsi, (2)
melakukan eksplorasi, yaitu memperkenalkan materi pokok dan kompetensi dasar yang akan dicapai, serta
menggunakan variasi metode, (3) melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu
mengaktifkan siswa dalam membentuk kompetensi dan mengaitkan dengan kehidupan
siswa, (4) melakukan penilaian, yaitu mengumpulkan fakta-fakta dan data/dokumen
belajar siswa yang valid untuk melakukan perbaikan program pembelajaran.
(e)
Pembelajaran
Menyenangkan
Pembelajaran
menyenangkan (joyfull instruction)
merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang
kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure) (Mulyasa, 2006:
194). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan
yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.
2)
Kelebihan Model Pembelajaran PAKEM
(a)
Siswa selalu aktif.
(b)
Tujuan pembelajaran akan tercapai secara
optimal.
(c)
Kelas menjadi menyenangkan dan kondusif.
(d)
Melatih siswa memiliki rasa tanggung
jawab, berbagi rasa, saling menghormati dan menyayangi sesama manusia.
3)
Kelemahan Model Pembelajaran PAKEM
(a)
Tidak mudah merancang pembelajaran
dengan perbedaan individu siswa.
(b)
Tidak efektif digunakan pada jumlah
siswa yang besar di kelas.
(c)
Tugas terlalu banyak akan membuat anak
bosan, apabila tak disertai penilaian.
(d)
Perlu kreatifitas guru dalam menciptakan
beragam kegiatan yang dapat menyenangkan siswa, seperti memilih lagu dan
merancang permainan.
- Model
yang digunakan
Pada
saat melakukan terjun lapangan nanti, peniliti merencanakan akan menggunakan
model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) pada konsep FPB dan KPK di kelas V SD Negeri Sudimara
Timur. Tujuan peneliti menggunakan model CTL untuk memberikan variasi dalam
pembelajaran matematika dengan menghubungkan konsep pelajaran dengan aktivitas
keseharian yang dilakukan siswa. Salah satu contohnya seperti menghubungkan
konsep materi FPB dan KPK ini dengan permainan yang sering dimainkan anak,
seperti permainan gambaran/kartu bergambar dan permainan tepuk tangan. Peneliti
berharap dengan menggunakan model ini dapat mempermudah siswa untuk lebih
memahami tetang konsep FPB dan KPK. Berikut ini adalah syntax dari model Contextual Teaching and Learning (CTL):
1.
Mengembangkan pikiran anak akan belajar
lebih bermakna dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkrontruksikan
sendiri pengetahuan dan ketermpilan barunya.
2.
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
sendiri kegiatan inkuri untuk semua topic
3.
Kembangkan sifat ingin tahu mereka
dengan bertanya
4.
Ciptakan masyarakat belajar (belajar
dalam kelompok-kelompok).
5.
Hadirkan modal sebagai contoh
pembelajaran.
6.
Lakukan repleksi di akhir pertemuan.
7.
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan
berbagai cara.
B. HAKIKAT MATEMATIKA
Matematika merupakan pelajaran yang
terdapat disetiap tingkatan pendidikan mulai dari Taman Kanak (TK) sampai ke
Sekolah Menengah Atas (SMA). “Matematika yang mulanya diambil dari perkataan
yunani, mathematike yang berarti “’relating
to learning”, perkataan itu mempunyai akar mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (Knowledge, Science). Sesuai dengan kurikulum KTSP yang mencakup
bahwa ilmu pengetahuan termasuk pelajaran yang terdapat di sekolah.
Bruner (Ruseffendi, 1991) dalam metode
penemuan mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika, siswa harus
menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya. ‘menemukan’ disini
terutama adalah menemukan lagi (discovery), atau dapat juga menemukan yang sama
sekali baru (invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan
dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam
pembelajaran ini, guru harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing
dibandingkan sebagai pemberi tahu.
Pada dasarnya perkembangan ilmu
matematika tergantung pada pola piker manusia yang terus berkembang seiring
berganti zaman. Hal ini sependapat dengan Johnson dan Rising yang dikutip Erman
Suherman yaitu “matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logik”. Menurut Kline yang dikutip Mulyono Abdurrahman
“matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya penggunaan cara
bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.
Berdasarkan uraian yang telah
disampaikan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang terdapat di
sekolah. Pada tingkat sekolah dasar terdapat beberapa materi pembelajaran di
kelas V SD, salah satunya adalah FPB dan KPK sebagai materi yang akan diuji
dalam proses penelitian.
C. ALAT PERAGA
- Pengertian
Alat Peraga
Alat
peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan
merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat
mendorong proses belajar (Ali, 1989). Menurut Ruseffendi (1992), alat peraga
adalah alat yang menerangkan atau mewujudkan konsep matematika. Sedangkan
pengertian alat peraga metematika menurut Pramudjono (1995), adalah benda
konkret yang dibuat, dihimpun, atau disusun secara sengaja digunakan untuk
membantu menanamkan atau mengembangkan konsep matematika.
- Pengertian
Media Pembelajaran
Kata
media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Menurut Heinich, Molenda, dan Russel (1990) diungkapkan bahwa media is a channel of communication. Derived from the Latin word for “between”,
the term refers “to anything that carries information between a source and a
reciver.
Lisle
J. Briggs (1979), menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai “the physical means of conveying
instructional content……book, films, videotapes, etc. Lebih jauh Briggs
menyatakan media adalah “alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik
supaya terjadi proses belajar.
Rossi
dan Breidle (1966), mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat
dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televise,
buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi, alat-alat semacam radio
dan televise kalau digunakan dan deprogram untuk pendidikan, maka merupakan
media pembelajaran.
Namun
demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal
lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Gelach dan Ely
(1980: 244) menyatakan: “A medium,
conceived is any person, material or event that establishs condition which
enable the leaner to acquire knowledge, skill and attitude”. Menurut
Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan
yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memeroleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Jadi, dalam pengertian ini media bukan hanya alat
perantara seperti tv, radio, slide, bahan cetakan, akan tetapi meliputi orang
atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi,
seminar, karyawisata, simulasi dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa atau untuk menambah
keterampilan.
- Macam-macam
Media Pembelajaran
Media
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung
dari sudut mana melihatnya.
a.
Dilihat dari sifatnya, media dapat
dibagi ke dalam:
1)
Media auditif, yaitu media yang hanya
dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio
dan rekaman suara.
2)
Media visual, yaitu media yang hanya
dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media
ini adalah film slide, foto, transparasi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk
bahan yang dicetak seperti media grafis.
3)
Media audiovisual, yaitu jenis media
yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat
dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain
sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab
mengandung dua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
b.
Dilihat dari kemampuan jangkauannya,
media dapat pula dibagi ke dalam:
1)
Media yang memiliki daya liput yang luas
dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat
mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang actual secara serentak tanpa
harus menggunakan ruangan khusus.
2)
Media yang mempunyai daya liput yang
terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lain
sebagainya.
c.
Dilihat dari cara atau teknik
pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam:
1)
Media yang diproyeksikan, seperti film,
slide, film strip, transparasi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian
memerlukan alat proyeksi khusus, seperti film
projector untuk memproyeksikan film, slide
projector untuk memproyeksikan film slide, Over Head Projector (OHP) untuk memproyeksikan transparasi. Tanpa
dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi
apa-apa.
2)
Media yang tidak diproyeksikan, seperti
gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.
Menurut
Rudy Brets, ada 7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu:
a.
Media audiovisual gerak, seperti film
suara, pita video, film tv.
b.
Media audiovisual diam, seperti film
rangkai suara.
c.
Audio semigerak, seperti tulisan jauh
bersuara.
d.
Media visual bergerak, seperti film
bisu.
e.
Media visual diam, seperti halaman
cetak, foto, microphone, slide bisu.
f.
Media audio, seperti radio, telepon,
pita radio.
g.
Media cetak, seperti buku modul, bahan
ajar mandiri.
- Kelebihan
Media
a.
Memperjelas penyajian pesan agar tidak
telalu verbalistis (dalam bentuk kata-kata, tertulis, atau lisan belaka).
b.
Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan
daya indera.
c.
Dengan menggunakan media pendidikan
secara tepat dan bervariasi sifat pasif anak didik dapat diatasi.
- Fungsi
dan Manfaat Media Pembelajaran
Secara
khusus media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan seperti yang dijelaskan
berikut ini.
a.
Menangkap suatu objek atau
peristiwa-peristiwa tertentu
Peristiwa-peristiwa
penting atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto, film atau direkam
melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan dapat
digunakan manakala diperlukan.
b.
Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau
objek tertentu
Melalui
media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak
menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme.
Misalkan untuk menyampaikan peredaran darah pada manusia, dapat disajikan
melalui film.
Selain
itu, media pembelajaran juga dapat membantu menampilkan objek yang terlalu
besar yang tidak mungkin dapat ditampilkan di dalam kelas, atau menampilkan
objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat dengan menggunakan mata telanjang.
Benda atau objek yang terlalu besar misalkan alat-alat perang, berbagai
binatang buas, benda-benda langit, dan lain sebagainya. Untuk menampilkan objek
tersebut guru dapat memanfaatkan film slide, foto-foto, atau gambar.
Benda-benda yang terlalu kecil, misalkan bakteri, jamur, virus dan lain
sebagainya, dapat dipelajari dengan memanfaatkan mikroskop, atau micro projector.
c.
Menambah gairah dan motivasi belajar
siswa
Penggunaan
media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap
materi pembelajaran dapat lebih meningkat.
d.
Media pembelajaran memiliki nilai
praktis
1)
Media dapat mengatasi keterbatasan
pengalaman yang dimiliki siswa.
2)
Media dapat mengatasi batas ruang kelas.
3)
Media dapat memungkinkan terjadinya
interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4)
Media dapat menghasilkan keseragaman
pengamatan.
5)
Media dapat menanamkan konsep dasar yang
benar, nyata dan tepat.
6)
Media dapat membangkitkan motivasi dan
merangsang peserta untuk belajar dengan baik.
7)
Media dapat membangkitkan keinginan dan
minat baru.
8)
Media dapat mengontrol kecepatan belajar
siswa.
9)
Media dapat memberikan pengalaman yang
menyeluruh dari hal-hal yang konkret sampai yang abstrak.
Menurut
Kemp dan Dayton (1985), media memiliki kontribusi yang sangat penting terhadap
proses pembelajaran. Di antara kontribusi tersebut menurut kedua ahli tersebut
sebagai berikut:
a.
Penyampaian pesan pembelajaran dapat
lebih terstandar.
b.
Pembelajaran dapat lebih menarik.
c.
Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
d.
Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat
diperpendek.
e.
Kualitas pembelajaran dapat
ditingkatkan.
f.
Proses pembelajaran dapat berlangsung
kapanpun dan di manapun diperlukan.
g.
Sikap positif siswa terhadap materi
pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
h.
Peran guru berubah kea rah yang positif,
artinya guru tidak menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber belajar.
- Media
Pembelajaran yang Digunakan
a.
Permainanku
1)
Alat dan bahan
(a)
Gambaran/kartu bergambar
(b)
Siswa
2)
Cara penggunaan
Saat
guru telah menyampaikan konsep dasar dari materi yang sedang diajarkan pada
kegiatan proses belajar mengajar. Di pertengahan pembelajaran guru mengajak
siswa untuk bernalar menggunakan permainan yang biasanya sering dijumpai oleh
siswa, seperti permainan gambaran/kartu bergambar, missal guru memberikan
beberapa gambaran/kartu bergambar dan siswa diminta untuk berpikir kritis pada
saat pemahaman konsep FPB. Kemudian, siswa diajak bermain tepuk tangan, missal
guru menginstruksikan ketika penyebutan angka berkelipatan 2 maka siswa harus
bertepuk tangan.
b.
Flash
1)
Pengertin Flash
Flash
mx merupakan program pembuatan anggih. Dengan animasi dan web yang canggih.
Dengan menggunkan flash mx anda mampu membuat desain web yang interaktif
sekaligus menarik.
Banyak
sekali kelebihan yang dimiliki oleh flash mx, beberapa diantaranya:
(a)
Teknologi vector graphic yang di miliki
flash memungkinkan sebuah movie atau gambar di ubah ukurannya tanpa mengurangi
kualitas animasi atau gambar tersebut.
(b)
Waktu akses animasi atau gambar cepat
dibandingkan dengan program pembuatan animasi yang lain seperti animated gifs
maupun java applet.
(c)
Bersifat open evvironment sehingga dapat
berinteraksi dengan beberapa program pengolahan web lain seperti dreamweaver
dan fireworks. Selain itu, dapat berinteraksi dengan beberapa server side
scripting seperti ASP, PHP, dan CGI.
(d)
Mampu membuat animasi secara streaming
sehingga sebuah movie atau animasi akan langsung dimainkan sekalipun proses
loading belum selesai seluruhnya.
(e)
Mampu membuat desain web yang interaktif.
(f)
Dapat dibuka, disimpan, dan dijalankan
kedalam format program flash versi sebelumnya, yaitu flash mx.
(g)
Mempunyai fasilitas yang lengkap dan
fleksibel untuk menunjang para desiger web membuat karyanya.
(h)
Memungkinkan esigner melakukan editing
objek symbol pada tempatnya.
(i)
Mempunyai kemudahan dalam melakukan
import video clip dalam banyak pilihan format file.
(j)
Memudahkan desiger membuat animasi mask
dengan menempatkan movie clip pada layer mask.
2)
Alat dan bahan
a)
Laptop
b)
Aplikasi macromedia flash
c)
Panduan google
d)
Flashdisk
3)
Cara pembuatan
a)
Sebelum membuat media flash ini, kita
harus memiliki aplikasi Adobe Flash terlebih dahulu di computer/laptop yaitu
dengan cara mendownload dan menginstal aplikasi tersebut.
b)
Menyiapkan konsep atau sketsa gambar
sesuai keinginan masing-masing pada layar yang telah disediakan.
c)
Buatlah gambar yang telah disketsa yang
akan dibuat dengan menggunakan aplikasi Adobe Flash.
4)
Cara penggunaan
Cara
menggunakan media Flash sangat mudah. Pertama siapkan laptop terlebih dahulu.
Kemudian sambungkan laptop dengan proyektor menggunakan kabel data, lalu
nyalakan proyektor tersebut dengan menekan tombol “ON”. Ketika laptop telah
tersambungkan dengan proyektor, tampilkanlah media flash yang sebelumnya telah
dibuat. Kemudian perintahkan siswa untuk mengamati materi pada media flash yang
sedang ditayangkan. Kemungkinan besar siswa akan merasa tertarik untuk
mengamati flash tersebut karena pada flash ini menggunakan aplikasi-aplikasi
yang menarik, sehingga tidak membuat siswa menjadi bosan.
D. MODUL PEMBELAJARAN
- Pengertian
Modul
Modul
adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis atau cetak yang disusun secara
sistematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran berdasarkan
kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan
belajar mandiri (self intructional),
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji diri sendiri melalui
latihan yang disajikan dalam modul tersebut. Buku siswa (modul, diktat)
merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat
materi pelajaran, kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep, kegiatan sains,
informasi, dan contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari.
Modul
memiliki sifat self contained, artinya
dikemas dalam satu kesatuan yang utuh untuk mencapai kompetensi tertentu. Modul
juga memiliki sifat membantu dan mendorong pembacanya untuk mampu membelajarkan
diri sendiri (self instructional) dan
tidak bergantung pada media lain (self
alone) dalam penggunaannya.
Selain
itu, buku bacaan ini juga sebagai panduan belajar baik dalam proses
pembelajaran di kelas maupun belajar mandiri. Materi ajar berisikan garis besar
bab, kata-kata yang dapat dibaca pada uraian materi pelajaran, tujuan yang
memuat tujuan yang hendak dicapai setelah mempelajari materi ajar, materi
pelajaran berisikan uraian materi pelajaran yang harus dipelajari, bagan atau
gambar yang mendukung ilustrasi pada uraian materi, kegiatan percobaan
menggunakan alat dan bahan sederhana dengan teknologi sederhana yang dapat
dikerjakan oleh siswa, uji diri setiap submateri pokok, dan masalah-masalah
dalam kehidupan sehari-hari yang perlu didiskusikan.
- Tujuan
dan Manfaat Penyusunan Modul
Salah
satu tujuan penyusunan modul adalah menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan
tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar
yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan karakteristik siswa, serta setting atau latar belakang lingkungan
sosialnya.
Modul
memiliki berbagai manfaat, baik ditinjau dari kepentingan siswa maupun dari
kepentingan guru. Bagi siswa, modul bermanfaat antara lain:
a.
Siswa memiliki kesempatan melatih diri
belajar secara mandiri;
b.
Belajar menjadi lebih menarik karena dapat
dipelajari di luar kelas dan di luar jam pembelajaran;
c.
Berkesempatan mengekspresikan cara-cara
belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya;
d.
Berkesempatan menguji kemampuan diri
sendiri dengan mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul;
e.
Mampu membelajarkan diri sendiri;
f.
Mengembangkan kemampuan siswa dalam
berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya.
Bagi
guru penyusunan modul bermanfaat karena:
a.
Mengurangi kebergantungan terhadap
kesediaan buku teks;
b.
Memperluas wawasan karena disusun dengan
menggunakan berbagai referensi;
c.
Menambah khazanah pengetahuan dan
pengalaman dalam menulis bahan ajar;
d.
Membangun komunikasi yang efektif antara
dirinya dan siswa karena pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka;
e.
Menambah angka kredit jika dikumpulkan
menjadi buku dan diterbitkan.
- Kelebihan
Modul
Tjipto
(1991: 72) mengemukakan beberapa keuntungan yang diperoleh jika menggunakan
modul, antara lain:
a.
Motivasi siswa dipertinggi karena setiap
kali siswa mengerjakan tugas pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai
dengan kemampuannya.
b.
Sesudah pelajaran selesai, guru dan
siswa mengetahui benar siswa yang berhasil dengan baik dan mana yang kurang
berhasil.
c.
Siswa mencapai hasil yang sesuai dengan
kemampuannya.
d.
Beban belajar terbagi lebih merata
sepanjang semester.
e.
Pendidikan lebih berdaya guna.
- Kelemahan
Modul
Menurut
Suparman (1993: 197), menyatakan bahwa bentuk kegiatan belajar mandiri ini
mempunyai kekurangan-kekurangan sebagai berikut:
a.
Biaya pengembangan bahan tinggi dan
waktu yang dibutuhkan lama.
b.
Menentukan disiplin belajar yang tinggi
yang mungkin kurang dimiliki oleh siswa pada umumnya dan siswa yang belum
matang pada khususnya.
c.
Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi
dari fasilitator untuk terus menerus memantau proses belajar siswa, memberi
motivasi dan konsultasi secara individu setiap waktu siswa membutuhkan.
- Modul
yang digunakan
Modul
yang digunakan diberi judul Si Besar dan Si Kecil. Mengapa diberi judul seperti
itu? Karena pada modul ini akan membahas materi FPB dan KPK, yang mana kita
ketahui bahwa FPB singkatan dari Faktor Persekutuan Besar sehingga menimbulkan
kata “Si Besar” dan KPK singkatan dari Kelipatan Persekutuan Terkecil sehingga
memunculkan kata “Si Kecil”. Pada modul ini akan membahas tentang pengertian
FPB dan KPK beserta contoh dan cara pengoperasiaannya ditambahkan juga dengan
latihan untuk siswa tentang konsep dasar materi yang dibahas.
E. LKS (LEMBAR KERJA SISWA)
- Pengertian
LKS (Lembar Kerja Siswa)
Lembar
kerja siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan
penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kerja siswa merupakan salah satu
jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum, lembar kerja siswa merupakan
perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan
Recana Pembelajaran (RP).
Lembar
kerja siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif
maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan
eksperimen atau demonstrasi.
Lembar
kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal
(petanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa). Selain itu, lembar kerja
siswa memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk
memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator
pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.
Lembar
kerja siswa ini sebaiknya dirancang oleh guru sesuai dengan pokok bahasan dan
tujuan pembelajarannya. Lembar kerja siswa dalam kegiatan belajar mengajar
dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau
pada tahap pemahaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep) karena
lembar kerja siswa dirancang untuk membimbing siswa dalam mempelajari topik.
Pada tahap pemahaman konsep, lembar kerja siswa dimanfaatkan untuk mempelajari
pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari, yaitu penanaman konsep
(Lestari, 2006: 19).
Komponen-komponen
lembar kerja siswa meliputi: judul eksperimen, teori singkat tentang materi,
alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan
kesimpulan untuk bahan diskusi.
- Kelebihan
LKS
a.
Memudahkan guru dalam penyampain materi
pelajaran.
b.
Sebagai bahan ajar yang meminimalkan
peran pendidik, namun lebih mangaktifkan peserta didik.
c.
Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya
tugas untuk berlatih.
d.
Sebagai bahan ajar yang mempermudah
peserta didik untuk memahami materi yang diberikan.
e.
Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada
peserta didik.
- Kelemahan
LKS
a.
Buku LKS kurang atraktif
b.
Buku LKS tidak memberikan materi secara
rinci
c.
Buku LKS tidak menggunakan hirarki
pembelajaran
- LKS
Kalender Gulali
LKS
yang akan digunakan diberi nama “Kalender Gulali”. Mengapa Kalender Gulali?
Karena pada pembuatan LKS ini terdapat sebuah kalender dan permen dalam bentuk
pertanyaan cerita. Oleh karena itu, agar LKS ini terlihat menarik maka
diambillah penamaan LKS yang berjudul “Kalender Gulali”.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. PENELITIAN DESKRPTIF
- Pengertian
Penelitian Deskriptif
Penelitian
deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best, 1982: 119). Penelitian
ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini peneliti
tidak melakukan kontrol dan memanipulasi variabel penelitian. Penelitian
deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan
secara sistematis, fakta, dan karaktristik objek atau subjek yang diteliti
secara tepat.
Ada
dua alasan yang menjadikan penelitian dekriptif begitu diminati oleh para
peneliti:
a.
Dari pengamatan empiris didapat bahwa
sebagian besar laporan penelitian di lakukan dalam bentuk deskiptif,
b.
Metode deskriptif sangat berguna untuk
mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun
tingkah laku manusia.
Dalam
penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak
menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut
peristiwa-peritiwa yang saat sekarang terjadi. Dengan penelitian deskriptif
ini, peneliti memungkinkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berkaitan
dengan hubungan variabel atau asosiasi, dan juga mencari hubungan komparasi
antar variabel.
Penelitian
deskriptif mempunyai keunikan sebagai berikut:
a.
Penelitian deskriptif menggunakan
kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh respon yang sangat sedikit,
akibatnya bias dalam membuat kesimpulan.
b.
Penelitian deskriptif yang menggunakan
observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang
memadai. Untuk itu diperlukan para observer yang terlatih dalam
observasi, dan jika perlu membuat ceck list lebih dahulu tentang objek
yang perlu dilihat, sehingga peneliti memperoleh data yang diinginkan secara
objektif dan reliabel.
c.
Penelitian deskriptif juga memerlukan
pemasalahan yang harus didefinisikan dan dirumuskan secara jelas, agar
dilapangan, peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang
diperlukan
- Macam-macam
Penelitian Deskriptif
Penelitian
deskriptif memiliki banyak jenis namun terdapat perbedaaan atas pandangan dan
pengetahuan para ahli. Perbedaaan pandangan itu, dapat dilihat dari aspek
bagaimana proses pengumpulan datanya.
Dari
aspek bagaimana proses pengumpulan data dilakukan, macam-macam penelitian
deskriptif minimal dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu laporan diri,
studi perkembangan, studi kelanjutan, dan studi sosiometrik.
a.
Penelitian Laporan Diri (Self-Report
Research)
Dalam
penelitian self-report ini peneliti dianjurkan menggunakan teknik
observasi secara langsung dan dianjurkan menggunakan alat bantu lain untuk
mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
b.
Studi Perkembangan (Developmental
Study)
Studi
perkembangan biasanya dilakukan dalam periode longitudinal dengan waktu
tertentu, seringkali dilakukan oleh peneliti bidang pendidikan atau psikologi
yang berkaitan dengan tingkah laku secara individu maupun kelompok. Dengan
tujuan untuk menemukan perkembangan dimensi yang terjadi pada seorang
responden. Setiap fenomena yang muncul didokumentasikan untuk digunakan sebagai
informasi dalam menganalisa guna mencapai hasil penelitian.
c.
Studi Kelanjutan (Follow-up Study)
Studi
kelanjutan dilakukan oleh peneliti untuk menentukan status responden setelah
beberapa periode waktu tertentu memperoleh perlakuan. Dalam penelitian studi
kelanjutan biasanya peneliti mengenal istilah antara output dan outcome.
Output berkaitan dengan informasi hasil akhir dan Outcome biasanya
menyangkut pengaruh suatu perlakuan.
d.
Studi Sosiometrik (Soiometric Study)
Sosiometrik
adalah analisis hubungan antarpribadi dalam suatu kelompok individu. Prinsip
teori studi sosiometrik pada dasarnya adalah menanyakan pada masing-masing anggota
kelompok yang diteliti untuk menentukan dengan siapa dia paling suka, untuk
bekerja sama dalam kegiatan kelompok.
- Kelebihan
Penelitian Deskriptif
a.
Relatif mudah dilaksanakan.
b.
Dapat memeroleh informasi penting.
c.
Tidak menuntut adanya perlakuan
manipulasi variabel,
d.
Pada studi tertentu hasil penelitian
dapat dijadikan pertimbangan meramalkan situasi mendatang.
- Kelemahan
Penelitian Deskriptif
a.
Menuntut ketajaman berpikir dalam
menjelaskan fenomena.
b.
Umumnya hasil penelitian hanya berlaku
pada saat ini dan belum berlaku pada masa yang akan dating.
c.
Untuk jenis studi tertentu memerlukan
waktu yang relative lama, konsekuensinya biaya dan tenaga akan lebih besar
- Deskripsi
Pencarian Masalah
Pada
saat peneliti memasuki semester 5, ia mendapatkan tugas dari mata kuliah
Seminar Problematika Pembelajaran SD yang menugaskan setiap mahasiswanya untuk
melakukan wawancara dan observasi dalam pencarian permasalahan yang terjadi di
SD khususnya permasalahan saat pembelajaran. Saya selaku peneliti berusaha
mencari masalah yang tepat untuk dibahas dalam penelitian kali ini. Awalnya
saya mewawancari seorang guru dari salah satu SD di daerah Balaraja, Kab.
Tangerang. Ketika guru tersebut menyampaikan permasalahan yang terjadi di
kelasnya, menurut saya permasalahn tersebut kurang tepat untuk dijadikan
penelitian. Saat saya pulang ke rumah, saya pun berbincang-bincang tentang
tugas saya ini dengan salah satu anggota keluarga saya. Kemudian ia memberikan
saran kepada saya untuk melakukan wawancara dan observasi di SD dekat rumah,
yaitu di SD Negeri Sudimara Timur, Ciledug, Kota Tangerang. Beberapa selang
pergantian hari saya menghubungi guru yang bersangkutan untuk meminta izin
melakukan wawancara mengenai sekolah. Kemudian saya mendatangi rumah salah satu
guru di SD tersebut. Kebetulan saya tidak bisa melakukan wawancara di sekolah
karena guru tersebut hanya mempunyai waktu pada hari senin-jum’at sedangkan
hari sabtu dan minggu ia terdapat jadwal kuliah. Alhasil saya melakukan
wawancara tersebut di luar jam kerja pada saat malam hari. Ketika saya
melakukan wawancara saya menanyakan apakah terdapat permasalahan yang terjadi
di kelas V yang diajarkan oleh ibu (guru) tersebut. Ternyata di kelas tersebut
memiliki sebuah permasalahan pada mata pelajaran matematika konsep FPB dan KPK.
Menurut keterangan narasumber, di kelas tersebut sebenarnya memiliki
siswa-siswa yang pintar. Mungkin karena materi yang terbilang sulit alhasil
siswa kurang memahami konsep dari FPB dan KPK bahkan saat guru melakukan
evaluasi dengan memberikan test berbentuk soal hasilnya juga kurang memuaskan.
Saya pun menanyakan metode apa yang digunakan dan adakah media yang digunakan
saat pelajaran tersebut. Ibu tersebut menjelaskan dia menggunakan metode
demonstrasi, tanya jawab, dan penugasan. Dia pun menggunakan media pula yaitu
pohon faktor. Dari sana saya memikirkan dan memilih untuk mengangkat
permasalahan ini yaitu meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri
Sudimara Timur pada mata pelajaran matematika konsep FPB (Faktor Persekutuan Terbesar)
dan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) untuk saya lakukan uji penelitian.
B. PENGOLAHAN DATA
- Pengertian
Pengolahan Data
Data
adalah setiap kumpulan fakta. Data juga merupakan kenyataan yang menggambarkan
suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Pengolahan data adalah manipulasi
data agar menjadi bentuk yang lebih berguna berupa informasi. Sedangkan
informasi adalah hasil dari kegiatan-kegiatan pengolahan data yang memberikan
bentuk yang lebih berarti dari suatu kegiatan atau peristiwa. Pengolahan data
ini tidak hanya melibatkan perhitungan numeris tetapi juga operasi-operasi
seperti klasifikasi data dan perpindahan data dari satu tempat ke tempat lain.
Secara umum, kita mengasumsikan bahwa operasi-operasi tersebut dilaksanakan
oleh beberapa tipe mesin atau computer, meskipun beberapa diantaranya dapat
dioperasikan secara manual.
- Perancangan
pengolahan data
Sebelum
kegiatan pengumpulan data dilakukan, perlu dipersiapkan dahulu bagaimana
rancangan untuk pengolahan/analisis datanya.
Tujuan
rancangan pengolahan data:
a.
Agar tidak terjadi bias pengamatan
terhadap variabel yang diteliti.
b.
Agar memudahkan dalam pemilihan alat dan
metode analisis.
c.
Untuk menjaga konsistensi antara data
yang akan dikumpulkan dengan alat atau metode analisis yang akan digunakan.
Faktor
pemilihan rancangan pengolahan data:
a.
Tujuan dan jenis penelitian
b.
Model/jenis data
c.
Taraf/tingkat kesimpulan
- Metode
pengumpulan data
Kualitas
data tidak hanya ditentukan oleh reliabilitas dan validitas dari alat ukurnya
saja, tetapi juga ditentukan oleh bagaimana cara pengumpulannya.
Beberapa
aspek dalam proses pengumpulan data:
a.
Data apa yang akan dikumpulkan (what)
b.
Dengan apa data itu dikumpulkan (with)
c.
Darimana data akan dikumpulkan (where)
d.
Kapan data tersebut dikumpulkan (when)
e.
Bagaimana cara mengumpulkan (how)
Metode
pengumpulan data:
a.
Observasi
Pengumpulan
data melalu pengamatan dan pencatatan oleh pengumpul data terhadap
gejala/peristiwa yang diselidiki pada objek penelitian.
Sifat:
Tidak
ada interaksi antara objek yang diamati dengan pengamat/pengumpul data.
Kelebihan
observasi:
1)
Data yang diperoleh up to date (terbaru) karena diperoleh dari keadaan yang terjadi
pada saat itu (pada saat berlangsungnya peristiwa tersebut).
2)
Data lebih objektif dan jujur karena
yang diteliti atau responden tidak dapat mempengaruhi pengumpulan data (menutup
kemungkinan manipulasi).
Kelemahan
observasi:
1)
Memerlukan banyak waktu.
2)
Tidak dapat digunakan untuk pengumpulan
data masa lalu dan masa mendatang.
3)
Tidak dapat digunakan untuk pengumpulan
data yang berkaitan dengan sikap dan motivasi serta perilaku responden.
Persiapan
observasi:
1)
Isi pengamatan
2)
Data apa yang akan diamati?
3)
Objek pengamatan
4)
Apa/siapa yang diamati?
5)
Alat pengamatan
6)
Pengamatan langsung atau menggunakan
alaat bantu?
7)
Waktu pengamatan
8)
Kapan pengamatan akan dilakukan?
9)
Dokumentasi pengamatan
10) Pencatatan
langsung atau menggunakan alat bantu?
b.
Survei
Pengumpulan
data melalui permintaan keterangan/jawaban kepada sumber data dengan
menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner/angket sebagai alatnya.
Cara
pemakaian kuisioner:
1)
Tatap muka dengan sumber data/responden
secara kelompok atau perorangan melalui telepon
2)
Melalui pos (surat)
Sifat:
Terdapat
interaksi antara objek yang diamati dengan pengamatan/pengumpulan data.
Kelebihan
survei:
1)
Data yang diperoleh autentik, objektif,
dan jujur karena berasal dari sumber data (responden) secara langsung.
2)
Dapat diterapkan untuk pengumpulan data
dalam lingkup yang luas.
3)
Dalam hal tertentu, efisien dalam
penggunaan waktu pengumpulan data.
Kelemahan
survei:
1)
Ada informasi terselubung dari responden
khususnya untuk informasi yang berkaitan dengan sifat, motivasi atau perilaku
responden.
2)
Responden terkadang tidak menjawab apa
adanya tetapi apa yang sebaiknya.
3)
Responden terlalu dibatasi pada
jawaban-jawaban tertentu.
4)
Responden sering tidak mengembalikan
kuisioner.
5)
Sering muncul jawaban-jawaban yang tidak
diinginkan dan tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Persiapan
kuisioner:
1)
Perancangan kuisioner
2)
Deskripsikan maksud dari kuisioner
kepada responden.
3)
Buat materi/daftar pertanyaan.
4)
Buat kode jawaban.
5)
Buat petunjuk menjawab pertanyaan.
6)
Uji kuisioner
7)
Lakukan uji coba kuisioner dan analisi
kekurangan/kelemahan kuisioner.
8)
Perbaikan/penyempurnaan kuisioner
9)
Lakukan perbaikan dan penyempurnaan
kuisioner dari hasil uji coba.
10) Pemilihan
responden
11) Tetapkan
secara jelas kriteria dan siapa responden yang akan diberikan kuisioner.
12) Pelaksanaan
13) Lakukan
pembagian kuisioner dan tetapkan teknis pelaksanaannya.
c.
Interview/Wawancara
Pengumpulan
data melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pewawancara (pengumpul
data) dengan responden (sumber data).
Sifat:
Terdapat
interaksi dan komunikasi antara pewawancara dengan responden.
Sebelum
wawancara dimulai:
1)
Menerangkan maksud wawancara dikaitkan
dengan tujuan penelitian.
2)
Menjelaskan mengapa responden dipilih
untuk diwawancarai.
3)
Menjelaskan identitas da nasal usul
pewawancara.
4)
Menjelaskan sifat wawancara: terbuka
atau tertutup (rahasia).
Komponen
dan faktor yang mempengaruhi dalam suatu wawancara:
1)
Pewawancara: karakteristik sosial,
kemampuan, motivasi, rasa aman.
2)
Responden: karakteristik sosial,
kemampuan, motivasi, rasa aman.
3)
Materi wawancara: kepekaan pertanyaan,
kesukaran pertanyaan, subtansi.
4)
Situasi wawancara: waktu, tempat,
kehadiran orang lain, sikap masyarakat.
5)
Situasi (lihat di agenda).
d.
Eksperimen/Percobaan
Pengumpulan
data melalui pencatatan langsung dari percobaan/pengukuran.
Sifat:
Terdapat
penggunaan alat ukur atau metode eksperimen tertentu.
Tahap
eksperimen/percobaan:
1)
Identifikasi semua variabel yang
relevan.
2)
Identifikasi variabel non eksperimen
yang mungkin mengganggu eksperimen.
3)
Tentukan alat ukur atau instrumentasi
yang dipakai.
4)
Tentukan rancangan dan metode eksperimen
yang akan dilakukan.
5)
Tentukan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan untuk eksperimen.
6)
Lakukan eksperimen/pengukuran.
7)
Catat data hasil eksperimen/pengukuran.
8)
Untuk mendapatkan eksperimen yang baik,
perlu dilakukan eksperimen yang berulang-ulang.
- Pengolahan
dan analisi data
Setelah
data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data. Kegiatan
analisis data dimaksudkan untuk memberi arti dan makna pada data serta berguna
untuk memecahkan masalah dalam penelitian yang sudah dirumuskan. Sebelum
analisis data dilakukan maka data perlu diolah terlebih dahulu.
Pengolahan
data meliputi:
a.
Editing
Mengedit
adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul
data. Tujuan daripada editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan
yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh
mungkin.
Pemeriksaan
daftar pertanyaan yang telah selesai ini dilakukan terhadap:
1)
Kelengkapan jawaban.
2)
Keterbacaan tulisan.
3)
Kejelasan makna jawaban.
4)
Kesesuaian jawaban.
5)
Relevansi jawaban
6)
Keseragaman satuan data
b.
Koding
Koding
adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam kategori-kategori.
Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka
pada masing-masing jawaban.
Ada
dua langkah di dalam melakukan koding, yaitu:
1)
Menentukan kategori-kategori yang akan
digunakan.
2)
Mengalokasikan jawaban-jawaban responden
pada kategori-kategori tersebut.
c.
Tabulating
Kegiatan
untuk membuat tabel data (menyajikan data dalam bentuk tabel) untuk memudahkan
analisis data maupun pelaporan. Tabel data dibuat sesederhana mungkin sehingga
informasi mudah ditangkap oleh pengguna data maupun bagi bagian analisis data.
Analisis
data:
Kegiatan
analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian. Pemecahan
masalah penelitian dan penarikan kesimpulan dari suatu penelitian sangat tergantung
dari hasil analisis data ini. Sehingga perlu dilakukan dengan teliti dan
hati-hati sehingga tidak memberikan salah penafsiran terhadap hasil penelitian.
Seorang peneliti (bagian analisis data) harus menguasi kemampuan keilmuan
secara teknis dalam menerapkan metode analisis yang cocok. Metode analisis data
yang dipilih harus disesuaikan dengan jenis penelitiannya. Pertimbangan
pemilihan metode analisis dapat dilihat dari:
1)
Tujuan dan jenis penelitian
2)
Model/jenis data
3)
Tingkat/taraf kesimpulan
Penarikan
kesimpulan
Kegiatan
untuk memberikan penafsiran terhadap hasil analisis data. Pada penelitian yang
menggunakan pengujian hipotesis penelitian, kesimpulan dapat ditarik dari hasil
pengujian hipotesis.
- Metode
Test dan Re-test
Sampel
yang sama (sampel A) ditest pada waktu I dan kemudian di-re-test atau ditest
kembali dengan menggunakan test yang sama pada waktu yang berlainan (waktu II).
Misalkan hasil pada test H1 dan hasil re-test H2, maka
dihitung korelasi antara H1 dan H2. Koefisien korelasi itu
menunjukkan tingkat reliabilitas test itu.
Test
dan re-test untuk menentukan reliabilitas hanya berhasil bila dilakukan dalam
situasi yang stabil, artinya situasi sewaktu mengadakan test dan re-test
hendaknya sama.
Secara
ideal score untuk test dan re-test harus sama bagi semua individu yang diuji.
Dalam eksperimen dengan veriabel, eksperimen itu dapat diduga bahwa perubahan
skor itu adalah akibat dari variabel eksperimen itu. Perubahan itu adalah
perubahan dalam sikap atau sifat yang diukur oleh test itu.
Keuntungan
metode test dan re-test ini ialah bahwa test itu dapat dibandingkan secara
langsung dengan test itu sendiri. Jika ternyata hasil test pertama dengan
re-test banyak perbedaannya, maka perlulah tiap item dianalisis untuk
mengetahui apakah item itu mampu atau tidak membedakan antara responden yang
mempunyai sifat itu.
Selanjutnya
metode test dan re-test ini mudah dilakukan dan hasilnya dapat segera
dibandingkan.
Keberatan
terhadap prosedur ini ialah bahwa para responden yang menjalani test itu dapat
mengingat item-itemnya dan akan memberi jawaban yang sama pada re-test. Jadi
kesamaan score dapat juga sebagian disebabkan oleh hasil ingatan para
responden. Tentu dapat diperpanjang jangka waktu antara test dan re-test. Waktu
yang panjang memperbesar kemungkinan timbulnya faktor-faktor lain yang tidak
dapat dikuasai yang turut mempengaruhi hasil re-test.
Tidak
ada patokan tentang lama interval antara test dan re-test, akan tetapi biasanya
interval itu berkisar antara dua sampai empat minggu. Walaupun jarak waktu itu
relatif singkat, masih perlu kita waspada terhadap pengaruh variabel-variabel
tertentu. Kenyataan bahwa responden telah diberi test itu sudah merupakan
variabel yang dapat mempengaruhi pribadi responden oleh sebab ada kemungkinan
bahwa isi test itu menibulkan perubahan pada pribadinya. Variabel ini sukar
sekali diperhitungkan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. KONDISI SEKOLAH
Penelitian
ini dilakukan di SD Negeri Sudimara Timur yang beralamatkan Jalan Winong Dalam,
Sudimara Timur, Ciledug, Tangerang. Sekolah ini memiliki tempat yang strategis
walaupun agak jauh dari jangkauan jalan besar. Dalam satu gedung sekolah ini,
terdapat 3 (tiga) sekolah yang berbeda, yakni SD Negeri Sudimara Timur, SD
Negeri Sudimara Timur 4. Tetapi peneliti mengadakan penelitian di sekolah SD
Negeri Sudimara Timur 4, yang letak gedungnya di sebelah kiri ketika memasuki
pagar sekolah.
Sekolah
ini dikepalai oleh kepala sekolah yang bernama Hj. Sri Juminah, S. Pd., dan
terdiri pula dari guru kelas, guru honorer, guru bidang studi dan staf tata
usaha. Di sini terdiri dari beberapa kelas, yang setiap kelasnya rata-rata
berisikan siswa kurang lebih sekitar 30-40 orang siswa. Anak-anak yang
bersekolah di SD Negeri Sudimara Timur ini bukan hanya anak-anak yang tinggal
di sekitar sekolah, melainkan dari tempat mana saja, tetapi khusus untuk warga
yang berdomisili di daerah kecamatan ciledug.
Fasilitas-fasilitas
yang terdapat di sekolah ini cukup baik untuk menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar, antara lain ruang kepala sekolah, guru, ruang kelas,
lapangan, peralatan olahraga, proyektor dan lain sebagainya. Selain itu kondisi
kelas pun cukup baik, yang di dalamnya terdapat sepasang meja dan kursi untuk
siswa dan guru, papan tulis, lemari kelas, serta banyak pula karya-karya siswa
yang dipajang di sisi kelas.
Jika
dilihat, keadaan SD Negeri Sudimara Timur ini cukup indah dan nyaman. Selain
sekolah yang selalu dibersihkan setiap harinya terdapat juga penghijauan yang
menghiasi bagian depan dan lapangan sekolah.
B. HASIL PENELITIAN
Penelitian
ini dilakukan di SD Negeri Sudimara Timur pada hari Kamis, 3 Desember 2015
pukul 08.00-10.00 WIB. Penelitian kali ini dilakukan pada siswa kelas 5 dengan
wali kelas yaitu Ibu Supriatin, S. Pd pada mata pelajaran Matematika dengan
materi FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dan KPK (Kelipatan Persekutuan
Terkecil). Pembelajaran ini dilakukan menggunakan model CTL (Contextual Teaching and Learning) yang
ditambah dengan media permainanku, modul si besar dan si kecil, serta lks
kalender gulali sebagai penunjang pembelajaran dalam upaya meningkatkan
pemahaman siswa pada konsep FPB dan KPK ini.
1.
Pembukaan
Pada saat peneliti melakukan kegiatan pembelajaran
ternyata berbenturan dengan jadwal wali kelas 5 ini, yng kebetulan sedang
mengikuti prajabatan pengangkatan cpns menjadi pns. Kemudian digantikan dengan
guru pegganti yang bernama Bapak Agung Perdana, S. Pd. Pada saat saya memasuki
ruang kelas Bapak Agung ini memimpin kegiatan proses belajar mengajar terlebih
dahulu dan mengenalkan saya yang kebetulan akan mengajar pada hari itu. Setelah
melakukan perkenalan saya langsung memulai kegiatan pembelajaran. Sebelumnya
saya menanyakan kabar siswa dan ada atau tidaknya siswa yang berhalangan hadir.
Syukur pada hari itu semua siswa hadir di tempat. Setelah menanyakan kabar,
saya memberikan pretest kepada siswa yang bertujuan untuk mengukur mana yang
tingkat kemampuan siswa pada materi FPB dan KPK ini.
Setelah saya melakukan pretest, sebelum memasuki
pembelajaran saya mengadakan kegiatan ice breaking, agar anak tidak merasa
jenuh dan bosan untuk mengikuti pembelajaran.
2.
Kegiatan Inti
Setelah melakukan ice breaking, kemudian saya
melakukan tanya jawab pada siswa, apakah di kelas tersebut terdapat anak yang
belum memahami tentang konsep FPB dan KPK. Ternyata memang terdapat beberapa
anak yang belum memahami tentang konsep tersebut. Bahkan ada juga anak yang
belum bisa membedakan mana FPB dan KPK. Kemudian saya mengeluarkan sebuah kartu
bergambar yang terdiri dari 5 kartu bergambar kartun dan 15 kartu bergambar
buah-buahan. Saat saya mengeluarkan gambar tersebut, saya menanyakan kepada
siswa harus dibagi keberapa orangkah kartu ini agar tak tersisa? Pada awalnya
anak-anak terdiam sejenak, kemudian beberapa menit ada salah satu siswa yang
bernama Fahri menjawab 5 orang. Kemudian saya meminta Fahri untuk maju ke depan
kelas dan menanyakan alasan kenapa ia menjawab 5 orang. Ia menjawab, “karena 5
dan 15 akan habis jika dibagi 5 bu”. Kemudian saya pun menanyakan kepada
anak-anak apakah mereka mengerti maksud dari jawaban Fahri, mereka terdiam.
Saya pun langsung memaparkan dan membahas tentang konsep FPB.
Setalah mengenalkan konsep FPB, selanjutnya membahas
tentang KPK. Pada konsep ini, saya melakukan permainan bertepuk tangan, dengan
instruksi jika saya menentukan sebuah angka, maka pada kelipatan angka tersebut
anak tidak bertepuk tangan melainkan teriak “hore”. Pada awalnya anak-anak
kurang sedikit paham dengan permainan ini. Kemudian saya memberikan contoh
terlebih dahulu, pada kelipatan 5 tepuk tangan, lalu saya tunjuk untuk menyebut
angka 1, dan kemudian di sampingnya meneruskan 2, 3, 4, “hore”. Akhirnya anak
pun mengerti, dan saya membagi kelas menjadi 2 kelompok. Kemudian saya
melakukan permainan tersebut. Selesai permainan tersebut dilakukan, saya pun
meminta salah satu siswa untuk menyimpulkan maksud dari permainan ini. Setalah
menyimpulkan, saya memberikan sebuah lembar kerja siswa mengenai materi FPB dan
KPK.
3.
Penutup
Selesai anak menjawab soal LKS yang saya berikan.
Kemudian sebagai penutup pembelajaran saya memberikan satu lembar kerja lagi,
yakni posttest. Pada saat saya memberikan soal tersebut ada anak yang berkata
kenapa kita dikasih soal matematika lagi bu. Saya pun menjawab karena
pembelajaran pada pagi hari yaitu matematika. Setelah anak-anak mengisi soal
tersebut, saya pun menutup pembelajaran dan memberi tahu mata pelajaran yang
akan dipelajari selanjutnya, serta guru yang akan mengajar. Kemudian, saat saya
menutup pembelajaran tepat sekali jam menunjukkan waktu istirahat, dan
anak-anak pun lekas keluar ruangan pula.
C. PEMBAHASAN
Pada
pembahasan ini, akan membahas permasalahan bagaimana cara untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep FPB dan KPK di kelas 5 SD. Sebenarnya anak-anak
di kelas tersebut sudah sedikit memahami tentang konsep ini, hanya saja kurang
mendalami konsep tersebut.
1.
Tinjauan Tentang Pemahaman
a.
Pengertian Pemahaman
Beberapa
definisi tentang pemahaman telah diungkapkan oleh beberapa ahli. Manurut Nana
Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar, misalnya peserta didik dapat
menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau
didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru dan
menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Menurut Winkel dan Mukhtar
(Sudaryono, 2012: 44) pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap
makna dan arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan
isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan ke dalam bentuk
tertentu ke bentuk yang lain. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
pemahaman adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi atau suatu hal yang
bukan hanya dikuasai secara kognitif saja melainkan dapat dihubungkan dengan
kehidupan atau dapat diaplikasikan dalam bentuk lain.
b.
Faktror-Faktor yang Mempengaruhi
Pemahaman
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus keberhasilan belajar siswa
ditinjau dari segi kemampuan pendidikan adalah sebagai berikut:
1)
Tujuan
Tujuan
adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar. Perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang
dilakukan oleh guru sekaligus mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Dalam hal
ini tujuan yang dimaksud adalah pembuatan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
oleh guru yang berpedoman pada Tujuan Instruksional Umum (TIU).
2)
Guru
Guru
adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan pada peserta
didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya.
Di dalam satu kelas peserta didik satu berbeda dengan lainnya, untuk itu setiap
individu berbeda pula keberhasilan belajarnya.
3)
Peserta Didik
Peserta
didik adalah orang yang dengan sengaja dating ke sekolah untuk belajar bersama
guru dan teman sebayanya. Mereka memiliki latar belakang yang berbeda, bakat
minat dan potensi yang berbeda pula. Sehingga dalam satu kelas pasti terdiri
dari peserta didik yang bervariasi karakteristik dan kepribadiannya.
4)
Kegiatan Pengajaran
Kegiatan
pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajaran ini merujuk pada proses
pembelajaran yang diciptakan guru dan sangat dipengaruhi oleh bagaimana
keterampilan guru dalam mengolah kelas.
5)
Suasana Evaluasi
Keadaan
kelas yang tenang, aman dan disiplin juga berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman peserta didik pada materi (soal) ujian yang sedang mereka
kerjakan. Hal itu berkaitan dengan
konsentrasi dan kenyamanan siswa. Mempengaruhi bagaimana siswa memahami soal
berarti pula mempengaruhi jawaban yang diberikan siswa. Jika hasil belajar
siswa tinggi, maka tingkat keberhasilan proses belajar mengajar akan tinggi
pula.
6)
Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan
dan alat evaluasi adalah salah satu komponen yang terdapt dalam kurikulum yang
digunakan untuk mengukur pemahaman siswa. Alat evaluasi meliputi cara-cara
dalam menyajikan bahan evaluasi, misalnya dengan memberikan butir soal
benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi dan essay.
2.
Tinjauan Tentang Mata Pelajaran
Matematika Materi FPB dan KPK
a.
Hakekat
Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Belajar
Matematikan merupakan tentang konsep-konsep dan struktur abstrak
yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahan dari
konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep matematika
dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit.
Russeffendi (1992) mengungkapkan bahwa alat peraga adalah alat untuk
menerangkan/ mewujudkan konsep matematika sehingga materi pelajaran yang
disajikan mudah dipahami oleh siswa.
Salah satu dari Standar Kompetensi Lulusan SD pada mata pelajaran
matematika yaitu, memahami konsep bilangan pecahan, perbandingan dalam
pemecahan masalah, serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari Depdiknas
2006. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pemahaman guru tentang
hakekat pembelajaran matematika di SD dapat merancang pelaksanaan proses
pembelajaran dengan baik yang sesuai dengan perkembanagan kognitif siswa,
penggunaan media, metode dan pendekatan yang sesuai pula. Sehingga guru dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif serta terselenggaranya kegiatan
pembelajaran yang efektif.
b.
Tujuan
Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat dilihat di dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1)
Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima,
secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah,
2)
Menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,
3)
Memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirikan solusi yang diperoleh,
4)
Mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah,
5)
Memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian
dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan
pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam
penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu:
1)
Menumbuhkan dan
mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan
sehari-hari,
2)
Menumbuhkan kemampuan siswa,
yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika,
3)
Mengembangkan kemampuan
dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut,
4)
Membentuk sikap logis,
kritis, cermat, kreatif dan disiplin.
c.
Ruang
Lingkup Materi Matematika Sekolah Dasar
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi
aspek-aspek sebagai berikut: (1) bilangan, (2) geomteri, (3) pengolahan data
Depdiknas, 2006. Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan
dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi,
tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan
pengukuran berkaitan dengan petbandingan kuantitas suaru obyek, penggunaan
satuan ukuran dan pengukuran.
d.
Materi FPB dan KPK
Bilangan
prima adalah
bilangan bulat lebih dari satu yang hanya bisa terbagi habis oleh 1 dan
bilangan itu sendiri. Contoh: 2, 3, 5, 7, 11, dll
Faktor
prima adalah
faktor-faktor dari suatu bilangan yang berbentuk bilangan prima.
Sedangkan faktorisasi prima adalah
suatu perkalian dari semua faktor-faktor primanya. Contoh:
Faktor dari 15 adalah 1, 3, 5, dan 15. Dari faktor-faktor 15 tersebut terdapat faktor prima, yaitu 3 dan 5. Jadi faktor prima dari 30 adalah 3 dan 5. Dan faktorisasi primanya adalah 3 x 5 = 15.
Faktor dari 15 adalah 1, 3, 5, dan 15. Dari faktor-faktor 15 tersebut terdapat faktor prima, yaitu 3 dan 5. Jadi faktor prima dari 30 adalah 3 dan 5. Dan faktorisasi primanya adalah 3 x 5 = 15.
1)
FPB (Faktor
Persekutuan Besar)
FPB (Faktor
Persekutuan Besar) dari dua bilangan adalah suatu bilangan
bulat positif terbesar yang dapat membagi habis kedua bilangan itu. Cara menentukan FPB dari dua bilangan dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
(a)
Dengan menggunakan faktor dari kedua bilangan
tersebut. Cara ini dilakukan dengan mencari faktor dari kedua bilangan
tersebut, kemudian ambil dua faktor sama yang terbesar diantara keduanya. Cara
ini hanya dapat dilakukan untuk bilangan kecil.
Contoh:
Mencari FPB dari 12 dan 30.
Faktor dari 12 adalah : 1,2,3,4,6,12
Faktor dari 30 adalah : 1,2,3,4,5,6,15,30
FPB dari 12 dan 30 adalah 6, karena 6 adalah faktor dari kedua bilangan tersebut yang terbesar adalah 6.
Contoh:
Mencari FPB dari 12 dan 30.
Faktor dari 12 adalah : 1,2,3,4,6,12
Faktor dari 30 adalah : 1,2,3,4,5,6,15,30
FPB dari 12 dan 30 adalah 6, karena 6 adalah faktor dari kedua bilangan tersebut yang terbesar adalah 6.
(b)
Dengan menggunakan pohon faktor. Cara ini
hampir sama dengan menggunakan faktor kedua bilangan, tetapi lebih memudahkan
untuk bilangan yang besar.
Contoh:
Mencari FPB dari 50 dan 90
Contoh:
Mencari FPB dari 50 dan 90
Pohon faktor dari 50


Pohon faktor dari 90


Dari pohon faktor tersebut, terlihat bahwa:
faktor dari 50 = 2 x 5 x 5
faktor dari 90 = 2 x 3 x 3 x 5
Untuk mencari FPB dari kedua bilangan tersebut maka ambil faktor yang sama dari keduanya, dan ambil pangkat terkecil, dalam contoh tersebut faktor yang sama adalah 2 dan 5, dengan menggunakan pengkat terkecil yaitu 1.
jadi FPB nya adalah 2 x 5 = 10
faktor dari 90 = 2 x 3 x 3 x 5
Untuk mencari FPB dari kedua bilangan tersebut maka ambil faktor yang sama dari keduanya, dan ambil pangkat terkecil, dalam contoh tersebut faktor yang sama adalah 2 dan 5, dengan menggunakan pengkat terkecil yaitu 1.
jadi FPB nya adalah 2 x 5 = 10

2)
KPK (Kelipatan Persekutuan Kecil)
KPK (Kelipatan Persekutuan Kecil) dari dua bilangan adalah suatu bilangan bulat positif terkecil yang dapat dibagi habis oleh kedua bilangan itu.
Ada beberapa cara untuk mengetahui KPK suatu bilangan, yaitu :
KPK (Kelipatan Persekutuan Kecil) dari dua bilangan adalah suatu bilangan bulat positif terkecil yang dapat dibagi habis oleh kedua bilangan itu.
Ada beberapa cara untuk mengetahui KPK suatu bilangan, yaitu :
(a)
Dengan mencari kelipatan yang sama diantara
kedua bilangan.
Contoh :
Mencari KPK dari 4 dan 14
Kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, …
Kelipatan 14 = 14, 28, 42, …
Dari kelipatan dua bilangan tersebut, terdapat 2 bilangan kelipatan sama yang terkecil yaitu 28, jadi KPK dari 4 dan 14 adalah 28.
Contoh :
Mencari KPK dari 4 dan 14
Kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, …
Kelipatan 14 = 14, 28, 42, …
Dari kelipatan dua bilangan tersebut, terdapat 2 bilangan kelipatan sama yang terkecil yaitu 28, jadi KPK dari 4 dan 14 adalah 28.
(b)
Dengan menggunakan pohon faktor.
Mencari KPK dari 32 dan 42
Mencari KPK dari 32 dan 42
Pohon faktor dari 32

Faktor dari 32 adalah = 25
Pohon faktor dari 42

Faktor dari 42 adalah = 2, 3, 7
Untuk mencari KPK dari kedua bilangan, ambil
faktor dari kedua bilangan tersebut, ketika ada faktor yang sama maka ambil
pangkat terbesar, kemudian kalikan semua faktor tersebut.
Jadi KPK dari 32 dan 42 adalah = 25 x 3 x 7 = 672
Jadi KPK dari 32 dan 42 adalah = 25 x 3 x 7 = 672
3.
Meningkatkan Pemahaman Konsep FPB dan
KPK di kelas V SD Negeri Sudimara Timur
Belajar pada dasarnya adalah penambahan informasi
dan kemampuan baru bagi peserta didik. Pada saat guru merencanakan kegiatan
belajar yang baik agar dapat memunculkan pemahaman siswa pada suatu konsep
memiliki faktor-faktor seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya.
Salah satu dari faktor tersebut adalah peserta
didik. Kita mengetahui bahwa peserta didik itu memiliki karakteristik yang
berbeda-beda sehingga daya tangkapnya pun berbeda pula. Sebagai seorang
pendidik haruslah professional dalam melakukan perancangan pembelajaran dan
tidak ketinggalan pula pembelajaran yang bervariasi. Oleh karena itu, pada
penelitian kali ini pada pembelajaran konsep FPB dan KPK menggunakan model
pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) serta ditambahkan dengan media permainanku, modul si besar dan si
kecil, serta LKS kalender gulali yang berfungsi sebagai alat bantu penunjang
proses pembelajaran.
Selain itu, faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa
yakni alat ukur dan evaluasi. Pada penilitian kali ini digunakan alat ukur awal
yang disebut pretest. Pretest ini diberikan pada awal pembelajaran, agar
pendidik mengetahui di mana letak kekurangan siswa dalam menguasai materi.
Kemudian, pada akhir pembelajaran terdapat alat ukur pula yang disbut posttest.
Posttest ini berfungsi untuk melihat apakah terdapat sebuah peningkatan pada
peserta didik setelah mengikuti pembelajaran yang diberikan.
Pada saat pembelajaran, agar lebih efektif dan
menyenangkan, diadakan juga ice breaking
guna untuk merangsang kembali pemikiran siswa yang mungkin sudah lelah saat
belajar, atau membuat siswa agar fokus kembali ke dalam pembelajaran.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil uji coba yang telah dilakukan untuk memberikan solusi terhadap
permasalahan yang terdapat di kelas 5 SD Negeri Sudimara Timur diperoleh
kesimpulan bahwa pembelajaran matematika konsep FPB dan KPK dengan menggunakan
model CTL (Contextual Teaching and
Learning), media permainanku, modul si besar dan si kecil, serta LKS
kalender gulali dapat menunjang pelajaran dengan baik karena terlihat dari
peningkatan yang dapat dicermati dari hasil perbandingan antara pretest dan
posttest. Walaupun tidak semua siswa meningkat, ada beberapa yang mendapatkan
nilai standar dan ada beberapa yang menurun tetapi dapat terlihat jelas bahwa
nilai peningkatan itu lebih besar dibandingkan dengan jumlah penurunannya.
Dengan pretest bernilaikan rata-rata 32.22 dan posttest 66.67 yang setiap
jumlahnya dibagi dengan banyaknya siswa di kelas yakni 36 siswa. Berikut adalah
daftar nilai yang mengalami peningkatan, tetap, dan penurunan hasil belajar:
No.
|
Nama
|
Pretest
|
Posttest
|
Ket.
|
1.
|
M
Fahri H
|
65
|
100
|
N
|
2.
|
Revi
M
|
55
|
100
|
N
|
3.
|
Dewa
S Z
|
25
|
40
|
NS
|
4.
|
M
Aikhal
|
45
|
50
|
NS
|
5.
|
Gilang
H
|
55
|
50
|
NT
|
Ket: N (Naik)
NS (Nilai Standar)
NT (Nilai Turun)
B. SARAN
Mengembangkan
suatu hal dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal baik dan perlu dilakukan
oleh setiap pendidik. Selain itu, hal tersebut pun dapat meningkatkan serta
mengasah kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran. Dalam menghadapi
problematika seperti ini seharusnya pendidik harus memahami setiap kekurangan
atau keganjalan yang muncul dalam diri siswa. Bukan hanya itu pendidik pun
harus lebih mampu menguasai dan mengelola kelas dengan baik. Dari permasalahan
yang muncul sseperti itu, sebagai pendidik pun harus memunculkan solusi yang
terbaik dan memberikan yang terbaik pula sehigga tujuan pembelajaran dapat
tersampaikan dengan baik. Agar setiap tujuan pembelajaran dapat tersampaikan
dengan baik kepada peserta didik, bisa pula disajikan dengan hal yang berbeda
pual, seperti penggunaan model yang beragam, media yang menarik dan penambahan
permainan/ice breaking agar siswa
tertarik untuk mengikuti pembelajaran tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Artikel Bagus. 2011. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif. (www.artikelbagus.com/2011/06/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran-kooperatif/)
Basrowi, M &
Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian
Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia.
Elnasr. 2013. Model Pengajaran Langsung Direct
Interaction. (https://elnasr.wordpress.com/2013/11/15/model-pengajaran-langsung-direct-instruction/)
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah
Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kajian Pustaka. 2013. Metode Diskusi dalam Belajar. (www.kajianpustaka.com/2013/01/metode-diskusi-dalam-belajar/)
Kajian Pustaka. 2013. Pengertian Kelebihan Kelemahan Modul
Pembelajaran. (www.kajianpustaka.com/2013/03/pengertian-kelebihan-kelemahan-modul-pembelajaran/)
Mamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
M Lipschutz, Martin
& Seymor Lipschutz. 1990. Pengolahan
Data. Jakarta.
Rumah Belajar. Pembelajaran Pakem Pengertian dan Langkah
Pakem. (www.rumahbelajar.web.id/pembelajaran-pakem-pengertian-langkah-dan-kelebihan-pakem/)
Sanjaya, Wina.
2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sekolah Dasar. 2012. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran. (www.sekolahdasar.net/2012/05/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran/)
Sigiarti, Yuni. 2011. Metode Penelitian Dibidang Komputer dan
Teknologi Informasi. Dinas Pendidikan Provinsi Banten.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
www.sekolahdasar.net/2011/07/pembelajaran-matematika-di-sekolah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar