Senin, 04 Januari 2016

CONTOH LAPORAN OBSERVASI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Etika adalah pedoman dalam bersikap dan berperilaku yang didalamnya berisi garis besar nilai koral dan norma yang mencerminkan lingkungan sekolah yang edukatif, kreatif, santun dan bermartabat untuk kepentingan bersama warga sekolah terutama siswa dan masyarakat lingkungan sekolah pada umumnya. Etika guru adalah norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan (relationship) anata guru dengan lembaga pendidikan (sekolah). Sebagai sebuah jabatan pekerjaan profesi guru memerlukan kode etika khusus untuk mengatur hubungan-hubungan tersebut, pembentukan sikap, kepribadian , moral dan karakter sosok seorang guru/pendidik harus menjadi contoh dan panutan serta menjadi acuan pergaulan hidup sehari-hari bagi warga sekolah utamanya untuk bisa ditiru oleh para siswa.
Etika umum kependidikan yaitu memiliki sikap jujur, optimis, kreatif, rasional, rendah hati, demokratis, sopan, mengutamakan kejujuran, menghargai waktu dan terbuka terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan, serta mampu menerima dan mampu menerapkan information teknologi pada pelaksanaan tugasnya sehari-hari disekolah, mampu merancang, melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan norma-norma dan ketentuan kurikulum yang berlaku, dengan tidak mencari-cari alasan untuk tidak mempersiapkan sebelum masuk kelas untuk mengajar. Mampu menciptakan lingkungan sekolah, kelas yang aman, nyaman, bersih, tertib dan kondusif untuk mencapai tujuan pendidikan secara nasional dan visi-misi sekolah secara khusus. Mampu bertanggung jawab secara moral, spritual atas tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya dengan tidak memperhitungkan untung rugi secara materi, tetapi melaksanakannya dengan penuh pengabdian terhadap nusa dan bangsa.
Mata kuliah etika profesi kependidikan membekali calon guru untuk menjadi guru yang memiliki etika yang baik, setelah mempelajari mengenai etika, manejemen berbasis sekolah, manajemen berbasis masyarakat, secara teori, maka perlu untuk melihat kondisi atau pelaksanaanya di sekolah secara nyata, sehingga dilakukan observasi ke SD. Observasi ini didasari dari tuntutan tugas mata kuliah dan sebagai gambaran mengenai pembelajaran IPS di SD kelas V agar mampu memepersiapkan diri menjadi guru yang lebih baik kelak.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana keadaan sekolah kelas,  murid dan guru di SDN Cimuncang Cilik?
2.      Bagaimana keadaan kelas dan murid SDN Cimuncang Cilik, keadaan ruang kelasnya dan guru yang mengajar?
3.      Bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar (pengaturan / tempat duduk murid, kegiatan guru dalam proses belajar mengajar, keadaan murid dalam proses belajar mengajar)?
                                                                                                                       











BAB II
TUJUAN
A.    Tujuan Khusus
1.      Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Etika profesi pendidik dan kependidikan
B.     Tujuan Umum
1.      Untuk mengetahui keadaan sekolah, murid dan guru SDN Cimuncang Cilik.
2.      Mengetahui keadaan kelas dan cara guru mengajar di SDN Cimuncang Cilik.
3.      Mengetahui proses belajar megajar (pengaturan / tempat duduk murid, kegiatan guru dalam proses belajar mengajar, keadaan murid dalam proses belajar mengajar).

















BAB III
KONSEP YANG MENDASARI ATAU LANDASAN PUSTAKA
A.    Pembelajaran IPS di SD
IPS dapat diartikan dengan “penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berikut merupakan pendapat ahli mengenai IPS. Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
IPS bukan ilmu sosial dan pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.
Dengan bertolak dari uraian di depan, kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa dan siswi. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)  berkualitas di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini harus bersamaan dengan pengembangan nilai-nilai. Dengan pengembangan nilai-nilai tersebut diharapkan sumber daya manusia Indonesia memiliki pengetahuan, keterampilan, kpedulian, kesadaran, dan tanggungjawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa, dan negaranya bagi pengembangan kini dan mendatang.
IPS sebagai suatu progam pendidikan tidak hanya menyajikan tentang konsep-konsep pengetahuan semata, namun bertujuan untuk membina peserta didik menjadi warga Negara dan warga masyarakat yang tau akan hak dan kewajibannya, yang juga memiliki atas kesejahteraan bersama yang seluas-luasnya. Oleh karena itu peserta didik yang dibina melalui IPS tidak hanya memiliki pengetahuan dan kemampuan berfikir tinggi, namun peserta didik diharapkan pula memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya.
Penembangan Sumber Daya Manusia (SDM), harus bersamaan dengan pengembangan nilai-nilai yang dimaksud pembelajaran IPS, nilai-nilai tersebut dikelompokkan menjadi 5 yaitu meliputi:
1.      Nilai Edukatif
2.      Nilai Praktis
3.      Nilai Teoretis
4.      Nilai Filsafah
5.      Nilai Ketuhanan

B.     Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Guru mempunyai peranan yang sangat strategis dalam peningkatan mutu pendidikan. Abin Syamsuddin Makmun (2005: 23) menjelaskan secara luas peran guru dalam peningkatan mutu pendidikan yakni sebagai konservator (pemelihara) sistem nilai; sebagai transmitor (penerus) sistem nilai; sebagai transformator (penerjemah) sistem nilai; dan sebagai organisator (penyelenggara) terciptanya proses pendidikan yang bermutu.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan diperlukan guru yang memiliki kapasitas yang bermutu. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengembangkan mutu kapasitas guru. Salah satu kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu kapasitas guru adalah Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen. Pada pasal 8 dinyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan/kapasitas untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Badan Penelitian Pengembangan Kemendikbud, 2010: 43).
Menurut pilias & young (1988), manan (1990), yelon & weinstein (1977) dan dikutip mulyasa (2005) dalam mengemukakan peran guru antara lain sebagai berikut.
1.      Guru sebagai pendidik, artinya menjadi panutan, uswatun hosanna, idola bagi peserta didiknya, memiliki standarkualitas pribadi punya tanggung jawab, berwibawa, mandiri, dan disiplin.
2.      Guru sebagai pengajar, artinya membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. Dalam kondisi ini guru dituntut lebih terampil dalam membuat ilustrasi, mendefinisikan, menganalisis, mensintesis, bertanya, merespon, mendengarkan menciptakan kepercayaan. Memberikan pandangan yang bervariasi, menyesuaikan metode pembelajaran, dan memberikan nada perasaan. 
3.      Guru sebagai pembimbing, artinya membantu mengarahkan proses pembelajaran yang berupa perkembangan perjalanan  fisik dan mental spritual peserta didik.
4.      Guru sebagai pelatih, artinya memberikan pengulangan keterampilan pembelajaran sesuai dengann kompetensi yang telah ditetapkan jalan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian, dan standar kompetensi minimal yang harus dicapai.
5.      Guru sebagai penasihat, artinya memberikan layanan (konseling) kepada peserta didik, seupaya mereka dapat memahami dirinya.
6.      Guru sebagai pembaru (innovator), artinya pengalaman masa lalu yang dialami oleh guru akan membawa makna yang sangat berarti bagi peserta didik.
7.      Guru sebagai model dan teladan, maksudnya guru dijadikan sebagai teladan peserta didik, jika guru salah menyampaikan pelajaran, peserta didik dapat meniru apa yang dikatakan guru. Justru perlu diperhatikan sikap dasar, gaya bicara, kebiasan kerja, pengalaman, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berpikir, perilaku neurotis, selera, keputusan, dan gaya hidup secara umum.
8.      Guru sebagai pribadi, maksudnya memiliki kepribadian baik yang tercermin dalam tingkah laku sehari-hari.
9.      Guru sebagai peneliti, artinya mengembangkan kreativitas ilmiah perlu penelitian, sehingga kelemahan dan keunggulan yang terjadi dalam diri dapat diamati dengan baik.
10.  Guru sebagai pendorong kreativitas, dalam arti kecenderungan menciptakan, membangkitkan kesadaran kearah sesuatu yang baru, tidak melakukan sesuatu yang secara rutin saja.
peran siswa

C.    Peranan Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar
Keterlibatan siswa bisa diartikan sebagai siswa berperan aktif sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar. Menurut Dimjati dan Mudjiono(1994:56-60), keaktifan siswa dapat didorong oleh peran guru. Guru berupaya untuk memberi kesempatan siswa untuk aktif, baik aktif mencari, memproses dan mengelola perolehan belajarnya.
Untuk dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar guru dapat melakukannya dengan ; keterlibatan secara langsung siswa baik secara individual maupun kelompok; penciptaan peluang yang mendorong siswa untuk melakukan eksperimen, upaya mengikutsertakan siswa atau memberi tugas kepada siswa untuk memperoleh informasi dari sumber luar kelas atau sekolah serta upaya melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan pesan pembelajaran.
Adapun kualitas dan kuantitas keterlibatan siswa dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Internal faktor meliputi faktor fisik, motivasi dalam belajar, kepentingan dalam aktivitas yang diberikan, kecerdasan dan sebagainya. Sedangkan eksternal faktor meliputi guru, materi pembelajaran, media, alokasi waktu, fasilitas dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan peserta didik berperan sebagai organisme yang rumit yang mempunyai  kemampuan luar biasa untuk tumbuh. Peranan peserta didik adalah belajar bukan untuk mengatur pelajaran. Peserta didik dituntut aktif belajar dalam rangka mengkontruksi pengetahuannya, dan karena itu peserta didik sendirilah yang harus bertanggung jawab atas hasil belajarnya. (Wahyudin, 2002).

D.    CARA MENGEMBANGKAN MATERI IPS (ILMU PENGETAHUAN SOSIAL) di SD
Pengembangan materi pembelajaran yang baik selalu menggunakan ketentuan untuk melibatkan anak dalam perencanaan kegiatan pembelajaran. Keterlibatan dan partisipasi  berguna untuk mengklarifikasi tujuan pembelajaran bagi anak-anak dan memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi secara psikologis kegiatan yang harus dilakukan dalam materi. Guru harus merencanakan bersama dengan anak-anak berbagai tugas belajar spesifik yang dilakukan dalam materi tertentu, seperti daftar pertanyaan tentang informasi yang diinginkan, membuat grafik mengenai apa yang harus dilakukan, mencari, dan mendaftar sumber informasi, membuat laporan kemajuan, menyatukan saran, dan merencanakan kegiatan lanjutan.
Secara umum, pengembangan materi pembelajaran terdiri dari urutan prosedur yang saling terkait. Dalam bentuk yang paling sederhana, pola ini bisa digambarkan sebagai  berikut:
1.      Mengidentifikasi masalah dan mengumpulkan informasi terkait.
2.      kegiatan pemecahan masalah, seperti membaca, wawancara, mendengarkan, melihat, mengumpulkan, menggunakan referensi, menggambar peta. Aplikasi melalui kegiatan ekspresif seperti mendiskusikan, mengilustrasikan, memamerkan, mendramatisir, membangun, menggambar, dan menulis.
3.      Meringkas, generalisasi, dan mentransfer ke situasi baru sehingga identifikasi masalah-masalah baru yang bersifat lebih kompleks, selanjutnya siklus tersebut kemudian diulang. Prosedur ini mencakup konsumsi dan kegiatan ekspresif. Anak-anak tidak hanya menerima pengetahuan tetapi juga harus bertindak berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. Selain itu, mereka harus menggeneralisasikan dan menerapkan pengetahuan mereka untuk masalah-masalah dan situasi baru.
Selanjutnya, pada tahap pengembangan, setiap periode kelas harus memberikan tiga kegiatan pembelajaran: (1) kesiapan, (2) bekerja belajar, dan (3) ringkasan dan evaluasi. Berikut ini adalah beberapa contoh kegiatan belajar untuk semua tingkatan kelas :
1.      Berbagi
2.      Konstruksi
3.      Percobaan
4.      Mendengarkan
5.      Diskusi
6.      Menuliskan Pengalaman
7.      Drama Kegiatan
8.      Seni Pengalaman
9.      Karyawisata
10.  Pengolahan




BAB IV
TEMUAN LAPANGAN
A.    Keadaan Sekolah, Murid, dan Guru
Kami melakukan observasi di SD Negeri Cimuncang Cilik yang beralamatkan Jl Garuda No 37, Kel. Cimuncang, Kec. Serang, Kota Serang, Banten. Letak sekolah ini cukup jauh dari jalan raya/jalan besar. Di sekolah ini memiliki satu ruangan guru dan kepala sekolah, kantin/koperasi sekolah, ruang uks, ruang TU (Tata Usaha), Gudang, perpustakaan, ruang ibadah, toilet guru (laki-laki), toilet guru (peremuan), toilet siswa, toilet siswi, 12 ruangan kelas yang terdiri dari kelas 1-6, dan lapangan.
Lingkungan masyarakat sekitar sekolah pun ramah tamah, saling sapa menyapa baik masyarakat sekitar maupun warga sekolah. Di sekolah ini memiliki pendidik dan ketenaga pendidikan yang berjumlah 17 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru kelas, guru agama, guru olahraga, guru pencaksilat, tata usaha, satpam dan penjaga sekolah.
SDN Cimuncang Cilik memiliki pendidik/guru sebanyak 12 orang yang terdiri dari 7 orang PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan 5 orang honorer. Sedangkan jumlah murid keseluruhan di sana itu memiliki 498 siswa, yang terdiri dari 78 siswa kelas I, 73 siswa kelas II, 96 siswa kelas III, 88 siswa kelas IV, 83 siswa kelas V, dan 80 siswa kelas VI.
Di SD tersebut baik guru maupun kepala sekolahnya sangat ramah, melayani dengan baik, bahkan antara guru, murid dan kepala sekolah pun seperti tidak ada kesenjangan diantara mereka karena rasa kekeluargaan yang sangat kental. Murid di sana sangat sopan, aktif dan menyenangkan. Pada saat proses pembelajaran pun mereka dapat mengikutinya dengan baik, dan meresponnya dengan positif. Data selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran yang diletakkan pada akhir dari laporan ini.
B.     Keadaan Kelas dan Ruangan Guru yang Mengajar
Penelitian kali ini, kami melakukan pengamatan di kelas VA SD Negeri Cimuncang Cilik pada mata pelajaran IPS. Keadaan kelas yang kami observasi tersusun rapih dan peletakan tempat duduknya seperti kelas-kelas pada umumnya yang terdiri dari 4 banjar dan 4 shaf tempat duduk siswa, pada bagian depan kelas terdapat meja dan kursi guru, papan tulis, meja yang di atasnya terdapat air mineral dan gelas yang berfungsi untuk diminum oleh siswa-siswa, dan terdapat lemari.
 Pada bagian sisi kanan dan kiri kelas terdapat hasil karya siswa-siswa yang dipajang di jendela-jendela kelas. Dan pada bagian belakang kelas terdapat mading kelas yang berfungsi untuk meletakkan informasi-informasi, media, atau tugas-tugas siswa di kelas, kemudian pada bagian di luar pintu terdapat mading pula untuk siswa yang berfungsi sebagai tempat untuk menaruh hasil karya siswa yang dapat dipajangkan serta informasi-informasi yang dapat ditempel pada mading tersebut. Di kelas yang kami observasi terdapat 38 siswa, tetapi ketika kami sedang melakukan penilitian hanya terdapat 37 siswa, dikarenakan ada seorang anak yang sering sekali tidak masuk sekolah.

C.    Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
Pada saat proses pembelajaran, tempat duduk siswa sudah tersusun dengan rapih dan siswa sudah siap untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Pada awal pembelajaran, guru memberikan sebuah pernyataan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari guna menghubungkan dengan materi yang akan dibahas. Kemudian guru melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi yang sedang dipelajari yakni keragaman budaya. Guru pun menuliskan judul dari materi yang sedang dipelajari yaitu “Keragaman Budaya” dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dari pembelajaran tersebut. Setelah itu guru menjelaskan materi dan memberikan contoh nyata tentang keragaman budaya. Seperti di dalam kelas ada salah satu siswa yang bernama fajri yang bersuku sunda dan rifaldi bersuku padang/minang. Dari kedua anak tersebut guru memberikan contoh tentang keragaman suku, watak, kebiasaan, pakaian, serta ciri-ciri lainnya dari setiap keragaman suku yang ada. Kemudian guru memberikan contoh dari media yang telah dibawa yakni gambar rumah adat, pakaian adat, dan senjata dari adat/suku yang terdapat di Indonesia.
Pada saat kegiatan belajar mengajar, guru menyampaikannya dengan baik dan menyenangkan/tidak terlalu serius pada materi walaupun demikian setiap perkataan yang disampaikan sangat jelas dan mudah dipahami oleh siswa. Siswa pun merespon setiap pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru tersebut. Terkadang ada juga salah satu siswa yang duduknya suka berpindah-pindah dan terdapat pula siswa yang kurang fokus atau berbincang-bincang dengan teman sebangkunya. Walaupun demikian, guru dapat menyikapinya dengan baik, seperti memberikan pertanyaan kepada siswa-siswa tersebut agar siswa dapat fokus kembali ke dalam pelajaran. Setelah guru melakukan kegiatan tanya jawab, menjelaskan materi dan lain sebagainya, guru meminta siswa untuk membuka LKS (Lembar Kerja Siswa) agar siswa dapat melihat contoh keragaman budaya yang lainnya. Setelah itu guru memberikan penugasan kepada siswa.
Guru menuliskan soal di papan tulis dan siswa mengerjakannya di buku latihan. Siswa diberi waktu kurang lebih 20 menit untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Ada siswa yang langsung mengerjakan dan ada siswa pula yang terkadang masih bertanya-tanya kepada siswa lainnya. Guru pun tetap memperhatikan kondisi kelas dan siswa pada saat mengerjakan tugas yang diberikan. Setelah 20 menit, kemudian siswa diperintahkan untuk mengumpulkan buku latihannya di meja depan/meja guru yang mengajar. Guru pun kemudian menilai tugas-tugas siswa yang telah diajarkan. Pada saat guru sedang menilai buku latihan siswa, kami peneliti melakukan interaksi dengan siswa-siswa di kelas. Kami memperkenalkan diri kami dan memberikan games/permainan pada siswa tetapi games yang bersangkutan denga pengetahuan siswa. Kemudian jam sudah menunjukkan waktu untuk istirahat, guru pun menutup pembelajaran tersebut.

BAB V
KESIMPULAN PELAKSANAAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
SDN CIMUNCANG CILIK
Penelitian kali ini, dilakukan di kelas VA SD Negeri Cimuncang Cilik pada mata pelajaran IPS. Pada saat itu pelaksanaan proses belajar mengajar berjalan dengan baik, menyenangkan, kondusif dan afektif. Pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi sesuai dengan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang ada. Guru memberi tahu materi yang akan dibahas dan memberi tahu tujuan apa yang akan dicapai pada pembelajaran hari itu. Pada kegiatan inti, guru menyampaikan materi dengan sangat baik, jelas dan lantang. Guru memberikan contoh-contoh yang konkret dengan keadaan siswa sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi tersebut.
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran, guru pun membawa media berbentuk gambar sesuai dengan materi yang diajarkan saat itu, yakni gambar rumah adat, gambar pakaian adat, dan gambar alat-alat dari berbagai macam suku yang ada di Indonesia. Setiap penjelasan yang disampaikan oleh guru sangat direspon baik dengan siswa. Guru pun mengajar dengan menyenangkan dan terjalin pula interaksi dengan siswa-siswa. Terkadang ada siswa yang tidak bisa diam, dia berpindah-pindah tempat duduk, ada juga siswa yang terkadang berbincang dengan teman sebangkunya. Tetapi guru dapat menanganinya dengan baik dan siswa pun dapat fokus kembali ke dalam pembelajaran. Setelah menyampaikan materi, guru memberikan soal latihan kepada siswa. Sebagai kegiatan penutupnya, guru memberikan kesimpulan pada proses pembelajaran hari itu.




BAB VI
PENUTUP
Pembelajaran IPS sangatlah penting bagi siswa/i SD pada khususnya dimana pembelajaran IPS ini merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran IPS di SDN Cimuncang Cilik sudah baik, dapat dilihat dari bagaimana cara guru dalam menyampaikan materi dan respon siswa/i dalam mengikuti pelajaran tersebut, dan langsung mengajak siswa/i untuk melihat keadaan sosial di sekeliling mereka yaitu mengenai keragaman suku bangasa, sehingga anak pun belajar untuk peduli dengan susku bangasa yanga ada atau belajar untuk saling menghargai. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang lebih baik lagi guru dapat menggunakan media yang lebih besar atau membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dan dapat juga menggunakan media lainnya.
Sebagai calon guru dengan melihat bagaimana proses pembelajaran IPS di SD yang saat ini dapat dikatakan sedang dalam proses mencapai hasil yang maksimal, hendaknya mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang profesional yang mampu mengajar dengan hati bukan hanya mengandalkan kepintaran saja, tapi alangkah lebih tepatnya mengajar dengan hati yang tulus. Untuk mencapainya maka perlu untuk menggeluti dunia pendidikan dengan serius dan selalu mau untuk diajar dan mempunyai keinginan untuk mengubah diri kearah yang lebih baik, karena masa depan bangsa terlebih siswa/i SD nantnya menjadi tanggung jawab calon guru saat ini (mahasiswa saat ini).


HASIL OBSERVASI
A.    Cara Guru Mengajar, Keaktifan Siswa dalam Mengikuti Pelajaran
Cara yang digunakan guru dalam mengajar sudah baik, dimana dari awal pembelajaran guru memulai dengan memberikan salam, menuliskan judul yang akan dipelajari dan menyampaikan tjuan dari pokok pembelajaran, sehingga siswa memahami apa yang harus mereka capai dalam pembelajaran IPS tersebut. Guru mengajar IPS dengan melibatkan kehidupan siswa dimana pada tanggal 21 November 2015 pokok bahasannya yaitu mengenai keragaman suku bangsa dan cara menghargainya, dengan pokok bahasan tersebut guru langsung memebrikan contoh nyata yaitu dengan menanyakan suku-suku dari siswa/inya dan menanyakan suku apa saja yang diketahui oleh siswa/i. Tidak hanya menanyakan sukunya tapi guru juga memberikan contoh dari sifat-sifat sebagian suku tersebut dengan memberikan gambaran mengenai tempat tinggal suku tersebut atau asal suku tersebut.
Pelajaran IPS diterima baik oleh sebagaian siswa/i kelas V,  keadaan ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran IPS di kelas, ada anak yang sudah memersiapkan dari rumah, ada beberapa anak yang sudah membaca buku sebelum dipelajari dikelas, ada juga yang sudah mengisi lembar kerja siswa, dan ada juga yang selalu antusias untuk menjawab pertanyaan guru saat proses belajar mengajar dilaksanakan. Disamping beberapa siswa yang aktif ada juga beberapa siswa yang pasif yang hanya mendengar tidak banyak terlibat, anak hanya duduk dan bahkan ada beberapa yang mengantuk bahkan pindah-pindah tempat duduk, hal ini dapat terjadi karena beberapa anak kurang berminat dengan pelajaran IPS yang dominan dengan teori yang banyak menuntut anak mampu menghafal atau memahami bacaan.
B.     Metode dan Media atau Alat Bantu yang Digunakan dalam Mengajar
Guru kelas V SDN cimuncang cilik menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saat proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran diawali dengan guru bertanya mengenai keragaman suku, kemudian beberapa sisw menjawab, kemudian guru meluruskan jawaban dari beberapa siswa mengenai pengertian keragaman suku bangsa yang didalamnya terdapat metode ceramah. Pembelajaran berlangsung dengan kedua metode tersebut sehingga terjadi proses belajar multi arah yaitu antara, guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.
Media atau alat bantu yang digunakan oleh guru yaitu gambar dari keragaman suku bangasa yang terdiri dari 34 provinsi, disertai dengan rumah adat, alat-alat tradisonal dari berbagai macam suku bangsa tersebut, berseta baju daerahnya. Media yang digunakan oleh guru dalam ukuran yang kecil, sehingga tidak semua siswa dapat melihat dengan jelas pada saat proses belajar mengajar. Penggunaan media tersebut alangkah lebih baik jika guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian memberikan media tersebut unuk dilihat dengan dekat, dan siswa dapat melihat secara bergiliran, yaitu kelompok 1 melihat gambar suku bangsa, kelompok 2 melihat alat tradisionalnya, kelompok 3 melihat rumah adatnya, demikian bergantian hingga seluruh siswa dapat melihat dan membuat mereka terkesan dengan pelajaran IPS secara umum dan bangga jadi anak Indonesia yang memiliki kekayaan suku. Rasa bangga anak  tersebut akan memacu semangat anak untuk terus semakin semangat lagi belajarm, karena dengan melihat berbagai provinsi  tersebut anak akan termotivasi untuk berkunjung ketempat tersebut dengan cara anak rajin belajar dan kelak akan menjadi anak yang sukses yang dapat berkunjung kemana saja tempat yang ia inginkan.

C.    Komunikasi, Sikap dan Penguasaan Kelas dan Materi
Komunikai yang terjadi ddalam kelas berjalan dengan baik dimana guru mampu membuat anak-anak terlibat dalam pembelajaran, ada multi arah yaitu adanya komunikasi anatara guru dengan siswa dan siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, sehingga proses belajar tidak terpaku hanya kepada guru saja, tetapi juga kepada murid dan guru.
Pembelajaran ips ini membutuhkan sikap seorang guru yang harus mampu menggali kemampuan anak, dalam pembelajaran guru dapat bersikap dengan baik sesuai dengan norma dan tidak membuat siswa merasa tersinggung, tapi siswa akhirnya menyadari bahwa walaupun mereka berbeda-beda suku mereka harus saling menghargai dan menghormati agar tercipta kedamaian.
Guru kelas v sudah menguasi materi yang akan diajarkan kepada peserta didik dapat dilihat dari guru mampu menjelaskan dan menerangkan kepada peserta didik dengan jelas sehingga siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru tersebut yaitu keanekaragaman suku bangsa dan budaya. Guru kelas v juga sudah mampu menguasai kelas dalam proses pembelajaran sehingga anak-anak pun tidak ribut saat guru menjelaskan tapi sangat memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru, dalam proses belajar mengajar siswa juga tidak malu untuk mejawab ketika ditanya oleh guru. selain penguasaan kelas guru juga sudah memahami karakteristik setiap peserta didik dalam tingkatan daya tangkap siswa setiap pembelajaran berlangsung.

D.    Hasil Wawancara
1.      Pendapat siswa pada saat guru mengajar
Beberapa siswa merasa senang dengan cara guru mengajar yang menggunakan media. Mereka mengatakan senang belajar dengan ibu Nur Laila, dan ditambah lagi ketika mereka mendapat nilai 100 dan beberapa mendapat nilai 80. Tidak dipungkiri ada juga beberapa anak kurang menyukai belajar IPS dan mereka lebih senang untuk belajar matematika karena saat belajar matematika mereka dibuat berdiskusi bentuk tutor sebaya jadi anak lebih leluasa untuk bertanya dan menjawab, sehingga ada suatu tindakan yang bebas ia lakukan, sedangkan dalam pelajaran IPS guru hanya melakukan tanya jawab dan sebenarnya sudah baik dalam hal menggali kemampuan anak untuk menyatakan pendapat dan untuk berani berbicara, namun bagi siswa yang kurang senang berbicara akan banyak diam dan sibuk sendiri dengan buku dan pulpen atau pensilnya. Beberapa siswa kelas V juga mengatakan terkadang senang belajar IPS kalau ibu mengajak mereka aktif di kelas, tapi terkadang malas dan bosen bahkan merasa IPS itu sulit kalau ibunya kurang melibatkan siswa atau dengan cara yang monoton. bagi beberapa siswa senang belajar IPS dengan Ibu Nur Laila, tapi ada juga yang kurang senang karena IPS identik dengan teori-teori yang menuntut mereka unruk menghafal.
2.      Pendapat  guru mengenai kompetensi siswa dan  hasilnya.
a.      Bagaimana tingkat kompetensi siswa pada kelas V A SDN Cimuncang Cilik menganai pembelajaran IPS?
Kompetensi yang dimiliki siswa ada beberapa yang sangat berkompeten ada juga yang kurang, keadaan siswa juga sangat dipengaruhi oleh latar belakang keluarga anak, anak yang kurang mampu atau kurang dipedulikan oleh orang tua maka akan lebih sulit untuk menggali kemampuannya karena kurang semangat dari dalam diri anak. Beberapa siswa/i kelas V A SDN Cimuncang Cilik yang berkompeten mau menunjukkan kemampuannya dengan cara dalam proses belajar mengajar ia mampu merespon apa yang disampaikan oleh guru, mau maju ke depan jika diberi perintah untuk maju, namun ada juga anak-anak yang berkompeten tapi tidak mau menunjukkan kemampuannya dengan cara menjawab pertanyaan dan mengerjakan kedepan, hal ini terlihat ketika anak yang biasanya diam saja ternyata saat ulangan harian mendapat nilai yang tinggi.
b.      Kesulitan apa yang dihadapi guru saat mengajar IPS di kelas V A SDN Cimuncang Cilik?
Siswa terkadang ada yang datang terlambat, dimana pelajaran IPS dimulainya jam 07.00 Wib, ketika pelajaran akan dimulai masih ada siswa yang terlambat sehingga akan mengganggu proses belajar mengajar. selain keterlambatan siswa ada juga anak yang kurang siap untuk mengikuti pelajaran. untuk itu biasanya guru memulainya dengan bernyanyi terlebih dahulu untuk meningkatkan semangat anak dan membuat merek senng dan siap untuk belajar dan diusahakan tercipta proses belajar yang komunikatif agar siswa semuanya merasa terlibat dalam proses pembelajaran.
c.       Bagaimana respon siswa pada saat pembelajaran IPS?
Respon siswa terkadang masih kurang dalam pembelajaran IPS mungkin karena bersifat teori jadi anak masih kurang berkontribusu banyak.
d.      Bagaimana cara guru untuk menggali kompetensi yang berbeda-beda yang dimiliki oleh setiap siswa?
Biasanya guru membuat kelompok, dan didalam setiap kelompok tersebut ada seorang siswa yang lebih pinter yang akan menjadi tutor bagi teman kelompoknya sehingga setiap anak saling melengkapi.
e.       Kegiatan apa yang pernh dilakukan untuk melihat kemampuan anak bersaing dalam pemebelajaran IPS?
kegiatan yang dilakukan biasanya dengan mengikuti olimpiade, dan saat ini sedang dipersiapkan untuk olimpiade bulan Februari tahun 2016 yang akan datang.









DAFTAR PUSTAKA
Dr.Soelaeman.1985.Menjadi Guru.Bandung.Cv Diponegoro.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar